Perbedaan Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan memproduksi teks pantun secara tulis dengan metode tulis berantai melalui media
kartu pintar pada peserta didik kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 10 Semarang sebesar 11,87. Nilai rerata kelas siklus I sebesar 2,97 menajdi 3,38
pada siklus II. Setelah digunakan metode tulis berantai dan media kartu pintar perubahan perilaku belajar peserta didik ke arah yang positif. Peserta didik yang
sebelumnya malas, kurang aktif, tidak berkonsentrasi, dan tidak bersemangat, menjadi aktif, antusias, bersemangat, dan berkonsentrasi dalam mengikuti
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan agar guru
menggunakan metode tulis berantai dan media kartu pintar sebagai alternatif pembelajaran memproduksi teks pantun secara tulis. Bagi peserta didik hendaknya
mengikuti kegiatan pembelajaran memproduksi teks pantun secara tulis dengan aktif, bersemangat dan berperilaku positif sehingga peserta didik dapat
memproduksi teks pantun secara tulis dengan baik. Bagi peneliti lain hendaknya menggunakan metode dan media yang berbeda dalam memproduksi teks pantun
secara tulis sehingga dapat menambah metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternaitf dalam pembelajaranmemproduksi teks pantun
secara tulis Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2012 yang
berjudul “ Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Metode Menulis Berantai estafet writing pada Siswa Sekolah
Menengah Atas ”, dalam BASASTRA Jurnal Penelitian Pendidikan, Sastra
Indonesia dan Pengajarannya volume 1 nomer 1. Hasil penelitian tersbut menyatakan bahwa metode atau strategi menulis berantai estafet writing dapat
meningkatkan keterampilan menulis puisi. Hasil penelitian Mahanani 2015 dan Wulandari 2012 tersebut
kemudian diaplikasikan dalam pembelajaran emnulis cerpen menggunakan strategi estafet writing sesuai KD 8.2 menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami, terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: 1 guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi tentang cerpen, 2 siswa dijelaskan materi
tentang cerpen, 3 siswa dijelaskan tentang kegiatan yang akan mereka lakukan terkait dengan menulis cerpen menggunakan strategi estafet writing, 4 Guru
membagi kelas dalam 7 kelompok, 5 siswa secara berkelompok diminta untuk menentukan 4 peristiwan yang pernah dialami, dan dipilih satu untuk dijadikan
cerpen, 6 siswa secara berkelompok diminta untuk membuat kerangka cerita, lembar kerja ditunjukan dalam lampiran 4b, 7 siswa mulai membuat cerpen
berdasarkan kerangka yang dibuat besama menjadi cerpen dengan strategi estafet writing, 8 siswa pertama sebagai pemilik ide cerita menuliskan paragraf
pembuka, 9 siswa berikutnya meneruskan cerita siswa yang pertama, begitu seterusnya hingga siswa terakhir.
Pada pertemuan kedua, pembelajaran berlangsung sama seperti yang dilakukan pada perlakuan yang pertama, yang berbeda hanya media yang
digunakan dan tema yang berbeda dari pertemuan yang pertama. Perhitungan skor menggunakan strategi estafet writing ditunjukan pada Lampiran 4a.
Selanjutnya kedua kelompok diberikan postes menulis cerpen setelah keduanya mendapat perlakuan atau pembelajaran, Postes menulis cerpen berupa
cerpen bertema “Persahabatan”. Postes bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan keterampilan menulis cerpen antara kedua kelompok tersebut.
Hasil postes inilah yang kemudian dihitung dengan menggunakan uji-t postes masing-masing kelompok. Hasil karya siswa kedua kelompok dikategorikan
menjadi tiga, yaitu kategori rendah, kategori sedang, dan kategori tinggi. Berikut contoh hasil karya siswa dan skor yang didapat baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol yang termasuk kategori tinggi.
Gamabar 5 Hasil Postes Karya Siswa Kelompok Eksperimen Kategori Tinggi
Pada Gambar 5 di atas, skor akhir siswa yang diperoleh adalah 85 kategori tinggi. Pada segi isi, karya tersebut sesuai dengan tema serta ide yang
tertulis cukup kreatif dan sesuai dengan tema yang ditugaskan yaitu persahabatan sehingga mendapar skor 28. Ditinjau dari segi organisasi mendapat skor 18,
karya tersebut lengkap, memuat fakta sarana cerita serta, alur yang digunakan adalah alur maju, sudut padang yang digunakan adalah sudut pandang orang ke 3,
di dalam cerita juga terdapat 6 tokoh yang merupakan sahabat karib. Untuk amanat disampaikan secara tersurat sesuai judulnya dan dijabarkan lengkap
dalam cerita tersebut. Mampu memadukan unsur cerita tersebut dengan baik. Di
dalam cerita tersebut juga digambarkan konflik dengan baik yang terjadi antara 6 tokoh tersebut dengan guru mereka dan diakhiri dengan antiklimaks atau
penyelesaian yang baik yaitu mereka meminta maaf pada guru dan mereka berenam bisa ikut berenang kembali. Dari segi kosakata karya tersebut mendapat
skor 15 berdasarkan penempatan paragraf yang tepat dan bahasa yang digunkan komunikatif. Dalam segi bahasa karya tersebut menggunakan bahasa yang baik
dan benar sekaligus didukung dengan penggunaan kalimat efektif dan makna juga jelas sehingga mendapat skor 12. Dari segi mekanik, tulisan tergolong rapi
dan dapat dibaca, namun pada penggunaan ejaan ada yang masih belum tepat sehingga mendapatkan skor 12. Sementara itu, untuk hasil postes kelompok
kontrol ditunjukan oleh Gambar 6.
Gambar 6 Hasil Postes karya siswa kelompok Kontrol Kategori Tinggi
Skor akhir siswa yang diperoleh seperti pada Gambar 6 di atas adalah 80 kategori tinggi. Pada segi isi, karya tersebut sesuai dengan tema yaitu
persahabatan, serta ide yang tertuang cukup kreatif namun judul kurang mencerminkan isi cerita sehingga mendapat skor 23. Segi organisasi mendapat
skor 15, karya terbilang lengkap memuat fakta dan sarana cerita serta mampu memadukan unsur cerita, namun tidak terdapat amanat dalam cerita. Terdapat
tokoh aku dan teman-temannya, menggunakan sudut pandang orang pertama, alur yang digunakan alur maju. Konflik yang dibangun kurang menarik dan tidak
nampak jelas digambarkan. Segi kosakata karya tersebut sudah menggunakan bahasa yang komunikatif dan penempatan paragraf yang tepat, sehingga
mendapat skor 16. Untuk segi bahasa karya tersebut menggunakan bahasa yang baik dan benar yang didukung dengan penggunaan kalimat efektif dan kejelasan
makna, sihingga mendapat skor 13. Dari segi mekanik, tulisan tergolong rapi dan mudah dibaca, walaupun terdapat beberapa ejaan dan tanda baca yang masih
belum tepat sehingga mendapat skor 13. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t postes kedua kelompok yang
ditunjukan dalam Lampiran 3d disimpulkan bahwa ada perbedaan keterampilan menulis cerpen antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kualitas
kelompok eksperimen lebih baik khususnya pada bagian isi dan organisasi. Pada bagian isi kelompok eksperimen lebih baik karena sebelumnya sudah melakukan
pembelajaran dengan estafet writing dengan teman satu kelompok. Pada bagian organisasi
kelompok eksperimen
lebih baik
dalam menyusun
dan mengembangkan cerita dan lebih baik dalam menyusun unsur pembangun cerita.