Menulis Cerita Pendek Menulis
merevisi. Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki atau menambahkan ide-ide baru dalam karya penulis. Keempat, tahap menyunting. Tahap
menyunting adalah tahap memperbaiki kesalahan pada aspek kebahasaan dan mekanik yang lain seperti kesalahan menulis huruf, ejaan, struktur
kalimat, tanda baca, istilah, dan kosakata. 2.
Mengembangkan Alur Cerita Alur merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan sebab
akibat. Peristiwa itu saling berhubungan maka jika tidak ada peristiwa satu peristiwa lain tidak akan terjadi Sayuti, 2009 : 47. Pengembangan alur tidak
semudah yang dibayangkan, untuk mempermudah mengembangkan alur ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
a Konflik harus tergarap dengan baik
Konflik yang tidak tegarap dengan baik tampak pada pengembangan alur cerita yang tidak selesai atau terlalu singkat. Tidak selesai maksudnya adalah
penulis memaparkan cerita-cerita tetapi tidak sampai pada klimaks, cerita sudah diakhiri.
b Struktur cerita harus proporsional
Beberapa kemungkinan ketidakproporsionalan struktur cerita tampak pada masalah panjang cerita dan pembuka cerita. Oleh karena itu, penulis
tidak berbelit-belit dalam menulis agar tidak semakin mempersempit ruang cerita.
c Akhir cerita tidak klise atau tidak mudah tertebak
Akhir cerita hendaknya tidak mudah ditebak oleh pembaca, untuk memeroleh hal itu penulis harus lebih banyak berlatih sebab hal itu tidak
mudah dilakukan. Akhir cerita yang mudah ditebak berawal dari ide cerita yang monoton sehingga jalan cerita mudah ditebak oleh pembaca.
3. Mengembangkan Tokoh Cerita
Dilihat dari sifatnya tokoh dibagi mejadi tokoh protagonis baik antagonis buruk. Dilihat dari keterlibatan dalam cerita ada tokoh utama dan
tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering mencul dan paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Sayuti 2009 : 58 memaparkan
ada beberapa rambu pengembangan tokoh cerita antara lain sebagai berikut.. a
Penggambaran tokoh secara hidup tidak datar Penggambaran tokoh tidak hanya digambarkan berdasarkan nama, bentuk
fisik, pekerjaan dalam cerita. Tokoh dalam cerita harus memiliki karakter yang jelas.
b Penggambaran tokoh bervariasi
Penokohan secara
langsung menjadikan
cerita tampak
datar, membosankan, dan menyebabkan karakter tokoh tidak kuat. Keberhasilan
penulis dalam memunculkan karakter yang kuat pada tokohnya akan membuat tokoh cerita menjadi hidup sehingga keterikatan tokoh dengan
pembaca dapat terjalin baik. c
Tokoh yang dimunculkan harus memiliki sumbangan bagi pengembangan cerita
Penulis memunculkan banyak tokoh tetapi tokoh tersebut tidak memiliki sumbangan dalam pengembangan cerita, hal ini menyebabkan cerita menjadi
kedodoran, jalan cerita dan panjang tulisannya pendek tetapi tokoh yang disajikan terlalu banyak.
4. Menggambarkan Latar Cerita
Latar cerita merupakan unsur fiksi yang mengacu pada tempat, waktu, dan kondisi sosial cerita itu terjadi. Sayuti 2009 : 71 rambu-rambu pengembangan
latar cerita adalah sebagai berikut. a
Latar tergarap dengan baik Latar seringkali disebutkan sebagai nama, misal di kampung, di malam
hari, atau pada keluarga miskin, tidak dimanfaaatkan untuk membangun cerita. Selain itu, latar tidak digambarkan secara detail yang mengakibatkan
penggambaran dalam cerita kurang mendalam. 5.
Diksi dan Bahasa dalam Fiksi. Bahasa dalam fiksi lebih banyak mengandung makna konotatif. Namun,
terdapat perbedaan antara puisi dan cerpen. Dalam puisi bahasa konotatif lebih banyak sedangkan dalam cerpen selain bahasa konotatif ada juga bahasa
denotatif. Bahasa seperti itu dalam fiksi mengakibatkan munculnya emosi bagi pembacanya. Diksi juga diperlukan dalam menulis cerita agar menjadi
menarik. Pemilihan diksi yang tepat akan membantu pembaca masuk dalam cerita sehingga dapat menikmati cerita secara langsung dan penghayatan cerita
lebih mudah dicapai.