Waktu Pengumpulan Biodiesel Pengaruh Suhu Pemurnian Biodiesel Menggunakan Kolom

Gambar 37. Pengaruh Suhu Pemurnian Terhadap Kadar Air Biodiesel Menurut SNI 04-7182-2006, kadar air maksimum yang diperbolehkan terkandung di dalam biodiesel adalah 0,05. Berdasarkan Gambar 37., nilai kadar air biodiesel mengalami penurunan yang sangat signifikan sampai tidak dapat terdeteksi setelah dimurnikan dengan aluminium silikat di dalam kolom pada berbagai suhu pemurnian. Hal ini membuktikan bahwa pemurnian dengan metode kolom ini sangat efektif untuk menghilangkan kandungan air di dalam biodiesel, walaupun tanpa menggunakan suhu panas sekalipun. Kemampuan aluminium silikat dalam menyerap air ini didukung dengan adanya gugus OH pada lapisan tengah dari aluminium silikat yang berbentuk oktahedral. Gugus ini membuat aluminium silikat bersifat polar, dan sangat reaktif terhadap air. Priatna 1982 juga menyatakan bahwa aluminium silikat sangat mudah menyerap air.

e. Waktu Pengumpulan Biodiesel

Pada percobaan ini akan diketahui pengaruh aplikasi suhu pemurnian 70 o C, 80 o C, dan 90 o C terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan 1 L biodiesel murni, dengan membandingkannya pada suhu kamar 25 o C. Waktu pengumpulan biodiesel diperoleh dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengunpulkan 1 L biodiesel murni dalam satuan menit. Pengaruh suhu pemurnian terhadap waktu pengumpulan biodiesel dapat dilihat pada Gambar 38. Gambar 38. Pengaruh Suhu Pemurnian Terhadap Waktu Pengumpulan 1 L Biodiesel Berdasarkan analisis keragaman pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05, suhu pemurnian tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu pengumpulan biodiesel yang dibutuhkan. Akan tetapi, Gambar 38. memperlihatkan adanya penurunan waktu yang dibutuhkan antara proses pemurnian pada suhu kamar 25 o C dan suhu panas 70 o C, 80 o C, dan 90 o C, yaitu sebesar 2,16-5,12 menit. Waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan 1 L biodiesel mengalami penurunan pada pemurnian suhu 70 o C, dan terus mengalami penurunan pada suhu 80 o C. Pada suhu pemurnian 90 o C, waktu yang dibutuhkan mengalami peningkatan lagi, tetapi waktu ini masih berada di bawah waktu yang dibutuhkan pada suhu kamar. Hal ini disebabkan karena pada saat pemanasan biodiesel kasar mencapai suhu 90 o C, gliserol yang terdapat di dalam biodiesel mengalami pengentalan hingga membentuk seperti gel. Bahan ini dapat masuk ke dalam kolom bersama dengan biodiesel, dan dapat menyumbat celah-celah antara aluminium silikat dan pasir kuarsa, sehingga menghambat aliran biodiesel. Penurunan waktu pengumpulan biodiesel pada suhu 70, 80, dan 90 o C menandakan bahwa suhu memiliki pengaruh yang positif terhadap waktu pengumpulan biodiesel, yaitu dapat mengurangi waktu pengumpulan biodiesel yang dibutuhkan. Kekentalan suatu larutan akan menurun dalam kondisi panas. Demikian pula dengan biodiesel, ketika dipanaskan, kekentalan biodiesel akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan biodiesel lebih mudah mengalir di antara partikel-partikel aluminium silikat, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih singkat. Selain itu, penurunan waktu ini juga dapat disebabkan oleh hilangnya sebagian pengotor di dalam biodiesel pada saat pemanasan, sehingga kepekatan biodiesel berkurang. Berdasarkan analisa-analisa yang telah dilakukan, suhu tidak berpengaruh nyata terhadap waktu mengalir, kadar sabun, kadar gliserol bebas, gliserol terikat, dan kadar air biodiesel yang dihasilkan. Nilai yang ditunjukkan dari parameter-parameter tersebut tidak berbeda nyata dengan yang nilai yang ditunjukkan pada biodiesel yang dimurnikan dengan suhu kamar. Akan tetapi, jika dilihat dari grafik, waktu mengalir biodiesel pada suhu kamar lebih besar daripada suhu 70, 80, dan 90 o C, sehingga ada kemungkinan nilai ini akan berbeda nyata secara statistik jika diaplikasikan pada skala yang lebih besar. Penggunaan suhu pemurnian ternyata berpengaruh terhadap kenaikan bilangan asam biodiesel. Pada suhu tinggi seperti 90 o C, bilangan asam biodiesel meningkat hingga mendekati standar maksimal bilangan asam yang ditetapkan di dalam SNI 04-7182-2006 0,8 mg KOHg bioidesel. Hal ini menunjukkan bahwa suhu pemurnian lebih besar dari 80 o C berpengaruh negatif terhadap mutu biodiesel. Jika dilihat dari penjelasan di atas, proses pemurnian biodiesel untuk skala lab, sebaiknya dilakukan pada suhu kamar 25 o C, tetapi, jika skala yang digunakan lebih besar, maka untuk meningkatkan laju alir biodiesel, proses pemurnian dapat dilakukan pada suhu panas 70-80 o C, dan tidak disarankan menggunakan suhu lebih besar dari 80 o C.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pemurnian biodiesel menggunakan berbagai macam komposisi aluminium silikat dan magnesium silikat memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan bilangan asam, kadar sabun, kadar air, kadar gliserol bebas, dan gliserol terikat pada biodiesel. Dari kesembilan jenis komposisi, yaitu aluminium silikat 100, magnesium silikat 100, dan kombinasi aluminium silikat dan magnesium silikat dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 2:3, 2:1, 3:1, dan 3:2, komposisi terbaik untuk memurnikan biodiesel adalah aluminium silikat 100, yang mampu menurunkan kadar sabun, kadar air, dan kadar gliserol bebas dengan sangat baik, dimana nilainya tidak berbeda nyata dengan biodiesel cuci air dan biodiesel yang dimurnikan dengan adsorben komersial. Pada aplikasi adsorben untuk pemurnian biodiesel menggunakan kolom, aluminium silikat yang digunakan harus dicampur dengan pasir kuarsa untuk memperlancar aliran biodiesel di dalam kolom. Berdasarkan mutu dan waktu mengalir biodiesel, disertai dengan pertimbangan kapasitas adsorpsi 133 ml biodieselg aluminium silikat dan peningkatan waktu mengalir selama proses pemurnian, konsentrasi aluminium silikat dalam pasir kuarsa yang terbaik adalah 10 bobot aluminium silikatbobot pasir kuarsa. Berdasarkan uji kejernihan dan pH air pencuci biodiesel yang dihasilkan, metode kolom ini mampu memurnikan biodiesel dengan baik. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa suhu pemurnian sistem kolom yang diuji coba pada skala lab 25 o C, 70 o C, 80 o C, dan 90 o C, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu mengalir, kadar sabun, kadar gliserol bebas, gliserol terikat, dan kadar air biodiesel yang dihasilkan, tetapi berpengaruh nyata terhadap bilangan asam biodiesel. pada suhu 90 o C, bilangan asam biodiesel meningkat sampai mendekati batas maksimum standar yang ditentukan.