pelaksanaan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Satpol PP hanya berfungsi sebagai pelaksana tugas penertiban pelanggaran undang-undang. Sementara itu
tingkat pengaruh Satpol PP cukup tinggi. Satpol PP bekerjasama dengan DPESDM melaksanakan kebijakan penertiban perusahaan yang melakukan
pelanggaran. Salah satu contoh peran Satpol PP adalah melakukan penyegelan perusahaan yang tetap melakukan pelanggaran setelah diberikan peringatan
tertulis sebanyak tiga kali. G. Badan Pengelolaan dan Perencanaan Daerah Bappeda
Bappeda mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.
Tingkat kepentingan dan pengaruh Bappeda dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah tergolong tinggi. Hal itu terkait dengan fungsi Bappeda dalam
perencanaan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW. Bappeda berperan dalam penentuan kebijakan teknis tata letak bangunan perusahaan, apakah telah sesuai
RTRW atau tidak. RTRW penting dilakukan untuk mengetahui daerah tutupan dan bukaan lahan, sehingga pada wilayah tersebut tetap terjaga lahan terbuka guna
meresapnya air. Bagian organiasasi Bappeda yang memiliki tugas dalam perencanaan fisik wilayah adalah Bappeda bidang fisik.
H. Dinas Tata Ruang, Pemukiman, dan Kebersihan Dinas Tarkimsih Dinas Tarkimsih mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan tata ruang, perumahan, pemukiman, bangunan, kebersihan,
pertamanan dan pemakaman. Adapun fungsi Dinas Tarkimsih dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah adalah terkait perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian tata ruang. Dinas Tarkimsih berkoordinasi dengan Bappeda bidang fisik mengawasi pembangunan tata ruang yang dilakukan di suatu wilayah.
Tingkat kepentingan dan pengaruh Dinas Tarkimsih dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah tergolong tinggi. Peran Dinas Tarkimsih adalah sebagai
penerbit persetujuan siteplan posisi sumur bor perusahaan pengguna air tanah. Siteplan yang diajukan oleh perusahaan dikaji oleh Dinas Tarkimsih bidang tata
ruang. Apabila siteplan yang diajukan telah sesuai dengan RTRW maka akan
terbit surat izin rekomendasi pembangunan perusahaan sebagai salah satu syarat kelengkapan dalam SIPA. Pengkajian yang dilakukan mempertimbangkan aspek
lingkungan dan segala dampak yang berpotensi timbul akibat penggunaan tata ruang yang dilakukan. Dinas Tarkimsih memiliki tingkat pengaruh yang cukup
tinggi terhadap penentuan arah kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, yaitu terkait kajian teknis tata ruang.
I. Sekretariat Daerah Bagian Hukum Setda Bagian Hukum Setda bagian hukum memiki tugas pokok sebagai pelaksana sebagian fungsi
Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pemerintahan di bidang hukum. Tingkat kepentingan bagian hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah
tergolong rendah, namun memiliki pengaruh yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat bagian hukum Kab. Sukabumi, bagian hukum tidak
memiliki fokus khusus terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Selama ini peran bagian hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah hanya
sebagai penerbit peraturan SOTK OPD yang membidangi air tanah dan penyusunan peraturan daerah serta kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan air tanah. J. Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa
Tingkat kepentingan Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah tergolong rendah, namun memiliki
pengaruh yang cukup tinggi. Pengelolaan dan pemanfaatan air tanah tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap jalannya tugas Pemerintah Kecamatan
maupun Pemerintah Desa. Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa tidak dilibatkan secara langsung dalam proses pengelolaan dan pemanfaatan air tanah,
namun berperan dalam memberikan persetujuan izin lingkungan. Tingkat pengaruh yang cukup tinggi memungkinkan Pemerintah Kecamatan dan
Pemerintah Desa terlibat dan mengajukan arah rancangan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
7.2.2 Kelompok Perusahaan
Tingkat kepentingan perusahaan terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sangat tinggi, namun memiliki tingkat pengaruh yang rendah. Perusahaan
membutuhkan air tanah sebagai bahan penunjang produksi maupun sebagai bahan utama produksi. Air tanah merupakan satu-satunya sumber air yang digunakan
perusahaan untuk memenuhi aktivitas produksi. Tanpa adanya ketersediaan air tanah perusahaan tidak dapat berproduksi.
