Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

untuk memenuhi kebutuhan, mengambil air tanah dalam jumlah yang melebihi ketentuan.

2.1.6 Metode Analisis stakeholder

Kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu tidak terlepas dari peran seluruh stakeholder. Grimbel dan Chan 1995 mendeskripsikan analisis stakeholder sebagai suatu pendekatan dan prosedur untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi aktor-aktor kunci atau stakeholder kunci di dalam sistem serta menilai kepentingan masing-masing di dalam sistem tersebut. Stakeholder yang dimaksud adalah semua yang memengaruhi danatau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan tindakan sistem tersebut. Hal itu dapat bersifat individual, masyarakat, kelompok sosial atau isntitusi dalam berbagai ukuran. Stakeholder meliputi pembuat kebijakan, perancang dan administrator dalam pemerintah, serta kelompok pengguna objek dalam sistem. Konsep analisis stakeholder pernah dideskripsikan oleh Freeman 1984 dalam Suhana 2008. Freeman mengemukakan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu tujuan pencapaian organisasi. Ada tiga tingkat analisis pemangku kepentingan: 1. Tingkat Rasional Tingkat rasional sangat membutuhkan pemahaman tentang stakeholder dari organisasi. Freeman menggunakan peta umum stakeholder, kemudian mengidentifikasi masing-masing stakeholder berdasarkan peta stakeholder. Lebih lanjut, masing-masing stakeholder diidentifikasi dan dianalisis. Freeman juga menggunakan dua dimensi grid sebagai perangkat analisis organisasi stakeholder. Dimensi pertama merupakan kelompok stakeholder dilihat dari sisi kepentingannya, dan dimensi kedua merupakan kelompok stakehoder dilihat dari sisi pengaruhkekuatannya dalam organisasi. 2. Tingkat Proses Tingkat proses diperlukan untuk memahami bagaimana organisasi baik secara implisit ataupun eksplisit mengelola hubungan dengan masing- masing stakeholder, dan apakah proses ini sesuai dengan peta stakeholder rasional organisasi. 3. Tingkat Transaksional Tingkat transaksional membutuhkan pemahaman hubungan transaksi antar organisasi dan stakeholder serta mampu menyimpulkan apakah hubungankerjasama yang terjadi sesuai dengan peta stakehoder dan proses organisasi stakeholder. Pemahaman legitimasi masing-masing stakeholder sangat penting dalam keberhasilan tingkat transaksional.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang air tanah sudah banyak dilakukan, namun sebagian besar meneliti tentang pencemaran air tanah dan willingnes to pay masyarakat terhadap pencemaran air tanah. Penelitian tentang kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah serta dampak kerugian ekonomi masyarakat secara umum masih jarang diteliti. Oleh karena itu, penulis meneliti mengenai analisis kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah yang membahas peran stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, serta estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat pemanfaatan air tanah oleh perusahaan. Penelitian mengenai pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sebelumnya pernah dilakukan oleh Adoe 2008 yang berjudul “Pengendalian Pemanfaatan Air tanah Di Kota Kupang”. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa proses pengendalian pemanfaatan air tanah merupakan upaya untuk menjamin pemanfaatan air tanah secara bijaksana serta menjaga kesinambungan kuantitas dan kualitasnya. Penelitian lain pernah dilakukan oleh Siswanto 2011 yang berjudul “Evaluasi Kebijakan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta”. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis evaluasi kebijakan adalah analisis isi content analysis. Penelitiannya menyimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya menggunakan pajak dan retribusi air tanah sebagai kebijakan untuk membatasi pemakaian dan pemanfaatan air tanah di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kontribusi pajak dan retribusi air tanah terhadap PAD sangat kecil dibandingkan dengan pajak daerah dan retribusi daerah yang