Latar Belakang Analisis Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi

Ketika hujan mencapai bumi yang menjadi aliran mantap hanya 25, hampir tiga perempat terbuang percuma ke laut. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya air masih perlu dikelola dengan cara-cara yang benar agar air mantap meningkat dan air yang terbuang percuma berkurang.

2.1.2 Sifat dan Nilai Air Tanah

Air tanah termasuk dalam kelompok sumber daya yang memiliki siklus dalam proses pembentukannya. Menurut Kodoatie dan Sjarief 2010b, air tanah merupakan salah satu komponen dalam daur hidrologi hydrologic cycle yang berlangsung di alam. Sumber ini terbentuk dari air hujan yang meresap ke dalam tanah di daerah imbuhan recharge area dan mengalir melalui lapisan batuan, terutama lapisan pembawa air akuifer dalam satu cekungan air tanah groundwater basin yang berada di bawah permukaan tanah menuju ke daerah lepasan discharge area. Lebih lanjut Kodoatie dan Sjarief 2010b menjelaskan bahwa air tanah dapat berupa air sumur dalam maupun air sumur dangkal. Air sumur dalam ialah air yang telah merembes melalui lapisan-lapisan mineral masuk ke tanah, ketika selama perembesan bahan-bahan organiknya tertahan. Oleh karena itu, air sumur dalam dapat langsung diminum. Sebaliknya air sumur dangkal tidak dapat langsung diminum karena rawan perembesan oleh zat pencemar yang berasal dari limbah buangan kegiatan domestik, pertanian, ataupun industri. Air tanah memiliki nilai yang sangat penting sebagai salah satu sumber pasokan kebutuhan air dalam aktivitas manusia. Air lebih dari sekedar sebagai nilai sosial, ekonomi, religius, kultural dan lingkungan Sanim 2011. Kamper et al. 2006 dalam Siswanto 2011 menyebutkan nilai ekonomi air tanah yakni: 1 nilai penggunaan use value, untuk keperluan air minum, industri, irigasi dan sebagainya; 2 diluar nilai penggunaan non-use value misalnya kemanfaatan untuk generasi yang akan datang; 3 nilai ekosistem, misalnya manfaat keberadaan air tanah untuk ekosistem, sungai dan danau.

2.1.3 Potensi Kerusakan Lingkungan Akibat Pemanfaatan Air Tanah

Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Pasal 34 tentang Air Tanah menyatakan bahwa air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Contoh pemanfaatan air tanah yang tidak dikelola dengan baik adalah pemanfaatan air tanah yang dilakukan secara terus-menerus dan dalam jumlah yang melebihi daya pulihnya. Pemanfaatan air tanah seperti itu dapat menimbulkan kerusakan lingkungan berupa penurunan jumlah debit air, penurunan muka air tanah, penurunan mutu air, dan penurunan permukaan tanah Suripin 2002. Menurut Hindarko 2002 harus diakui bahwa dampak lingkungan yang terjadi dari penyadapan air tanah secara masal ini sangat mengkhawatirkan, seperti misalnya: 1. Intrusi air laut, berupa rembesan air asin yang mencemari sumur penduduk, dan merusak bangunan bawah tanah lainnya. 2. Land subsidence, penurunan muka tanah, seperti yang sedang terjadi di daerah pantai Kota Semarang, muka tanah diperkirakan turun 5 cm setiap tahunnya. 3. Penurunan muka air tanah secara masal, sehingga sungai menjadi kering, sumur penduduk habis airnya, mata air berhenti mengalir.

2.1.4 Metode Estimasi Potensi Kerugian Akibat Pemanfaatan Air Tanah

Menurunnya ketersediaan air menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat Kecamatan Cidahu. Nilai kerugian ekonomi akibat degradasi lingkungan salah satunya dapat dihitung dengan Averting Behavior Methods ABM. ABM menggambarkan pengeluaran yang dibuat atau dikeluarkan masyarakat dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif degradasi lingkungan. Metode ini menggunakan biaya dari pembelian barang produk tertentu untuk menilai kualitas lingkungan. Secara umum, metode ini sangat sesuai diaplikasikan untuk kasus-kasus ketika pencegahan kerusakan atau pengeluaran untuk barang-barang pengganti benar-benar ada atau benar-benar akan dibuat Jones, et al. 2000. Pendekatan ABM didasarkan pada asumsi bahwa apabila orang menerima biaya untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya jasa lingkungan atau mengganti jasa ekosistem, maka nilai jasa lingkungan tersebut setidaknya harus sama dengan harga yang dibayarkan individu untuk penggantian tersebut. Adapun asumsi lain dalam ABM adalah sebagai berikut : 1. Individu mengenali dampak negatif kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan mereka; 2. Individu mampu menyesuaikan kebiasaan mereka untuk mencegah atau mengurangi dampak tersebut. Estimasi potensi kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Kecamatan Cidahu pada penelitian ini dinilai melalui analisis ABM pendekatan Replacement Cost. Replacement Cost adalah pendekatan ABM yang mengestimasi nilai jasa lingkungan melalui biaya pengganti jasa tersebut dengan barang dan jasa alternatif buatan. Metode ini menggambarkan jasa lingkungan yang bisa ditiru dengan menggunakan teknologi Jones, et al. 2000. Adapun menurut Garrod and Willis 1999, pendekatan replacement cost menilai nilai sumber daya dengan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mengganti atau mengembalikan setelah sumber daya tersebut telah rusak.

2.1.5 Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Air Tanah

Menurut Suparmoko 2008, suatu kebijakan sumber daya alam dan lingkungan yang bertanggung jawab terhadap generasi saat ini maupun generasi yang akan datang terdiri dari satu himpunan peraturan serta tindakan yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya alam dan lingkungan yang membuat perekonomian bekerja efisien serta bertahan dalam waktu yang tidak terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi agregat dan tidak membiarkan lingkungan fisik menjadi rusak, maupun tidak menimbulkan risiko yang besar bagi generasi yang akan datang, tetapi justru sebaliknya akan membuat generasi yang akan datang lebih sejahtera. Menurut Suparmoko dan Suparmoko 2000, intervensi kebijakan dapat dikelompokkan menjadi: a insentif atas dasar kekuatan pasar yang diharapkan memengaruhi perilaku perorangan market based insrument = MBI, b instrumen