Tabel 22 Sebaran Persepsi kelompok masyarakat terhadap kondisi lingkungan Kecamatan Cidahu
Kondisi Lingkungan Sebaran Persepsi
Jumlah orang Persentase
1.Apakah Menimbulkan Kerusakan Lingkungan:
a.ya 31
51,67 b.tidak
12 20
c.tidak mengetahui 17
28,33 2.Kondisi Kuantitas Air Tanah
yang Dapat dimanfaatkan: a.tetap
b.menurun 38
63,33 c.tidak mengetahui
22 36,67
Sumber: Data primer diolah 2013
Sebaran persepsi masyarakat pada Tabel 22 menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat menyatakan kondisi air menurun. Sebanyak 63,33
masyarakat menyatakan kondisi air yang dapat dimanfaatkan di Kecamatan Cidahu menurun setelah banyak berdirinya perusahaan pengguna air tanah.
Masyarakat merasakan kekeringan semakin parah pada waktu 10 tahun terakhir. Dahulu meskipun pada musim kemarau air dalam sumur masih ada meskipun
jumlah debitnya sedikit, saat ini ketika kemarau tiba air dalam sumur benar-benar kering sehingga masyarakat harus melakukan tindakan pengganti untuk
mendapatkan air bersih.
6.2 Estimasi Potensi Kerugian Ekonomi Masyarakat 6.2.1 Pola Penggunaan Air Bersih Masyarakat Kecamatan Cidahu
Kondisi sumber air di Kecamatan Cidahu telah banyak berubah. Berdasarkan wawancara dengan LSM dan warga sekitar, mereka menyatakan
bahwa ketersediaan sumber air di Kecamatan Cidahu 10 tahun terakhir mengalami banyak penurunan. Ketika musim kemarau tiba keadaan lebih parah, masyarakat
menderita kesusahan untuk mendapatkan sejumlah air bersih. Hal itu berdampak pada perubahan pola penggunaan air bersih masyarakat.
Masyarakat Kecamatan Cidahu saat ini pada umumnya menggunakan dua sumber air utama, yaitu air sumur dangkal dan pipanisasi. Kedua sumber air
tersebut digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian
masyarakat hanya menggunakan air sumur dangkal atau pipanisasi sebagai sumber utama, sedangkan sebagaian lagi memilih mengkombinasikan kedua
sumber air tersebut Berdasarkan jenis sumber air yang digunakan, penelitian ini
mengklasifikasikan responden ke dalam tiga kelompok, kelompok-1 merupakan responden yang hanya menggunakan air sumur dangkal, kelompok-2 merupakan
responden yang hanya menggunkan pipanisasi, dan kelompok-3 merupakan responden yang mengkombinasikan air sumur dangkal dan pipanisasi. Pola
penggunaan sumber air bersih masyarakat Kecamatan Cidahu dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Pola penggunaan air bersih masyarakat Kecamatan Cidahu berdasarkan klasifikasi penggunaan sumber air
Klasifikasi Penggunaan Sumber air: Jumlah Responden
KK Jumlah Persentase
Responden Kelompok 1
43 71,67
Kelompok 2 13
21,67 Kelompok 3
4 6,67
Sumber: Data primer diolah 2013
Tabel 23 memperlihatkan bahwa pola penggunaan air bersih responden yang diteliti masing-masing menunjukkan 71.67 responden menggunakan air
sumur dangkal, 21,67 responden menggunakan pipanisasi dan 6.67 responden memilih mengkombinasikan antara keduanya. Pemilihan sumber air yang
digunakan sifatnya substitusi terhadap sumber air lainnya. Ketika sumber air yang satu tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka masyarakat menggunakan sumber air
lainnya. Nilai persentase kelompok-1 paling besar dipengaruhi oleh cakupan wilayah program pipanisasi yang masih terbatas.
Pola penggunaan sumber air bersih responden saat ini merupakan pilihan terbaik yang mereka miliki. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden,
sebenarnya mereka sangat menginginkan adanya pipanisasi di wilayah mereka. Responden menganggap pipanisasi memudahkan mereka untuk mendapatkan air
bersih. Program pipanisasi merupakan program penyediaan air bersih yang disalurkan ke rumah-rumah warga. Program pipanisasi yang saat ini sudah
berjalan di Kecamatan Cidahu berasal dari program PNPM Mandiri, program CSR PT.X, dan hibah dari yayasan Y.