Perusahaan merupakan objek dari kebijakan. Perusahaan memiliki pengaruh yang rendah terhadap penentuan arah kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air
tanah. Kebijakan menuntut perusahaan untuk bertindak seimbang antara pemanfaatan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian
lingkungan. Keberadaan perusahaan diharapkan dapat berfungsi meningkatkan penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal,
meningkatkan PAD Kabupaten Sukabumi, namun juga tetap menjaga keberadaan air tanah untuk generasi yang akan datang.
7.2.3 Masyarakat
Tingkat kepentingan masyarakat terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sangat tinggi, namun memiliki tingkat pengaruh yang rendah. Masyarakat
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap ketersediaan air tanah, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, pengaruh masyarakat dalam
penentuan arah kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah masih sangat rendah. Masyarakat lebih cenderung menjadi objek dari kebijakan.
Masyarakat lokal setidaknya memiliki dua fungsi dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pengawasan. Fungsi
masyarakat pada perencanaan pemanfaatan air tanah adalah memberikan izin lingkungan terhadap perusahaan yang mengajukan pemanfaatan air tanah,
sedangkan fungsi pengawasan dilakukan melalui pemantauan kondisi perubahan lingkungan. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukaan mengingat masyarakat
dianggap lebih mengetahui perubahan kondisi lingkungannya. Faktanya, saat ini keterlibatan masyarakat masih sangat minim dalam implementasi pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
7.3 Pergeseran Pemetaan Stakeholder
Hasil pemetaan stakeholder menunjukkan bahwa terdapat beberapa stakeholder yang perannya belum sesuai, yaitu perguruan tinggi dan masyarakat.
Seharusnya perguruan tinggi sebagai instansi tingkat akademisi memiliki tingkat pengaruh yang tinggi, namun hasil pemetaan menunjukkan bahwa peran
perguruan tinggi adalah sebagai by stander dimana tingkat kepentingan dan pengaruhnya rendah. Hal yang sama juga trejadi pada masyarakat, dimana
seharusnya masyarakat memiliki tingkat pengaruh yang tinggi, namun hasil pemetaan menunjukkan tingkat pengaruh masyarakat yang masih relatif rendah.
Mengatasi hal tersebut, perlu diadakan suatu pergeseran tingkat pengaruh. Pergeseran tingkat pengaruh perguruan tinggi dapat dilakukan dengan cara lebih
melibatkan perguruan tinggi dalam pengambilan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Perguruan tinggi dapat dijadikan stakeholder yang
membantu mengkaji kebijakan dari sisi akademisi. Adapun pergeseran peran masyarakat dapat dilakukan melalui Forum Group Discussion FGD. Masyarakat
disertakan dalam diskusi arah kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Pengaruh masyarakat penting ditingkatkan mengingat
masyarakat merupakan pihak yang terkena dampak dari kebijakan dimana mereka lebih memahami perubahan kondisi lingkungan tempat mereka tinggal.
7.4 Keterkaitan antar Stakeholder
Ostrom 1990 dalam Rudiyanto 2011 menyatakan bahwa dalam menganalisis hubungan antar actor pada sistem kelembagaan, perlu dibedakan
berdasarkan tingkatannya level. Pertama adalah level konstitusi constitutional, yaitu lembaga yang berperan dalam menyusun aturan main untuk level collective
choice. Kedua adalah level pilihan kolektif collective choice, yaitu lembaga yang berperan dalam menyusun peraturan untuk dilaksanakan oleh lembaga
operasional. Ketiga adalah lembaga operasional operational, yaitu lembaga yang secara langsung melaksanakan kebijakan di lapangan.
Hasil analisis dokumen SOTK OPD dan wawancara dengan key person menunjukkan bahwa pada level konstitusi stakeholder yang berperan adalah
DPRD dan Setda Bagian Hukum. Level penentu kebijakan collective choice
stakeholder yang berperan adalah DPESDM, BLH, BPMPT, DPPKAD, Satpol PP, Dinas Tarkimsih, Bappeda, Pemerintah Kecamatan, dan Pemerintah Desa.
Sementara itu, stakeholder yang berperan pada level operasional adalah LSM, Masyarakat, dan Perusahaan.
