keputusan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Tingkat kepentingan yang tinggi dengan pengaruh yang rendah menempatkan peran perusahaan dan
masyarakat sebagai subjek pengguna air tanah, namun dalam implementasi kebijakan berperan sebagai objek dari kebijakan pengelolaaan dan pemanfaatan
air tanah. Posisi kuadran B player ditempati oleh OPD Kabupaten Sukabumi yang
dilimpahi wewenang oleh Bupati untuk mengelola air tanah. OPD yang memiliki peran sebagai player dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah adalah
BPMPT, DPESDM, BLH, DPPKAD, Dinas Tarkimsih, dan Bappeda. Kelompok OPD ini memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi. Tingkat
kepentingan dan pengaruh yang tinggi berimplikasi bahwa kelompok OPD ini dapat menentukan arahan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Peran
OPD ini cukup luas yakni dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pelaksanaan hingga evaluasi implementasi kebijakan pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Posisi kuadran C by stander ditempati oleh perguruan tinggi. Perguruan
tinggi tidak memiliki kepentingan maupun pengaruh yang tinggi terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Perguruan tinggi tidak memiliki fokus
khusus terhadap jalannya pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, sehingga tingkat ketergantungan dan responnya juga rendah tidak memengaruhi. Tingkat
kepentingan dan pengaruh yang rendah menjadikan perguruan tinggi pada saat ini tidak berperan nyata dalam implementasi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan
air tanah. Posisi kuadran D actor ditempati oleh DPRD, Satpol PP, Setda bagian
hukum, LSM, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa. Stakeholder yang tergabung dalam kelompok actor memiliki tingkat kepentingan yang rendah,
namun tingkat pengaruhnya tinggi. Kelompok ini memiliki pengaruh yang tinggi, namun tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Peran kelompok ini hanya sebagai pelaksana tugas dan menjalankan alur koordinasi. Tingkat ketergantungan
kelompok actor rendah tetapi mereka dilibatkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan kebijakan. Tingkat pengaruh yang tinggi menjadikan
kelompok aktor berperan memberikan arahan perencanaan dan implementasi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah.
Informasi lain yang didapatkan dari hasil pemetaan stakeholder adalah tingkat keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di
Kecamatan Cidahu. Tingkat keterlibatan stakeholder dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu stakeholder yang harus dilibatkan secara langsung dan
stakeholder yang tidak harus dilibatkan secara langsung. Perbedaan tingkat keterlibatan stakeholder dipisahkan oleh garis diagonal pada aktor grid.
Gambar 3 menunjukkan stakeholder yang harus dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah meliputi: BPMPT, DPESDM, BLH,
DPPKAD, Bappeda, Dinas Tarkimsih, Perusahaan dan Masyarakat. Adapun stakeholder yang tidak harus dilibatkan secara langsung meliputi: DPRD, Setda
bagian hukum, Satpol PP, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, LSM, dan perguruan tinggi. Meskipun tidak harus dilibatkan secara langsung, stakeholder
tersebut tetap berperan sebagai pendengar pendapat dan penerima informasi kebijakan.
7.2 Fungsi dan Peran Masing-Masing Stakeholder
Masing-masing stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah memiliki fungsi dan peran yang berbeda. Perbedaan tersebut saling melengkapi
untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu. Masing-masing stakeholder memiliki keterkaitan tingkat kepentingan dan
pengaruh, sehingga sinergisasi antar stakeholder sangat penting dilakukan.
7.2.1 Kelompok Pemerintah
Pemerintah berperan membuat dan melaksanakan kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder serta kajian dokumen Perbup Kabupaten
Sukabumi tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja SOTK OPD, stakeholder pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah adalah
Bupati, DDPRD, DPPKAD, DPESDM, BPMPT, DPESDM, BLH, Bappeda, Setda Bagian Hukum, Dinas Tarkimsih, Satpol PP, Pemerintah Kecamatan dan
Desa.
PP No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, menyatakan bahwa BupatiWalikota menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air
tanah kabupatenkota dengan mengacu pada kebijakan teknis pengelolaan air tanah provinsi dan berpedoman pada kebijakan pengelolaan sumber daya air pada
tingkat kabupatenkota. Peran Bupati pada pengelolaan dan pemanfaatan air tanah di Kecamatan Cidahu adalah sebagai stakholder pemerintah yang berwenang
memberikan persetujuan segala aktivitas yang berhubungan dengan pemanfaatan air tanah. Bupati melalui OPD terkait berperan memberikan izin pemanfaatan air
tanah, penentuan zona konservasi, pengawasan serta upaya pengendalian dalam pengelolaan dan pemanfaaatan air tanah.
A. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD DPRD berperan sebagai mitra kerja Bupati. DPRD memiliki fungsi :
pembentukan peraturan daerah fungsi legislasi, kewenangan dalam penyusunan APBD fungsi anggaran, dan kewenangan mengontrol pelaksanaan perda serta
peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah fungsi pengawasan. Fungsi legislasi DPRD mencakup pembahasan dan persetujuan rancangan perda serta
bentuk kebijakan lain yang akan diberlakukan di tingkat daerah. Selain itu, DPRD juga melakukan pembahasan dan persetujuan APBD yang diajukan oleh Bupati.
