Kadar Katalis dan Sabun

bilangan asam kedua jenis biodiesel tersebut tidak berbeda nyata. Selain itu, biodiesel yang dimurnikan dengan campuran kedua adsorben tersebut pada perbandingan 2:1 dan 3:1 juga memiliki bilangan asam yang tidak berbeda nyata. Biodiesel yang memiliki bilangan asam terkecil adalah biodiesel yang dimurnikan dengan magnesium silikat 100, yaitu sebesar 0,1467 mg KOHg biodiesel. Angka ini bahkan lebih kecil dari bilangan asam biodiesel cuci air dan biodiesel yang dimurnikan dengan adsorben komersial, yaitu 0,2341 dan 0,2155 mg KOHg biodiesel. Hal ini membuktikan, bahwa magnesium silikat mampu menyerap zat-zat organik seperti asam lemak bebas lebih baik daripada aluminium silikat, seperti yang dijelaskan oleh Agnello 2005, bahwa magnesium silikat efektif digunakan sebagai adsorben untuk zat organik. Kemampuan magnesium silikat dalam menyerap bahan organik mempengarui kinerja dari kombinasinya dengan aluminium silikat dalam memurnikan biodiesel. Semakin besar jumlah magnesium silikat yang digunakan untuk memurnikan biodiesel, maka bilangan asam yang dihasilkan semakin kecil, sebaliknya, semakin kecil jumlah magnesium silikat yang digunakan untuk memurnikan biodiesel, maka bilangan asam yang dihasilkan akan semakin besar.

2. Kadar Katalis dan Sabun

Katalis sangat dibutuhkan dalam proses produksi biodiesel, karena dengan menggunakan katalis, alkohol, waktu, dan temperatur yang digunakan lebih sedikit. Pada proses transesterifikasi, katalis yang digunakan adalah KOH. Keuntungan penggunaan katalis ini dibandingkan dengan katalis asam adalah tingginya tingkat konversi yang terjadi dalam waktu singkat, kondisi tidak ekstrim, dan alkohol yang lebih sedikit daripada menggunakan katalis asam Mittelbach dan Remschimdt, 2006. Jumlah katalis yang terkandung di dalam biodiesel sangat kecil, sehingga pada saat pengujian, jumlah katalis tidak dapat terdeteksi, baik di dalam biodiesel kasar dan biodiesel murni. Hal ini dikarenakan katalis yang bersifat polar akan ikut terbawa bersama gliserol yang juga bersifat polar, pada saat pemisahan biodiesel. Selain itu, penggunaan katalis asam H 2 SO 4 pada proses esterifikasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi pembentukan garam. Sabun merupakan senyawa yang terbentuk selama proses pembuatan biodiesel berlangsung. Kadar sabun biodiesel hasil pemurnian dengan berbagai komposisi adsorben dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Pengaruh Komposisi Aluminium silikat dan Magnesium Silikat terhadap Kadar Sabun Biodiesel Ket. BK = Biodiesel kasar BCA = Biodiesel Cuci air B100 = Aluminium silikat 100 T100 = Magnesium silikat 100 B1T1 = Alumunium silikat:Magnesium silikat 1:1 B1T2 = Alumunium silikat:Magnesium silikat 1:2 B1T3 = Alumunium silikat:Magnesium silikat 1:3 B2T3 = Alumunium silikat:Magnesium silikat 2:3 B2T1 = Alumunium silikat:Magnesium silikat 2:1 B3T1 = Alumunium silikat:Magnesium silikat 3:1 B3T2 = Alumunium silikat:Magnesium silikat 3:2 Gambar 17. menunjukkan penurunan kadar sabun yang signifikan pada biodiesel setelah pemurnian. Berdasarkan hasil analisis ragam dengan tingkat kepercayaa n 95 α = 0,05, berbagai jenis komposisi aluminium silikat dan magnesium silikat berpengaruh nyata terhadap kadar sabun biodiesel yang dihasilkan. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan, komposisi adsorben yang mampu menghasilkan biodiesel dengan kadar sabun terendah dan tidak berbeda nyata dengan biodiesel cuci air 17,78 ppm dan biodiesel yang dimurnikan dengan adsorben komersial 22,23 ppm adalah Aluminium silikat 100 53,37 ppm. Berdasarkan penjelasan di atas, Aluminium silikat mampu menyerap sabun lebih baik daripada magnesium silikat maupun kombinasi kedua adsorben. Kombinasi aluminium silikat dan magnesium silikat dimana jumlah aluminium silikat lebih besar, akan menghasilkan biodiesel dengan kadar sabun yang lebih rendah daripada kombinasi kedua adsorben tersebut dimana jumlah magnesium silikat yang lebih besar.

3. Kadar Gliserol