menyebabkan aluminium silikat dapat berikatan dengan ion-ion pembentuk gliserol yang memiliki muatan positif. Hal ini
mengakibatkan jumlah senyawa gliserol yang terdapat di dalam biodiesel berkurang.
d. Kadar Air
Pada penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar, eksistensi air ini dapat menjadi masalah, karena air dapat mengurangi pemanasan saat
pembakaran, sehingga mesin sulit dinyalakan. Selain itu, air dapat menyebabkan korosi pada sistem komponen vital bahan bakar, dan pada
suhu rendah, air akan mengkristal membentuk gumpalan yang dapat menyumbat saringan pada mesin Biodiesel Austindo, 2007. Menurut
Environment Canada 2006, keberadaan air yang terpisah dari biodiesel dapat memicu tumbuhnya mikroorganisme, dimana Biodiesel
Austindo 2007 menjelaskan bahwa mikroorganisme dapat menyebabkan elemen penyaring kertas di sistem membusuk dan dapat
menyumbat sistem bahan bakar. Analisa kadar air biodiesel dilakukan dengan metode sentrifugasi
dengan kecepatan 800 rcf Relative Centrifugal Force selama 10 menit ASTM D 2709. Dengan metode ini, air yang terdeteksi terkandung di
dalam biodiesel akan tampak seperti gelembung-gelembung air yang terpisah di dalam biodiesel. Kadar air diperoleh dengan mengukur
volume air tersebut di dalam 100 ml biodiesel. Metode sentrifugasi ini dipilih untuk analisa kadar air biodiesel karena jika menggunakan oven
pada suhu di atas 100
o
C, dikhawatirkan ada bagian-bagian dari biodiesel yang ikut menguap, sehingga data yang dihasilkan tidak
akurat. Selain itu, jika analisa kadar air dilakukan dengan metode oven dapat membahayakan, karena titik nyala biodiesel berkisar antara 100-
190
o
C. Hasil analisa kadar air biodiesel yang dimurnikan dengan berbagai suhu dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37. Pengaruh Suhu Pemurnian Terhadap Kadar Air Biodiesel Menurut SNI 04-7182-2006, kadar air maksimum yang
diperbolehkan terkandung di dalam biodiesel adalah 0,05. Berdasarkan Gambar 37., nilai kadar air biodiesel mengalami
penurunan yang sangat signifikan sampai tidak dapat terdeteksi setelah dimurnikan dengan aluminium silikat di dalam kolom pada berbagai
suhu pemurnian. Hal ini membuktikan bahwa pemurnian dengan metode kolom ini sangat efektif untuk menghilangkan kandungan air di
dalam biodiesel, walaupun tanpa menggunakan suhu panas sekalipun. Kemampuan aluminium silikat dalam menyerap air ini didukung
dengan adanya gugus OH pada lapisan tengah dari aluminium silikat yang berbentuk oktahedral. Gugus ini membuat aluminium silikat
bersifat polar, dan sangat reaktif terhadap air. Priatna 1982 juga menyatakan bahwa aluminium silikat sangat mudah menyerap air.
e. Waktu Pengumpulan Biodiesel