Sumber: Data primer diolah 2013
Keterangan: : Alur keterkaitan
: Alur koordinasi : Kelompok pemberi rekomendasi
Gambar 4 Keterkaitan antara stakeholder Hasil wawancara dengan key person pada masing-masing stakeholder,
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan air tanah masih dirasa kurang sinergisasi antara stakeholder satu dengan lainnya. Hal itu bisa dilihat dari
kebijakan yang masih bersifat parsial hanya berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing stakeholder. Belum ada kebijakan menyeluruh yang dapat
mensinergikan kepentingan dan pengaruh antar stakeholder.
DPRD Setda Bagian Hukum
DPESDM BLH
BPMPT DPPKAD
Satpol PP Bappeda
Dinas Tarkimsih
Pemerintah Kecamatan
Pemerintah Desa
LSM Masyarakat
Perusahaan Perguruan Tinggi
Constitutional Level
Collective Choice Level
Operasioanl Level
VIII ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH
8.1 Kebijakan Pengelolaan Air Tanah
Kebijakan pengelolaan air tanah di Kecamatan Cidahu selama ini mengacu kepada peraturan formal yang ditetapkan dan disahkan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Peraturan perundangan pemerintah pusat yang mengatur pengelolaan air tanah diantaranya adalah undang-undang
UU Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah PP, dan keputusan menteri kepmen ESDM. Adapun peraturan pemerintah daerah yang mengatur
pengelolaan air tanah adalah Peraturan Daerah Perda dan Peraturan Bupati Perbup. Tidak terdapat peraturan informal yang mengatur pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Peraturan Pemerintah PP No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
menjelaskan secara rinci mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan air tanah. Kebijakan pengelolaan air tanah ditujukan sebagai arahan dalam penyelenggaraan
konservasi air tanah, pendayagunaan air tanah, pengendalian daya rusak air tanah, dan sistem informasi air tanah yang disusun dengan memerhatikan kondisi air
tanah setempat. Kebijakan pengelolaan air tanah disusun dan ditetapkan secara terintegrasi dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air, yakni kebijakan
nasional sumber daya air, kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi, dan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat kabupatenkota.
Saat ini belum ada kebijakan danataupun kelembagaan khusus yang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
Kebijakan yang diberlakukan selama ini adalah mengacu pada peraturan perundangan dan pedoman perencanaan teknis pengelolaan air tanah dari Provinsi
Jawa Barat. Keputusan Menteri Kepmen ESDM No. 1451 K10MEM2000 Tahun 2000 menjelaskan bahwa pemanfaatan air bawah tanah yang terus
meningkat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap air bawah tanah itu sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Dampak negatif yang mungkin timbul
diantaranya adalah penurunan jumlah dan mutu air tanah, penyusupan air laut dan
amblesan tanah. Pedoman perencanaan pendayagunaan air tanah diperlukan untuk mengatur pemanfaatan air tanah tanpa menimbulkan dampak negatif.
Bupati memiliki wewenang dalam mengelola air tanah di wilayahnya. Semenjak diberlakukan UU No. 22 Tahun 1999 jo PP No.25 Tahun 2000, daerah
berwenang dan bertanggung jawab mengelola air tanah termasuk memelihara kelestarian lingkungan. Selanjutnya, UU No. 7 Tahun 2004 tentang Wewenang
Pemerintah KabupatenKota menjelaskan bahwa salah satu wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupatenkota meliputi wewenang untuk mengatur,
menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupatenkota. Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat 1, 2 dan 3
menjelaskan bahwa air tanah dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,
kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas. Teknis pengelolaan air tanah didasarkan pada CAT yang berlandaskan pada kebijakan dan strategi pengelolaan
air tanah di daerah. Kebijakan dan strategi pengelolaan air tanah daerah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Adapun wewenang pengelolaan air tanah di
Kabupaten Sukabumi dilimpahkan Bupati kepada DPESDM. Wewenang DPESDM meliputi proses pengelolaan dan pengawasan pemanfaatan air tanah
artesis. Perda merupakan pranata hukum yang berfungsi sebagai landasan
operasional yang memuat materi teknis pengelolaan air tanah. Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat No. 8 Tahun 2012, pada prinsipnya kegiatan pengelolaan air
tanah terbagi dalam kegiatan inventarisasi, perencanaan dan pendayagunaan, konservasi dan rehabilitasi serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Perizinan pengambilan air tanah merupakan salah satu instrumen pengendalian pemanfaatan air tanah. Kebijakan yang harmonis diperlukan untuk
pelaksanaan pengelolaan dan pemafaatan air tanah secara terpadu dalam satu CAT. Perizinan pemanfaatan air tanah diterbitkan oleh Bupati dengan
melampirkan rekomendasi teknis dari DPESDM. Rekomendasi teknis penting
dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat eksploitasi air tanah sehingga dapat meminimalisasi terjadinya dampak kerusakan lingkungan.
