detikml biodiesel, sedangkan pada konsentrasi 10, waktu pengumpulan biodiesel relatif stabil.
jika dilihat dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, konsentrasi aluminium silikat tidak berpengaruh terhadap kejernihan biodiesel yang
dihasilkan, tetapi berpengaruh terhadap pH air pencuci biodiesel dan waktu pengumpulan biodiesel. Konsentrasi 5 dan 10 menghasilkan
biodiesel dengan nilai pH air pencuci terendah, dan konsentrasi 5 menghasilkan waktu pengumpulan biodiesel tercepat. Akan tetapi,
dengan pertimbangan kapasitas adsorpsi dan peningkatan waktu alir biodiesel selama proses pemurnian seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka konsentrasi aluminium silikat dalam pasir kuarsa terbaik adalah 10.
3. Pengaruh Suhu Pemurnian Biodiesel Menggunakan Kolom
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap waktu alir dan mutu biodiesel yang dimurnikan. Konsentrasi aluminium
silikat dalam pasir kuarsa yang digunakan adalah 10 bobot aluminium silikatbobot pasir kuarsa, sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya.
Suhu pemurnian yang digunakan adalah 70
o
C, 80
o
C, dan 90
o
C, dimana waktu alir dan kualitas biodiesel yang dihasilkan akan dibandingkan
dengan suhu kamar 25
o
C. Suhu pemanasan dimulai dari suhu 70
o
C dengan pertimbangan metanol akan menguap pada suhu ini. Dengan menguapnya metanol, akan
mempermudah proses recovery metanol pada skala industri dan juga meringankan proses pemurnian biodiesel. Suhu tertinggi yang dipilih
adalah 90
o
C, karena suhu yang diinginkan adalah di bawah suhu proses drying 100
o
C pada metode pemurnian water washing. Selain itu, suhu ini dipilih dengan pertimbangan menjaga kualitas biodiesel kasar yang
dipanaskan. Jika suhu yang digunakan 100
o
C atau lebih, dikhawatirkan akan merusak biodiesel sebelum pemurnian, seperti warna biodiesel
menjadi lebih cokelat dan bilangan asam tinggi. Hasil analisa biodiesel yang dimurnikan pada berbagai suhu adalah sebagai berikut.
a. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah parameter yang digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terkandung di dalam biodiesel.
Tingginya asam lemak bebas yang terkandung di dalam biodiesel dapat menyebabkan korosi baik pada pipa injektor maupun tangki bahan
bakar. Adanya asam-asam lemak bebas pada biodiesel dapat berasal dari
proses esterifikasi yang kurang sempurna sehingga masih ada asam lemak bebas dari minyak yang belum bereaksi dengan metanol menjadi
fatty acid metil ester FAME. Selain itu, asam-asam lemak bebas ini juga dapat timbul selama proses penyimpanan. Pengaruh suhu
pemurnian terhadap bilangan asam biodiesel dapat dilihat pada Gambar 32 berikut ini.
Gambar 32. Pengaruh Suhu Pemurnian Terhadap Bilangan Asam Biodiesel
Jika dilihat pada Gambar 32., nilai bilangan asam biodiesel kasar lebih kecil daripada bilangan asam biodiesel yang telah dimurnikan.
Akan tetapi, kecilnya bilangan asam biodiesel kasar ini tidak menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terkandung di dalam
biodiesel sedikit. Biodiesel kasar masih mengandung sedikit katalis KOH dan sabun yang bersifat basa. Keberadaan zat-zat ini dapat
mengurangi jumlah larutan KOH yang digunakan untuk titrasi pada saat pengujian bilangan asam, sehingga bilangan asam biodiesel kasar
sangat kecil. Sedangkan pada biodiesel murni, mayoritas jumlah katalis
dan sabun yang terkandung di dalam biodiesel telah diserap oleh adsorben yang digunakan.
Berdasarkan analisa keragaman pada tingkat kepercayaan 95 α
= 0,05, jenis suhu pemurnian memberikan pengaruh terhadap nilai bilangan asam biodiesel yang berbeda nyata. Untuk mengetahui lebih
lanjut perbedaan ini, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut tersebut, ternyata nilai bilangan asam biodiesel yang dimurnikan
pada suhu 70
o
C, 80
o
C dan suhu kamar, tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, bilangan asam biodiesel pada ketiga suhu
pemurnian tersebut memiliki perbedaan yang nyata dengan nilai bilangan asam biodiesel pada suhu 90
o
C. Pada suhu 90
o
C, bilangan asam biodiesel mengalami kenaikan hingga 0,7691 mg KOHg sampel, mendekati nilai standar yang
diperbolehkan yaitu maksimal 0,8 mg KOHg sampel. Hal ini menandakan pengaruh suhu 90
o
C cukup besar terhadap kenaikan bilangan asam.
Menurut Indartono 2006, konsentrasi asam dapat meningkat di dalam biodiesel yang mengalami degradasi, dimana rantai asam lemak
metil ester terputus menjadi asam-asam lemak bebas. Pada umumnya, degradasi biodiesel disebabkan oleh proses oksidasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi degradasi biodiesel antara lain keberadaan asam lemak tak jenuh, dan kondisi penyimpanan terbukatertutup, temperatur.
Leung et al. 2006, mengatakan bahwa adanya asam lemak tak jenuh seperti asam oleat dan linoleat asam lemak dominan pada minyak jarak
pagar disertai dengan kondisi penyimpanan terbuka dan temperatur tinggi 40
o
C, dapat menyebabkan proses oksidasi terjadi. Proses pemurnian pada suhu 90
o
C adalah dengan cara memanaskan biodiesel kasar dalam keadaan terbuka, sampai suhu yang
diinginkan tercapai, sebelum dialirkan ke dalam kolom. Proses ini dapat menyebabkan reaksi oksidasi terjadi. Biasanya oksidasi dimulai dengan
terbentuknya peroksida dan hidroperoksida, kemudian asam lemak akan terurai disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid, keton,
dan asam lemak bebas Ketaren, 1986. Itulah sebabnya, suhu tinggi dapat menyebabkan bilangan asam meningkat. Selain itu, tingginya
kandungan air di dalam biodiesel kasar disertai dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reaksi hidrolisis terjadi. Hal inilah yang
menyebabkan bilangan asam meningkat pada suhu tinggi.
b. Kadar sabun