Bank Konvensional Bank Syariah

perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan tersebut.

2.4.1 Bank Konvensional

Menurut Karim 2004, bank konvensional adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang. Perbedaan bank konvesional dengan bank syariah adalah dengan adanya bunga. Secara fiqih bunga ini dikategorikan sebagai riba dan karenanya haram.

2.4.2 Bank Syariah

Ascarya dan Yumanita 2005, bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga riba, bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian maysir, bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan gharar, berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Bank Syariah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan konsep yang lebih sempit dari bank syariah, selain menghindari bunga, secara aktif turut berpatisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang beriorientasi pada kesejahteraan sosial. Bank syariah menggunakan sistem bagi-hasil, sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara bank syariah dengan penyimpan dana dan antara bank syariah dengan nasabah penerima pembiayaan investasimodal kerja. Hasil bank syariah yang dibagikan kepada penyimpan dana adalah laba usaha bank syariah yang dihitung selama periode tertentu, misalnya tiap 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan tiap tahun. Laba usaha bank syariah bahkan dapat pula dihitung dan dibagikan tiap hari. Hasil usaha nasabah penerima pembiayaan investasimodal kerja yang dibagi bank syariah adalah laba usaha yang dihasilkan penerima pembiayaan itu dari usahanya secara utuh yang didanai oleh pembiayaan dari bank syariah, setelah melewati suatu periode tertentu yang disepakati bersama dan setelah dikurangi pajak Saefuddin, 2011. Konsep operasional bank syariah itu sendiri, yakni menghimpun dana melalui prinsip wadi’ah yad dhamanah, mudharabah mutlaqah, ijarah, dan lain-lain, serta setoran modal dimasukkan ke dalam pooling fund. Sumber dana paling dominan berasal dari prinsip mudharabah mutlaqah yang biasanya mencapai lebih dari 60 persen dan berbentuk tabungan, deposito, atau obligasi. Pooling fund ini kemudian dipergunakan dalam penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diperoleh bagian bagi hasillaba sesuai kesepakatan awal nisbah bagi hasil dengan masing-masing nasabah; dari pembiayaan dengan prinsip jual beli diperoleh margin keuntungan; sedangkan dari pembiayaan dengan prinsip sewa diperoleh pendapatan sewa. Keseluruhan pendapatan dari pooling fund ini kemudian dibagihasilkan antara bank dengan semua nasabah yang menitipkan, menabung, atau menginvestasikan uangnya sesuai kesepakatan awal. Bagian nasabah atau hak pihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah, sedangkan bagian bank akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi utama. Sementara itu, pendapatan lain, seperti mudharabah muqayyadah investasi terikat dan jasa keuangan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi lainnya.

2.5 Produk-produk Bank Syariah