Instrumen pengendalian dalam pemanfaatan air tanah lainnya adalah pajak air tanah. Pajak air dikenakan kepada perusahaan pengguna air tanah yang
memakai sumur bor. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyatakan bahwa penetapan pajak air tanah menjadi kewenangan
KabupatenKota. Secara umum pengendalian pemanfaatan air tanah dilakukan melalui serangkaian mekanisme pengelolaan air tanah, yaitu perizinan,
pengawasan, penertiban dan kewajiban konservasi air tanah.
8.1.1 Analisis Perizinan
Pengendalian perizinan diarahkan untuk menata penerapan hak guna pemanfaatan air tanah. Hak guna pemanfaatan air tanah dapat diperoleh tanpa izin
sepanjang untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan atau bagi pertanian rakyat berdasarkan persyaratan tertentu. Adapun hak guna
pemanfaatan air tanah yang dilakukan dengan cara mengebor, menggali tanah atau penggunaannya mengubah kondisi dan lingkungan air tanah dan dalam jumlah
besar harus disertai dengan izin. Pengeboran atau pemanfaatan air tanah dapat dilakukan setelah memperoleh
Surat Izin Pengeboran SIP dan Surat Izin Pemanfaatan Air Tanah SIPA. Izin tersebut selain sebagai perwujudan aspek legalitas juga dimaksudkan untuk
membatasi pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Tujuan pembatasan adalah agar pengambilan dan pemanfaatan air tanah sesuai dengan daya dukung
ketersediannya secara alami. Pemberian izin pemanfaatan air tanah berada pada wewenang BPMPT Kabupaten Sukabumi. Menurut Perda Kabupaten Sukabumi
No. 14 Tahun 2010 Pasal 24 Ayat 1 menjelaskan izin pemakaian dan pengusahaan air tanah yang diberikan oleh Bupati merupakan izin yang mencakup kegiatan
pengadaan sarana, prasarana danatau pengambilan air tanah. Perencanaan penggunaan air tanah dalam rangka persyaratan perizinan
melalui pengeboran dilakukan dengan ketentuan sebagi berikut : 1.
Peruntukan pemanfaatan air tanah untuk keperluan air minum dan rumah tangga adalah merupakan prioritas utama diatas segala keperluan lain.
2. Pemanfaatan air tanah pada akuifer tidak tertekan, diprioritaskan untuk
keperluan air minum dan rumah tangga. 3.
Pemanfaatan air tanah untuk keperluan lain tidak mengganggu keperluan untuk rumah tangga.
4. Pengaturan pemanfaatan didasarkan atas urutan prioritas peruntukan serta
memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat. Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 25 Ayat 1
menyatakan bahwa untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Bupati. Selanjutnya dalam ayat 3 dikatakan bahwa permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus melampirkan informasi:
1. Peruntukan dan kebutuhan air tanah
2. Rencana pengeboran yang dilengkapi dengan laporan hasil pendugaan
geofisika atau rencana penggalian air tanah 3.
Upaya pengelolaan lingkungan UKL dan upaya pemantauan lingkungan UPL atau analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan Perda Kab. Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 27 menyatakan bahwa
Bupati menerbitkan izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah pada lokasi yang berada di luar cekungan air tanah lintas kabupatenkota setelah
memperoleh rekomendasi teknis yang berisi persetujuan dari Organisasi Perangkat Daerah OPD yang membidangi air tanah. OPD yang berwenang
dalam memberikan rekomendasi teknis pemanfaatan air tanah di kecamatan cidahu adalah DPESDM Kabupaten Sukabumi. Aspek penting pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah yang terdapat dalam dokumen perizinan diantaranya adalah pengaturan lokasi titik pengambilan, kedalaman penyadapan, dan pembatasan
debit air tanah. Berikut adalah serangkaian proses administrasi perizinan yang harus dipenuhi oleh pemohon pemanfaat air tanah:
1. Surat Izin Pengeboran Ekploitasi Air Tanah SIP, persyaratannya meliputi:
a Peta situasi berskala 1:10.000 atau lebih besar, dan peta topografi skala
1:50.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pengeboran air tanah b
Informasi mengenai rencana pengeboran air tanah