6.2.2 Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat
Biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk memenuhi kebutuhan sumber air berish relatif beragam berdasarkan klasifikasi sumber air yang mereka
gunakan. Komponen biaya pengganti yang dikeluarkan responden setiap bulan diantaranya adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar iuran pipanisasi,
biaya pendalaman sumur, biaya pembuatan sumur baru, dan biaya jasa pengambilan air ketika musim kemarau.
Adapun biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk mendapatkan air bersih diperoleh dari penjumlahan masing-masing komponen biaya pengganti.
Jenis dan besarnya biaya pengganti yang dikeluarkan oleh responden untuk mendapatkan air bersih dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Jenis dan besarnya biaya pengganti yang dikeluarkan oleh responden
Klasifikasi penggunaan
sumber air: Jenis replacement cost yang dikeluarkan masyarakat per tahun Rp
Pembuatan sumur baru
Pendalaman sumur
Jasa pengambilan air
Pipanisasi Total biaya
replacement cost Kelompok 1
8.300.000 5.400.000
4.140.000 17.840.000
Kelompok 2 1.050.000
612.000 1.662.000
Kelompok 3 1.000.000
204.000 1.204.000
Jumlah 8.300.000
6.400.000 5.190.000
816.000 20.706.000
Sumber: Data primer diolah 2013
Tabel 24 memperlihatkan biaya pengganti rata-rata yang paling besar dikeluarkan oleh responden per tahun adalah biaya pembuatan sumur baru. Hal ini
terjadi karena komponen biaya untuk membuat sumur baru lebih banyak dan beragam, serta dipengaruhi oleh tempat tinggal responden yang berada di dekat
aliran sungai. Biaya pembuatan sumur baru berkisar antara Rp.1.500.000 - Rp.2.000.000 per pembuatan sumur baru dan Rp.200.000 - Rp.600.000 untuk
biaya pendalaman sumur. Pengeluaran biaya pembuatan sumur baru maupun pendalaman sumur sifatnya adalah pengeluaran tahunan dan tidak setiap tahun
responden melakukan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil survey terhadap responden kelompok-1, total biaya
pengganti yang dikeluarkan oleh reponden untuk mendapatkan air bersih adalah Rp.17.840.000 per tahun. Total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya
pembuatan sumur baru, biaya pendalaman sumur, dan biaya jasa pengambilan air
ketika musim kemarau. Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden kelompok-1 per KK adalah Rp.414.884 per tahun atau setara Rp.34.575 per bulan.
Hasil survey terhadap responden kelompok-2 menunjukkan bahwa total biaya pengganti yang dikeluarkan responden adalah Rp.1.662.000 per tahun. Total
biaya diperoleh dari penjumlahan biaya jasa pengambilan air ketika musim kemarau, dan biaya iuran pipanisasi. Biaya rata-rata yang dikeluarkan responden
kelompok-2 per KK adalah Rp.127.846 per tahun atau setara Rp.10.654 per bulan. Adapun hasil survey terhadap responden kelompok-3 menunjukkan bahwa
total biaya pengganti yang dikeluarkan responden adalah Rp.1.204.000 per tahun. Total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya pendalaman sumur, dan biaya iuran
pipanisasi. Biaya rata-rata yang dikeluarkan responden kelompok-3 per KK adalah Rp.301.000 per tahun atau setara Rp.25.083 per bulan. Jumlah kerugian
ekonomi yang berpotensi dialami masyarakat untuk mendapatkan air bersih dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Jumlah kerugian ekonomi yang berpotensi dialami masyarakat untuk mendapatkan air bersih
Klsifikasi penggunaan
sumber air Biaya total per tahun
Rp Biaya rata-rata per tahun
RpKK Biaya rata-rata per bulan
RpKK Kelompok 1
17.840.000 414.884
34.574 Kelompok 2
1.662.000 127.846
10.654 Kelompok 3
Jumlah 1.204.000
20.706.000 301.000
345.100 25.083
28.758 Sumber: Data primer diolah 2013
Tabel 25 memperlihatkan potensi kerugian ekonomi paling besar dialami oleh responden kelompok-1, yaitu responden yang hanya menggunakan air sumur
dangkal untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Hal itu bisa terjadi karena biaya yang harus dikeluarkan oleh responden kelompok-1 lebih beragam dan
relatif lebih mahal. Kelompok-1 sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih pada sumur, sehingga mereka akan berupaya agar sumur tetap dapat
menyediakan sumber air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelompok yang mengeluakan biaya pengganti terbesar kedua adalah
kelompok-3, yaitu responden yang mengkombinasikan sumber air sumur dangkal dan pipanisasi. Biaya rata-rata yang mereka keluarkan relatif lebih rendah jika