Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi yang Dominan Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan olerh Mulyani 2008 di Unit Rawat Inap RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan Chi Square Tests maka diperoleh nilai continuity correction adalah 11,521, p = 0,001, p 0,01, Ho ditolak, Ha diterima. Hasil nilai ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan hubungan sosial dengan komunikasi interpersonal perawat di Unit Rawat Inap RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. Hasil Mulyani sebanding dengan hasil penelitian ini. Hasil analisis data yang telah didapatkan menunjukkan bahwa setiap faktor kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan penerapan komunikasi interpersonal secara terpisah, dan juga secara simultan pada variabel kecerdasan emosional dengan komunikasi interpersonal memiliki kesimpulan yang sama. Pada dasarnya hasil yang didapatkan dari pengolahan data ini dapat diterima secara logis. Hasil penelitian ini mendukung secara logis bahwa kemampuan kecerdasan emosional seorang perawat memang dapat menentukan kemampuannya dalam melaksanakan komunikasi interpersonal dengan pasiennya.

5.2.4. Faktor-Faktor Kecerdasan Emosi yang Dominan Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Perawat dengan Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih Berdasarkan hasil pengujian secara masing-masing faktor-faktor kecerdasan emosi pada tabel 5.6, maka didapatkan bahwa variabel yang memiliki nilai p-value atau signifikansi yang berada dibawah taraf signifikansi 5 adalah faktor pengendalian emosi dan empati. Hal tersebut kemudian menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara hanya faktor pengendalian emosi dan empati yang paling dominan dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal perawat di RS. Djasamen Saragih Pematang Siantar. Kemudian jika diuji secara simultan keseluruhan faktor-faktor kecerdasan emosional, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000, hasil ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal perawat di objek penelitian ini. Dari hasil R square menyatakan bahwa kecerdasan emosi dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal sebesar 58,0. Hasil ini akan semakin mempertegas pemahaman bagi para perawat akan pentingnya kecerdasan emosional perawat untuk mendorong kemampuan komunikasi interpersonal demi membentuk hubungan yang baik antara pasien dengan perawat untuk pencapaian kesembuahan pasien yang optimal. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori, Goleman 1999 mengatakan bahwa kecerdasan emosi berhubungan dengan komunikasi interpersonal. Orang yang kecerdasan emosinya tinggi mampu berkomunikasi dengan baik dibandingkan dengan orang yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang cerdas emosi mudah menyadari keadaan dirinya, mampu mengendalikan emosi pada situasi yang tidak menyenangkan, sehingga ia mampu melakukan komunikasi dengan orang lain. Kariyoso 1994 menyatakan bahwa ketika perawat dapat mengendalikan emosinya, maka klienpasien merasa diterima dengan kejujuran, pengertian serta saling percaya. Sehingga dengan terjadinya proses interaksi yang baik antara perawat dengan Universitas Sumatera Utara klien, perawat dapat melaksanakan perawatan dengan sebaik-baiknya guna memenuhi kebutuhan pasien. Penelitian juga ini menghasilkan bahwa empati merupakan faktor yang dominan mempengaruhi komunikasi interpersonal. Hasil ini didukung oleh teori Patton 1998 yang mengatakan bahwa memperlihatkan empati merupakan langkah pertama ke arah memberikan layanan sepenuh hati dan dapat segera dilaksanakan di dalam praktek. Dimana pelayanan praktek keperawatan tidak lepas dari pelaksanaan komunikasi yang baik dengan pasien. Pelayanan sepenuh hati merupakan keterampilan dalam memberikan empati untuk menciptakan rasa saling percaya dengan pasien. Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Data pada penelitian ini didapat dengan membagikan kuesioner pada 60 responden di ruang rawat inap RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Tekhnik pengambilan sampel adalah dengan accidental sampling. Pada ruang rawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih yang berjumlah 60 responden didapati bahwa perawat memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Perawat yang memiliki kesadaran emosi tinggi sebanyak 57 orang. Perawat yang memiliki pengendalian emosi yang tinngi sebanyak 54 orang. Perawat yang memiliki motivasi diri yang tinggi sebanyak 59 orang. Perawat yang memiliki empati tinggi sebanyak 59 orang. Perawat yang memiliki hubungan sosial yang tinggi sebanyak 56 orang. Demikian juga dengan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal yang dimiliki perawat rawat inap di RSUD Dr. Djasamen Saragih adalah tinggi, hanya satu orang perawat yang memiliki komunikasi interpersonal yang rendah, sebanyak 59 orang perawat memliki komunikasi interpersonal yang tinggi. Hasil ini didukung karena perawat rawat inap RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar pernah mengikuti sosialisasi pertemuan pelayanan kesehatan melalui komunikasi 3S senyum, sapa, sentuh yang diadakan pada tanggal 13 Juli 2011. Perawat tersebut juga pernah mengikuti diklat internal perawat RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantartentang komunikasi terapeutik pada tanggal 6 Oktober 2011. 90 Universitas Sumatera Utara