8.1.2 Analisis Pengawasan
Pengawasan pemanfaatan air tanah menurut Perda Kab. Sukabumi No. 14 Tahun 2010 tentang Air Tanah, menyatakan bahwa pengawasan ditujukan untuk
menjamin kesesuaian antara penyelenggaraan, pengelolaan air tanah dengan peraturan perundang-undangan terutama menyangkut ketentuan administratif dan
teknis pengelolaan air tanah. Berdasarkan Perda No. 14 Tahun 2010 Pasal 48 Ayat 2 menyatakan bahwa Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan atas
penyelenggaraan pengelolaan air tanah melalui Organisasi Perangkat Daerah OPD yang membidangi air tanah atau izin pengusahaan air tanah. Kegiatan
pengawasan pemanfaatan air tanah meliputi: 1.
Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan teknis yang tercantum dalam izin, yaitu pengawasan dalam rangka: pemasangan konstruksi sumur atau
bangunan penurapan mata air, uji pemompaan, pemasangan meter air atau alat ukur debit lainnya, dan pemanfaatan air tanah
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan UKL, UPL dan AMDAL
3. Pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran dan kerusakan
air tanah Masyarakat berhak terlibat dalam pengawasan pelaksanaan pemanfaatan air tanah
dengan mengajukan pengaduan, gugatan, dan laporan kepada pihak berwenang atas penggunaan air tanah yang diduga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup atau merugikan kepentingan masyarakat. Pengawasan pemanfaatan air tanah mencakup pencatatan meter air setiap
bulan secara berkala. Pencatatan berfungsi untuk memantau pemanfaatan air tanah dan sebagai dasar penghitungan pajak air tanah yang harus dibayarkan oleh
perusahaan pengguna air tanah. Penghitungan teknis jumlah pajak yang harus dibayarkan selanjutnya diatur dalam Perbup Kabupaten Sukabumi No. 28 Tahun
2011 tentang Tata Cara Perhitungan Nilai Perolehan Air NPA. NPA yang telah dihitung oleh DPESDM kemudian diterbitkan dalam bentuk Surat Ketetapan
Pajak Daerah SKPD. Selanjutnya DPPKAD menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah STPD yang berisi nominal pajak yang harus di bayar oleh masing-
masing perusahaan. Perusahaan membayarkan wajib pajaknya kepada DPPKAD melalui bank dalam bentuk transfer.
Berdasarkan tata cara pembayaran pajak yang tercantum pada Perda Kabupaten Sukabumi No. 16 Tahun 2010 Pasal 17 tentang Pajak Air Tanah, pajak
air tanah dilunasi paling lama 30 hari kerja setelah saat terutangnya pajak yang merupakan tanggal jatuh tempo bagi wajib pajak untuk melunasi pajaknya.
Pembayaran melebihi waktu jatuh tempo dikenakan bunga sebesar 2 per bulan.
Sumber: Data primer diolah 2013
Keterangan: : alur mekanisme pengawasan
: alur dua arah : alur koordinasi antar instansi
Gambar 6 Pengawasan pemanfaatan air tanah Gambar 6 menunjukkan keterkaitan antara pengawasan pencatataan meter
air dengan pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan pemanfaat air tanah. Pengawasan meter air dilakukan oleh DPESDM berkoordinasi dengan DPPKAD
dalam hal pemungutan pajak air tanah. Pajak air tanah sebagai salah satu instrumen pengendalian pemanfaatan air tanah belum berjalan efektif. Faktanya,
DPESDM
Perusahaan
DPPKAD SKPD
Penghitungan NPA
STPD Pencatatan
Penggunaan Debit Air
Tanah
Pembayaran Pajak Penghitungan
Pajak Pelanggaran
Jumlah Debit Air
Penertiban
masih banyak perusahaan yang over debit meskipun telah dikenakan tarif pajak progresif. Perusahaan tidak mungkin menurunkan pemakaian air tanah dengan
alasan permintaan yang tinggi dan tidak ada sumber air alternatif. Sementara itu, beberapa pejabat instansi pemerintah beranggapan instrumen pajak belum efektif
dalam pengendalian air tanah karena harga baku air tanah yang masih tergolong murah, yaitu hanya sebesar Rp.500m
3
. Gambar 6 juga menunjukkan keterkaitan antara pengawasan pelanggaran
jumlah debit air dengan potensi sanksi penertiban yang dapat dikenakan kepada perusahaan pelanggar. Pengawasan pemanfaatan air tanah dan potensi dampak
terhadap lingkungan dilakukan secara berkala oleh DPESDM dan BLH Kabupaten Sukabumi, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa
pelaporan data yang belum teratur. Pelaporan pengawasan yang sudah teratur saat ini hanya pelaporan pencatatan meter air.
