2.2.2. Faktor-faktor Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi terdiri dari 5 faktor yaitu faktor kesadaran emosi, pengendalian emosi, motivasi diri, empati dan hubungan sosial
2.2.2.1.Kesadaran emosi
Kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan
dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan mencermati perasaan yang sesungguhnya
membuat seseorang berada dalam kekuasaan perasaan Goleman, 1996. Kesadaran diri merupakan pedoman untuk menyesuaikan kinerja dengan
situasi di lapangan dalam bidang apa pun, untuk mengelola perasaan yang tidak menentu, untuk mempertahankan informasi, untuk menyesuaikan diri dengan
tepat terhadap perasaan orang-orang sekitar, dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dalam bekerja, termasuk yang esensial begi kepemimpinan
dan kerja sama dimulai . Kesadaran emosi dimulai dengan penyelarasan diri terhadap aliran perasaan yang terus ada, kemudian mengenali bagaimana emosi-
emosi membentuk persepsi, pikiran dan perbuatan. Dari kesadaran itu muncullah kesadaran lain. Bahwa perasaan kita berpengaruh terhadap mereka yang
berhubungan dengan kita Goleman,1999 Menurut Mayer, orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka:
Universitas Sumatera Utara
1. Sadar diri Peka akan suasana hati mereka ketika mengalaminya- dapat dimengerti bila
orang-orang ini memiliki kepintaran tersendiri dalam kehidupan emosional mereka. Kejernihan pikiran mereka tentang emosi boleh jadi melandasi ciri-
ciri kepribadian lain: mereka mandiri dan yakin akan batas-batas yang mereka bangun, kesehatan jiwanya bagus, dan cenderung berpendapat positif akan
kehidupan. Bila suasana hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak larut ke dalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu
dengan lebih cepat. Pendek kata, ketajaman pola pikir mereka menjadi penolong untuk mengatur emosi
2. Tenggelam dalam permasalahan Mereka adalah orang-orang yang seringkali merasa dikuasai oleh emosi dan
tak berdaya untuk melepaskan diri, seolah-olah suasana hati mereka telah mengambil ahli kekuasaan. Mereka mudah marah dan amat tidak peka akan
perasaanya, sehingga larut dalam perasaan-perasaan itu dan bukannya mencari perpektif baru. Akibatnya, mereka kurang berupaya melepaskan diri dari
suasana hati yang jelek, merasa tidak mempunyai kendali atas kehidupan emosional mereka. Seringkali mereka merasa kalah dan secara emosional
lepas kendali. 3. Pasrah
Meskipun seringkali orang-orang ini peka akan apa yang mereka rasakan, mereka juga akan cenderung menerima begitu saja suasana hati mereka,
sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya. Kelihatannya ada dua cabang
Universitas Sumatera Utara
jenis yang pasrah ini : mereka yang terbiasa dalam suasana hati yang menyenagkan, dan dengan demikian motivasi untuk mengubahnya rendah;
dan orang-orang yang kendati peka akan perasaanya, rawan terhadap suasana hati yang jelek tetapi menerimanya dengan sikap tidak hirau, tak melakukan
apa pun untuk mengubahnya meskipun tertekan – pola yang ditemukan, misalnya, pada orang-orang yang menderita depresi dan yang tenggelam
dalam keputusasaan Menurut Goleman 1999 kompetensi kesadaran emosi adalah:
a. Mengetahui emosi yang sedang dirasakan dan alasan mengapa terjadi emosi tersebut
b. Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan, pebuat, dan katakan
c. Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja d. Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-
sasaran mereka
2.2.2.2.Pengendalian emosi
Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi. Pengendalian emosi juga bisa berarti
dengan sengaja menghayati suatu emosi, termasuk yang tidak menyenangkan. Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan
atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang tidak baik kemampuannya dalam
Universitas Sumatera Utara
keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari
kemunduran dan kejatuhan dalam kehidupan Goleman, 1996. Kendali diri emosi tidak sama dengan kendali diri yang berlebihan
overcontrol, penyakalan semua perasaan dan spontanitas. Bahkan pengendalian yang berlebihan dapat mendatangkan kerugian, baik fisik maupun mental.
Menurut Goleman 1999 kompetensi pengendalian emosi adalah: a. Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang
menekan seseorang b. Tetap teguh, tetap positif, dan tida goyah bahkan dalam situasi yang paling
berat c. Berfikir dengan jernih dan tetap terfokus walaupun dalam suatu tekanan
2.2.2.3.Motivasi Diri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan
keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka
kerjakan Goleman, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Goleman 1999 kompetensi motivasi diri adalah: a. Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih
tujuan dan memenuhi standart b. Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang
telah diperhitungkan c. Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian
dan mencari cara yang lebih baik d. Selalu belajar untuk menigkatkan kinerja
2.2.2.4.Empati
Kemampuan mengindra perasaan seseorang sebelum yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Orang jarang mengungkapkan
perasaan mereka lewat kata-kata. Sebaliknya, mereka memberitahu kita lewat nada suara, ekspresi wajah, atau cara-cara nonverbal lain Goleman, 1999.
Menurut Goleman 1999 Kemampuan yang dimiliki seseorang yang empati:
a. Kesadaran diri b. Mengenali perasaan yang tersembunyi dalam reaksi-reaksi tubuh sendiri
c. Kemampuan membaca emosi orang lain d. Mengindra dan menanggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak
diungkapkan lewat kata-kata e. Menghayati masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang ada di balik
perasaan seseorang
Universitas Sumatera Utara
f. Menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan orang lain Empati merupakan kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri
emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyratkan
apa-apa yyang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan perawat, mengajar, penjualan, dan manajemen
Goleman, 1996. Menurut Goleman 1999 kompetensi empati adalah:
a. Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkan dengan baik b. Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain
c. Membantu berdasarakan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain
2.2.2.5.Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk yang harus bekerjasama sejak zaman purba. Hubungan sosial yang rumit dan unik pada manusia memberikan keunggulan
yang sangat penting untuk berjuang mempertahankan hidup. Kecerdasan hubungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap suatu pekerjaan
Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Membina hubungan merupakan keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Orang- orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang
mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Goleman, 1996
Universitas Sumatera Utara
Menurut Goleman 1999 kompetensi hubungan sosial adalah: a. Menumbuhakn dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas
b. Mencari hubungan-hubungan yang saling menguntungkan c. Membangun hubungan saling percaya dan memelihara keutuhan anggota
d. Membangun dan memelihara persahabatan pribadi di antara sesama mitra kerja
2.2.3. Hubungan Faktor-faktor Kecerdasan Emosi dengan Komunikasi Interpersonal