Analisis Penertiban Kebijakan Pengelolaan Air Tanah

membatasi jumlah debit air yang boleh dimanfaatkan oleh perusahaan dan kewajiban perusahaan melakukan konservasi air tanah. Adapaun bentuk intervensi kebijakan melalui pengeluaran pemerintah dilakukan dengan pemberian izin serta penegakan hukum dan peraturan bagi pihak yang melanggar kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga bentuk intervensi tersebut belum berjalan optimal. Terbatasnya anggaran belanja dan kurang tegasnya pengawasan diindikasikan mendorong penggunaan instrumen dengan mekanisme pasar berdasarkan pada kuantitas produk maupun kuantitas masukan. Akan tetapi, intervensi atas dasar kuantitas seperti perizinan memerlukan perbaikan sistem administrasi dan pengawasan pelaksanaan kewajiban yang telah tertera dalam SIPA. Adapun bentuk intervensi dengan menggunakan instrumen pajak diindikasikan masih berdampak lemah terhadap pembatasan pemanfaatan air tanah oleh perusahaan, potensi pendapatan dari pajak air tanah relatif masih rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan biaya pemeliharaan lingkungan. Melihat kondisi yang ada saat ini, diperlukan adanya perbaiakn kebijakan yang menyeluruh dan berbasis sinergisasi antar stakeholder yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Perbaikan kebijakan tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan meningkatkan tingkat pengaruh masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan, meningkatkan ketegasan dalam perizinan dan pengawasan, serta dilakukan koordinasi secara rutin antara stakeholder dalam mengkaji kondisi pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Harapannya, dapat diketahui langkah terbaik untuk mengoptimlakan potensi sumberdaya air tanah namun tetap memerhatikan keberlanjutan kondisi lingkungan. IX SIMPULAN DAN SARAN 9.1 Simpulan Berdasasarkan pengolahan data dan analisis pembahasan terhadap penelitian kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Umumnya stakeholder memiliki persepsi bahwa air tanah merupakan sumber daya yang boleh dimanfaatkan, termasuk untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Akan tetapi kurangnya tingkat pengetahuan dan kesadaran lingkungan menyebabkan sikap masyarakat tidak peduli terhadap pemanfaatan air tanah oleh perusahaan. 2. Total kerugian ekonomi yang berpotensi dialami masyarakat Kecamatan Cidahu adalah Rp.696.756.900 per tahun. Adapun potensi kerugian ekonomi terbesar dirasakan oleh kelompok-1. Nilai kerugian yang berpotensi dialami per KK mencapai Rp.414.664 per tahun. Biaya pengganti yang dikeluarkan masyarkat menunjukkan estimasi nilai kerugian minimum dari hilangnya jasa air tanah dangkal akibat kerusakan lingkungan. 3. Hasil analisis terhadap dokumen SOTK OPD Kabupaten Sukabumi dan analisis stakeholder menunjukkan bahwa stakeholder yang paling berperan pada pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu adalah DPESDM. Peran utama DPESDM dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah meliputi perencanaan inventarisasi air tanah, rekomendasi teknis perizinan, pengawasan, penertiban, upaya konservasi air tanah serta melakukan koordinasi dengan stakeholder lainnya. 4. Kebijakan pengelolaan air tanah mewajibkan pihak yang akan memanfaatkan air tanah untuk mengikuti dan mematuhi prosedur perizinan, pengawasan, penertiban dan konservasi air tanah. Hasil analisis menunjukkan instrumen kebijakan izin batas maksimum debit air yang boleh dimanfaatkan dan instrumen pajak air tanah belum cukup efektif dalam mengendalikan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu.

9.2 Saran

1. tanah, sehingga pengelolaan dan pemanfaatan air tanah dilakukan melalui sinergisasi antar seluruh stakeholder. 2. Peran masyarakat, pemerintah Desa dan Kecamatan lebih dilibatkan dalam upaya pengelolaan air tanah, terutama dalam menjalankan fungsi pengawasan dan konservasi. 3. Sebagian PAD yang didapatkan dari pajak air tanah dialokasikan untuk melakukan konservasi air tanah dan upaya-upaya lainnya untuk meminimlasisasi dampak kerusakan lingkungan. 4. Pemerintah lebih giat melakukan sosialisasi terhadap perusahaan maupun masyarakat tentang pentingnya pengelolaan dan pemanfaatan air tanah yang berkeadilan dan berkelanjutan. 5. Pemerintah meningkatkan harga baku air tanah. 6. Dilakukan penelitian selanjutnya mengenai dampak lingkungan dan kondisi potensi air tanah di Kecamatan Cidahu secara teknis. DAFTAR PUSTAKA Adoe THR. 2008. Pengendalian Pemanfaatan Air tanah Di Kota Kupang [tesis]. Semarang ID: Universitas Diponegoro. Aguilar D. 2011. Groundwater Reform in India: An Equity and Sustainability Dilemma. Texas International Law Journal [internet]. [2013 June 11]. 46623: www.tilj.orgcontentjournal46...Aguilar623.pd.... Djaendi. 2003. Pengelolaan Air Tanah Berwawasan Lingkungan. Bandung ID. Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan. Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta ID: PT Gramedia Pustaka Utama. Grimble R, Chan MK. 1995. Analisis Stakeholder untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam di Negara Berkembang. Mokhsen A dan Trajudi D, penerjemah; Suporahardjo, editor. Bogor ID: Pustaka LATIN. Terjemahan dari: Stakeholder Analysis for Natural Resource Management Developing Countries. Garrod G, Willis KG. 1999. Economic Valuation of The Environment. England GB: Edward Elgar Publishing Limited. Hindarko S. 2002. Manfaatkan Air Tanah Tanpa Merusak kelestariannya. Jakarta ID: ESHA. Ismail A, Nuva, Pekasa BAL. 2011. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness toPay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara. Jurnal Ekonomi Lingkungan. 152: 51-69. ISSN DBS3-71949 770653 719404. Jones et al. 2000. Ecological Economics: an Introduction. England GB: Blackwell Science Ltd Oxford. Kartadinata E. 2007. Studi Daerah Tangkapan Air di Daerah Kubang. Bandung ID. CV Anugrah Perdana. Kodoatie RJ, Sjarief R. 2008a. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta ID: Andi. Kodoatie RJ, Sjarief R. 2010b. Tata Ruang Air. Yogyakarta ID: Andi.