Pengawasan yang belum teratur diantaranya adalah pelaporan mengenai evaluasi kewajiban pemegang izin SIPA, data kondisi perubahan lingkungan,
pelaporan data hasil sumur pantau, serta data air tanah yang masuk dan keluar CAT. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pejabat yang membidangi
air tanah di DPESDM dan BLH, tidak lengkapnya laporan disebabkan oleh dana yang tinggi untuk melakukan pengawasan. Sementara itu, alokasi anggaran dana
daerah untuk pengawasan sangat terbatas. Hal ini belum sesuai dengan amanat Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 48 Ayat 3 yang menyatakan
pengawasan dilakukan melalui pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Saat ini belum ada koordinasi secara berkala antara pihak
DPESDM dan BLH dalam mengawasai pemanfaatan air tanah. Pengawasan yang terjadi saat ini dirasa belum optimal untuk mencapai
prinsip berkeadilan dan berkelanjutan. Peran masyarakat dan pemerintahan tingkat desa dan kecamatan dalam proses pengawasan kurang dilibatkan. Dibutuhkan
suatu regulasi penegakkan pengawasan yang lebih tegas serta koordinasi antara instansi terkait untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.
8.1.3 Analisis Penertiban
Penertiban terhadap pelanggaran penting dilakukan untuk mengendalikan pemanfaatan air tanah agar tetap sesuai dengan peraturan-perundangan yang telah
ditentukan. Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 47 menyatakan Bupati dapat menghentikan seluruh kegiatan dan menutup sarana prasarana
pengambilan air tanah bagi perseorangan, badan usaha, instansi pemerintah atau badan sosial yang melakukan pemakaian atau pengusahaan air tanah tanpa izin.
Penertiban dilakukan apabila pemegang izin melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan hal-hal yang dilarang dalam SIPA. Sesuai dengan Perda Kabupaten
Sukabumi No. 17 Tahun 2010 Pasal 37, setiap pemegang izin memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Bupati melalui
DPESDM paling lambat tujuh hari kerja sebelum tahapan-tahapan pengeboranpenggalian, pemasangan kosntruksi dan uji pemompaan
dilakukan 2.
Menyampaikan laporan debit pemakaian atau pengusahaan air tanah setiap bulan kepada Bupati melalui DPESDM
3. Memasang meteran air yang telah diuji kelayakan oleh badanlembaga
terakreditasi pada setiap sumur produksi untuk pemakaian atau pengusahaan air tanah
4. Memastikan meteran air yang dipasang telah disegel oleh DPESDM
sebelum menggunakan air tanah 5.
Menguji kelayakan operasi meter air setiap tahunnya sesuai periodejangka waktu tera di badanlembaga terakreditasi
6. Membangun sumur resapan dilokasi yang ditetapkan oleh DPESDM
7. Berperan serta dalam penyediaan sumur pantau air tanah
8. Melaporkan kepada DPESDM apabila dalam pelaksanaan pengeboran atau
penggalian air tanah serta pemakaian dan pengusahaan air tanah ditemukan hal-hal yang membahayakan lingkungan
9. Setiap pemegang izin pengusahaan air tanah wajib memberikan air paling
sedikit 10 dari batasan debit pemakaian atau pengusahaan air tanah yang
ditetapkan dalam izin bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat setempat
10. Membayar pajak dan retribusi
11. Melaksanakan kegiatan konservasi air tanah
Adapun hal-hal yang dilarang bagi pemegang SIPA telah ditentukan dalam Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 pasal 39, yaitu pemegang izin
dilarang: 1.
Melakukan aktifitas pengeboranpenggalian, pemasangan konstruksi dan uji pemompaan tanpa diawasi oleh OPD yang membidangi.