Fungsi pengawasan DPRD dilakukan terhadap pelaksanaan perda dan APBD. Tingkat kepentingan DPRD terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air
tanah rendah, namun memiliki pengaruh yang tinggi. Peran DPRD Kab. Sukabumi dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah selama ini berada pada
level pelaksanaan fungsi anggaran, yaitu alokasi APBD yang disetujui DPRD untuk OPD yang membidangi air tanah. Tingkat kepentingan yang rendah
memberikan implikasi bahwa DPRD tidak memiliki fokus khusus terhadap implementasi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan air tanah.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pejabat di Sekretariat DPRD diperoleh informasi bahwa sampai saat ini belum pernah ada kajian khusus DPRD
mengenai pengelolaan dan pemanfaatan air tanah. Adapun pembahasan yang pernah dilakukan hanya sebagai alur pelaporan dari OPD yang membidangi air
tanah dalam rapat undangan. Jika terjadi laporan pengaduan permasalahan terkait
pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, DPRD akan melakukan kajian melalui rapat paripurna setelah sebelumnya dikaji oleh bagian persidangan.
B. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DPPKAD DPPKAD memiliki tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Adapun fungsi DPPKAD diantaranya
adalah sebagai pengawas dan pengelola pendapatan dan aset daerah. DPPKAD berwenang dalam pengelolaan pendataan, penetapan, penagihan, pemungutan dan
pengendalian sumber-sumber pendapatan daerah. Tingkat kepentingan dan pengaruh DPPKAD dalam pengelolaan dan
pemanfaatan air tanah sangat tinggi. Peran DPPKAD adalah sebagai pihak yang berwenang dalam kebijakan pemungutan pajak air tanah yang harus dibayarkan
oleh perusahaan yang memanfaatkan air tanah. DPPKAD menentukan besar nominal pajak air tanah yang harus dibayarkan oleh perusahaan pengguna air
tanah berdasarkan NPA. Tingkat kepentingan DPPKAD terhadap pengelolaan dan pemanfaatan air tanah tinggi karena dapat memengaruhi fungsi kinerja DPPKAD
sebagai pengelola keuangan dan aset daerah. Selain itu, DPPKAD juga memiliki pengaruh yang tinggi dalam memberikan arahan kebijakan besar pajak yang
dikenakan kepada perusahaan. C. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu BPMPT
BPMPT mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan kebijakan di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan. Pelaksanaan pelayanan
perizinan adalah menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi,
keamanan dan kepastian. Tingkat kepentingan dan pengaruh BPMPT dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sangat tinggi, yaitu sebagai instansi yang
diberikan wewenang oleh Bupati untuk menerbitkan izin SIPA. BPMPT memiliki tingkat pengaruh yang tinggi sebagai penentu arah kebijakan perizinan. yang akan
dikenakan kepada perusahaan yang mengajukan permohonan pemanfaatan air tanah.
Adapaun fungsi BPMPT dalam pengelolaan air tanah adalah sebagai berikut: 1.
Penyusunan rencana dan program kerja dibidang penyelenggaraan pelayanan perizinan
2. Perumusan dan penyusunan kebijakan teknis dibidang penyelenggaraan
pelayanan perizinan 3.
Pembinaan penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan 4.
Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama proses pelayanan perizinan 5.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap perusahaan pemanfaat air tanah
D. Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral DPESDM Pengelolaan air tanah dilakukan oleh pejabat DPESDM bidang air tanah dan
geologi lingkungan. Fungsi DPESDM dalam pengelolaan air tanah adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana dan program kerja bidang air tanah
2. Pengkajian bahan perumusan kebijakan teknis, koordinasi, pembinaan dan
evaluasi di bidang air tanah 3.
Pembinaan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan tugas di bidang konservasi, dan pendayagunaan air tanah
4. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian teknis operasional di bidang air
tanah seperti uji geolistrik untuk menentukan potensi air tanah sebagai dasar penentuan batas jumlah debit air yang boleh dimanfaatkan
5. Penyelenggaraan pengelolaan air tanah
6. Pelaksanaan pengembangan konservasi air tanah
7. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dalam pengelolaan air tanah
8. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pengelolaan air tanah
Tingkat kepentingan dan pengaruh DPESDM dalam pengelolaan dan pemanfaatan air tanah sangat tinggi. Fungsi DPESDM adalah sebagai penentu
perumusan kebijakan teknis, koordinasi, pengawasan, pembinaan dan evaluasi di bidang air tanah. DPESDM juga berperan dalam pengawasan pemanfaatan air
tanah yang dilakukan perusahaan, pengawasan konservasi serta perhitungan NPA. Apabila terjadi pelanggaran, DPESDM berwenang memberikan peringatan tertulis