Analisis Pengawasan Kebijakan Pengelolaan Air Tanah

8.1.4 Analisis Konservasi

Koservasi air tanah menurut Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 13 adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Lebih lanjut pada Pasal 11 Ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa konservasi air tanah ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung dan fungsi air tanah. Konservasi air tanah dilakukan secara meyeluruh pada CAT melalui perlindungan dan pelestarian air tanah, pengawetan air tanah, dan pengelolaan kualitas air tanah dan pengendalian pencemaran air tanah. Berdasarkan profil geologi yang dipadukan dengan kimia air tanah, daerah resapan recharge area di Kecamatan Cidahu terletak pada elevasi 600 dan 815 m dpl, pada ketinggian tersebut terdapat interaksi antara aliran sistem lokal dan sistem relatif panjang. Langkah konservasi yang perlu dilakukan untuk menunjang kelangsungan produksi air dan keberlanjutan ketersediaan air tanah idealnya dilakukan pada kawasan dengan ketinggian 700 dan 800 m dpl dengan elevasi penyangga buffer elevation pada kawasan elevasi antara 800 sampai 900 m dpl Kartadinata 2007. Pelaksanaan konservasi air tanah wajib dilakukan oleh pemerintah dan seluruh stakeholder yang berkaitan dengan pendayagunaan air tanah, termasuk perusahaan pemegang SIPA. Dasar pelaksanaan konservasi air tanah adalah: 1. Hasil inventarisasi, identifikasi dan evaluasi CAT 2. Hasil kajian daerah imbuhan dan lepasan air tanah 3. Hasil pemantauan perubahan kondisi dan lingkungan air tanah 4. Rencana pengelolaan air tanah pada CAT Adapun syarat konservasi yang harus dipenuhi oleh pemegang izin dan wajib dilaporkan kepada DPESDM adalah sebagai berikut: 1. Membuat sumur resapansumur imbuhan dalam 2. Melakukan penghematan dalam pemakaian air tanah 3. Memakai air tanah sesuai batas maksimal debit dalam surat izin 4. Melakukan daur ulang air tanah 5. Menggunakan teknologi yang hemat air 6. Membuat sumur biopori 7. Menanam pohon Sumber: Data primer diolah 2013 Keterangan: : alur langsung satu arah : alur kerjasama : alur koordinasi yang sifatnya pengawasan dan pelaporan Gambar 8 Prosedur konservasi air tanah Gambar 8 menunjukkan konservasi air tanah dilakukan oleh pemerintah, perusahaan maupun masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai pengawas, sedangkan perusahaan berkerjasama dengan masyarakat melakukan konservasi air tanah. Konservasi air tanah yang selama ini melekat di pemikiran khalayak umum adalah menanam pohon. Jika dikaji lebih lanjut, konservasi air tanah memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu segala aktivitas yang berhubungan dengan pelestarian ketersediaan air tanah, termasuk melakukan penghematan penggunaan air tanah. Ketentuan yang tercatat dalam SIPA mewajibkan perusahaan melakukan konservasi air tanah. Kegiatan konservasi yang selama ini telah berjalan di Kecamatan Cidahu hanya berupa penanaman pohon. Kegiatan konservasi lainnya seperti pembuatan sumur bipori, sumur resapan, dan penghematan air belum banyak dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan-perusahaan pemanfaat air tanah di Kecamatan Cidahu, hanya satu DPESDM BLH Perusahaan Konservasi Masyarakat Pelaksana Pengawas Penentuan zona konservasi air tanah perusahaan yang memiliki Corporate Social Responsibility CSR dan memahami konsep konservasi air tanah. Kurangnya pemahaman pihak perusahaan terhadap konsep konservasi air tanah menjadi kendala terwujudnya konservasi air tanah yang sesuai dengan tujuan Perda Kabupaten Sukabumi No. 14 Tahun 2010 Pasal 11, yaitu menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung dan fungsi air tanah. Fakta dilapangan menunjukkan kegiatan konservasi yang telah dilakukan belum berjalan optimal. Contohnya pada kasus kegiatan penanaman pohon di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS yang dilakukan oleh perusahaan. Umumnya penanaman masih bersifat ceremonial, tetapi kelanjutan pemeliharaan tidak diperhatikan. Pohon yang ditanam tidak terawat dan mati. Seharusnya untuk mengatasi permasalahan tersebut peran masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi lebih ditingkatkan lagi. Misalnya saja, perusahaan membelikan bibit pohon untuk ditanam di tanah masyarakat yang berada di wilayah imbuhan recharge area. Masyarakat diberikan wewenang untuk memelihara pohon yang telah ditanam dengan imbalan mereka boleh memanen pohon ketika pohon tersebut siap tebang. Kegiatan konservasi yang saat ini sedang berjalan di Kecamatan Cidahu sudah mulai melibatkan masyarakat. LSM berkoordinasi dengan pihak perusahaan X dalam melakukan konservasi. Perusahaan X memberikan sejumlah dana kepada LSM untuk melakukan konservasi berbasis masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat dimulai dari kegiatan pembibitan hingga, penanaman, perawatan hingga pemanenan. Cara tersebut diharapkan lebih efektif untuk merawat pohon yang telah diatanam, sehingga dapat terwujud konservasi air tanah yang berkelanjutan berbasis sinergisasi antar seluruh stakeholder dan masyarakat.

8.2 Implikasi Kebijakan

Kerangka kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu dilakukan melalui tiga bentuk intervensi kebijakan, yaitu insentif dengan mekanisme pasar, komando dan pengawasan, serta pengeluaran pemerintah. Intervensi kebijakan melalui insentif pada mekanisme pasar dilakukan dengan memungut pajak air tanah pada perusahaan yang mengambil air tanh, sedangkan intervensi kebijakan melalui komando dan pengawasan dilakukan dengan membatasi jumlah debit air yang boleh dimanfaatkan oleh perusahaan dan kewajiban perusahaan melakukan konservasi air tanah. Adapaun bentuk intervensi kebijakan melalui pengeluaran pemerintah dilakukan dengan pemberian izin serta penegakan hukum dan peraturan bagi pihak yang melanggar kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga bentuk intervensi tersebut belum berjalan optimal. Terbatasnya anggaran belanja dan kurang tegasnya pengawasan diindikasikan mendorong penggunaan instrumen dengan mekanisme pasar berdasarkan pada kuantitas produk maupun kuantitas masukan. Akan tetapi, intervensi atas dasar kuantitas seperti perizinan memerlukan perbaikan sistem administrasi dan pengawasan pelaksanaan kewajiban yang telah tertera dalam SIPA. Adapun bentuk intervensi dengan menggunakan instrumen pajak diindikasikan masih berdampak lemah terhadap pembatasan pemanfaatan air tanah oleh perusahaan, potensi pendapatan dari pajak air tanah relatif masih rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan biaya pemeliharaan lingkungan. Melihat kondisi yang ada saat ini, diperlukan adanya perbaiakn kebijakan yang menyeluruh dan berbasis sinergisasi antar stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Perbaikan kebijakan tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan meningkatkan tingkat pengaruh masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan, meningkatkan ketegasan dalam perizinan dan pengawasan, serta dilakukan koordinasi secara rutin antara stakeholder dalam mengkaji kondisi pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Harapannya, dapat diketahui langkah terbaik untuk mengoptimlakan potensi sumberdaya air tanah namun tetap memerhatikan keberlanjutan kondisi lingkungan.