2. Memindahtangankan izin yang dimiliki kecuali dengan persetujuan Bupati
3. Membuka atau merusak segel pada meter air
4. Mengangkut danatau menjual air tanah dalam bentuk bahan mentah
keluar daerah kecuali mendapat izin khusus dari Bupati
Sumber: Data primer diolah 2013
Keterangan: : Alur penertiban
: Alur koordinasi instansi Gambar 7 Prosedur penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan air tanah
DPESDM
BPMPT Perusahaan Pemegang Izin
Satpol PP
Peringatan Tertulis
Penghentian Sementara Pencabuatn Izin
Pelanggaran Administratif
Pelanggaran Pidana
Gambar 7 menunjukkan sanksi penertiban dikenakan melalui sanksi administratif dan pidana. Sanksi administratif diatur dalam Perda Kabupaten
Sukabumi No. 14 Tahun 2010 pasal 49, sedangkan sanksi pidana di atur dalam pasal 50. Sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pengehentian sementara
seluruh kegiatan pengambilan air, dan pencabuatn izin. Sanksi administratif dilakukan oleh DPESDM berupa peringatan tertulis dikenakan sebanyak tiga kali
secara berturut-turut masing-masing untuk jangka waktu satu bulan. Pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajiban setelah berakhirnya jangka waktu
peringatan tertulis, maka DPESDM memberikan sanksi penghentian sementara seluruh kegiatan pengambilan air tanah. Sanksi penghentian sementara berlaku
untuk jangka waktu tiga bulan. Pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajibannya setelah berakhirnya jangka waktu penghentian sementara,
DPESDM mengajukan pencabutan izin pemegang izin tersebut kepada BPMPT. Sanksi pidana dikenakan kepada pemegang izin yang mengangkut danatau
menjual air tanah dalam bentuk bahan mentah keluar daerah. DPESDM bersama Satpol PP melakukan penegakkan hukum terhadap pelanggar. Berdasarkan Perda
Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 50 Ayat 2, pidana yang dikenakan adalah berupa kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak
Rp.50.000.000. Nominal uang yang diperoleh dari pembayaran pelanggaran merupakan penerimaan negara, yaitu termasuk pada PAD Kabupaten Sukabumi.
Sejauh ini penertiban yang pernah dilakukan terhadap pelanggaran pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu adalah sanksi administrtif terhadap
pelanggar. Pemberian sanksi yang dilakukan baru berupa peringatan tertulis saja, sanksi penghentian sementara kegiatan pengambilan air tanah dan pencabutan izin
operasi bagi perusahaan pelanggar belum diterapkan. Hal itu menunjukkan bahwa penertiban belum sepenuhnya berjalan sesuai ketentuan peraturan perundangan.
Bupati melalui OPD yang berwenang dalam penertiban, yaitu DPESDM, BPMPT dan Satpol PP seharusnya lebih tegas dalam menegakkan peraturan perundangan
pengelolaan dan pemanfaatan air tanah.
8.1.4 Analisis Konservasi
Koservasi air tanah menurut Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 13 adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada
waktu sekarang maupun yang akan datang. Lebih lanjut pada Pasal 11 Ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa konservasi air tanah ditujukan untuk menjaga kelangsungan
keberadaan, daya dukung dan fungsi air tanah. Konservasi air tanah dilakukan secara meyeluruh pada CAT melalui perlindungan dan pelestarian air tanah,
pengawetan air tanah, dan pengelolaan kualitas air tanah dan pengendalian pencemaran air tanah.
Berdasarkan profil geologi yang dipadukan dengan kimia air tanah, daerah resapan recharge area di Kecamatan Cidahu terletak pada elevasi 600 dan 815
m dpl, pada ketinggian tersebut terdapat interaksi antara aliran sistem lokal dan sistem relatif panjang. Langkah konservasi yang perlu dilakukan untuk menunjang
kelangsungan produksi air dan keberlanjutan ketersediaan air tanah idealnya dilakukan pada kawasan dengan ketinggian 700 dan 800 m dpl dengan elevasi
penyangga buffer elevation pada kawasan elevasi antara 800 sampai 900 m dpl Kartadinata 2007.
Pelaksanaan konservasi air tanah wajib dilakukan oleh pemerintah dan seluruh stakeholder yang berkaitan dengan pendayagunaan air tanah, termasuk
perusahaan pemegang SIPA. Dasar pelaksanaan konservasi air tanah adalah: 1.
Hasil inventarisasi, identifikasi dan evaluasi CAT 2.
Hasil kajian daerah imbuhan dan lepasan air tanah 3.
Hasil pemantauan perubahan kondisi dan lingkungan air tanah 4.
Rencana pengelolaan air tanah pada CAT Adapun syarat konservasi yang harus dipenuhi oleh pemegang izin dan
wajib dilaporkan kepada DPESDM adalah sebagai berikut: 1.
Membuat sumur resapansumur imbuhan dalam 2.
Melakukan penghematan dalam pemakaian air tanah 3.
Memakai air tanah sesuai batas maksimal debit dalam surat izin