berbagai konsentrasi aluminium silikat. Semakin tinggi nilai persen transmisi, maka semakin tinggi tingkat kejernihan biodiesel. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan jumlah zat pengotor dalam biodiesel murni. Zat pengotor dapat menghambat radiasi sinar diteruskan oleh
cahaya melalui biodiesel. Semakin banyak zat pengotor di dalam biodiesel, semakin keruh penampakan biodiesel, dan semakin rendah
nilai persen transmisinya. Berdasarkan Gambar 29., tingkat kejernihan biodiesel murni jauh
lebih tinggi daripada biodiesel kasar, sedangkan tingkat kejernihan antar biodiesel yang dimurnikan dengan berbagai konsentrasi
aluminium silikat memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hal ini juga dibuktik
an dengan analisis ragam pada tingkat kepercayaaan 95 α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Duncan, dimana tingkat kejernihan
biodiesel kasar berbeda nyata dengan kejernihan biodiesel hasil pemurnian dengan berbagai konsentrasi aluminium silikat, tetapi
perbedaan konsentrasi aluminium silikat ini tidak berpengaruh nyata terhadap kejernihan biodiesel yang dihasilkan. Dengan demikian,
metode kolom ini cukup efektif untuk memurnikan biodiesel, sedangkan besarnya konsentrasi aluminium silikat dalam pasir kuarsa
tidak berpengaruh nyata terhadap kejernihan biodiedsel yang dihasilkan.
b. Derajat Keasaman Air Pencuci Biodiesel
Salah satu cara cepat untuk mengetahui kemurnian biodiesel adalah dengan mencuci biodiesel menggunakan air hangat 60
o
C sebanyak 30 dari volume biodiesel. Zat-zat pengotor biodiesel seperti
sisa katalis KOH, sabun, metanol, dan gliserol memiliki sifat larut dalam air, sehingga ketika biodiesel dicuci dicampur dengan air, maka
zat-zat pengotor tersebut akan larut di dalam air, dan terpisah dari biodiesel. Semakin banyak pengotor di dalam biodiesel, air pencucinya
semakin keruh dan memiliki pH tinggi 7. Tingginya nilai pH ini disebabkan oleh zat-zat pengotor biodiesel seperti katalis KOH dan
sabun yang bersifat basa. Sebaliknya, semakin murni biodiesel, air pencucinya akan jernih dan memiliki nilai pH sekitar tujuh. Dengan
cara ini, maka kemurnian biodiesel dapat diketahui dengan cepat tanpa harus melakukan analisa terlebih dahulu. Hasil pengukuran pH terhadap
air pencuci biodiesel yang dimurnikan dengan berbagai konsentrasi aluminium silikat dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Pengaruh Konsentrasi Aluminium Silikat Terhadap Nilai
pH Air Pencuci Biodiesel Berdasarkan Gambar 30., nilai pH air pencuci biodiesel kasar
adalah sekitar 12, sedangkan air pencuci biodiesel murni memiliki pH sekitar 7. Berdasarkan hasil analisis ragam dengan tingkat kepercayaan
95 α = 0,05, nilai pH air pencuci biodiesel kasar berbeda nyata dengan nilai pH air pencuci biodiesel yang telah dimurnikan.
Penurunan nilai pH ini menunjukkan adanya penurunan jumlah zat pengotor yang ada di dalam biodiesel, karena zat pengotor tersebut
telah diserap oleh permukaan aluminium silikat pada saat biodiesel mengalir melaluinya. Hal ini menandakan bahwa proses pemurnian
dengan metode kolom dapat berjalan efektif. Jika air pencuci biodiesel kasar dan biodiesel murni memiliki
nilai pH yang sangat jauh berbeda, lain halnya dengan nilai pH air pencuci antar biodiesel yang dimurnikan dengan berbagai konsentrasi
aluminium silikat. Berdasarkan uji lanjut Duncan, pH air pencuci biodiesel terkecil dimiliki oleh biodiesel yang dimurnikan dengan
aluminium silikat pada konsentrasi 5 dan 10, dengan nilai pH air pencuci yang tidak berbeda nyata, sedangkan konsentrasi aluminium
silikat 10 menghasilkan nilai pH air pencuci biodiesel yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 15 dan 20.
c. Waktu Pengumpulan Biodiesel