dan asam lemak bebas Ketaren, 1986. Itulah sebabnya, suhu tinggi dapat menyebabkan bilangan asam meningkat. Selain itu, tingginya
kandungan air di dalam biodiesel kasar disertai dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reaksi hidrolisis terjadi. Hal inilah yang
menyebabkan bilangan asam meningkat pada suhu tinggi.
b. Kadar sabun
Sabun merupakan salah satu pengotor biodiesel yang dihasilkan selama proses produksi. Pada produksi biodiesel jarak pagar, sabun
yang banyak terbentuk adalah potassium oleat, karena asam lemak dominan di dalam minyak jarak pagar adalah asam oleat. Sabun ini
terbentuk karena adanya KOH dalam biodiesel yang digunakan sebagai katalis pada proses transesterifikasi. KOH dapat bereaksi dengan asam
lemak bebas atau tri, di, dan monogliserida membentuk sabun potasium oleat dan air. Reaksi sabun ini memang tidak mendominasi
karena jumlah KOH yang digunakan sedikit dan suhu transesterifikasi tidak terlalu tinggi 55-60
o
C, sedangkan suhu untuk pembentukan sabun adalah 65-70
o
C. Akan tetapi, reaksi ini tetap bisa terjadi jika masih ada asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak, karena
asam lemak bebas lebih mudah bereaksi dengan KOH membentuk sabun.
Kadar sabun maksimal yang boleh terkandung di dalam biodiesel memang tidak tercantum di dalam Standar Nasional Indonesia SNI
04-7182-2006, tetapi sabun ini tetap harus dihilangkan atau dikurangi kadarnya di dalam biodiesel yang akan digunakan, karena sabun dapat
menyumbat injektor bahan bakar dan menambah deposit pada sistem pembakaran kendaraan bermotor Dugan, 2008.
Pada penelitian ini, akan dilihat pengaruh suhu pemurnian terhadap penyerapan sabun oleh aluminium silikat di dalam kolom.
Kadar sabun biodiesel hasil pemurnian dengan aluminium silikat pada berbagai macam suhu dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Pengaruh Suhu Pemurnian Terhadap Kadar Sabun Biodiesel
Gambar 33. menggambarkan penurunan kadar sabun biodiesel murni yang cukup tajam dari kadar sabun biodiesel kasar. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pemurnian menggunakan kolom cukup berhasil dalam menurunkan kadar sabun yang terkandung di dalam
biodiesel walaupun tanpa pemanasan sekalipun. Aluminium silikat yang digunakan mampu menyerap sabun dengan sangat baik, karena
adsorben ini memiliki lempeng silikat yang bermuatan negatif. Muatan negatif ini berasal dari adanya subtitusi ion bervalensi empat Si
4+
dengan ion bervalensi tiga Al
3+
pada lempeng silikat, sehingga menimbulkan adanya kekurangan elektron Soepardi. 1983. Sabun
RCOOK di dalam larutan dapat mengion menjadi ion-ion pembentuknya, yaitu RCOO
-
dan K
+
. Ion K
+
dari hasil pengionan sabun tersebut akan diserap oleh aluminium silikat yang bermuatan negatif,
sehingga hasil analisa menunjukkan penurunan kadar sabun yang signifikan.
Gambar 33. juga memperlihatkan bahwa nilai kadar sabun biodiesel yang dimurnikan dengan suhu kamar maupun suhu panas
70
o
C, 80
o
C, dan 90
o
C tidak jauh berbeda, meskipun terjadi sedikit penurunan. Hal ini juga dibuktikan dengan analisa keragaman pada
tingkat kepercayaan 95 α = 0,05, bahwa besarnya suhu tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap perbedaan kadar katalis biodiesel.
c. Kadar Gliserol