pembiayaan itu dari usahanya secara utuh yang didanai oleh pembiayaan dari bank syariah, setelah melewati suatu periode
tertentu yang disepakati bersama dan setelah dikurangi pajak Saefuddin, 2011.
Konsep operasional bank syariah itu sendiri, yakni menghimpun dana melalui prinsip wadi’ah yad dhamanah,
mudharabah mutlaqah, ijarah, dan lain-lain, serta setoran modal dimasukkan ke dalam pooling fund. Sumber dana paling dominan
berasal dari prinsip mudharabah mutlaqah yang biasanya mencapai lebih dari 60 persen dan berbentuk tabungan, deposito, atau
obligasi. Pooling fund ini kemudian dipergunakan dalam penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil, jual beli, dan sewa. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diperoleh bagian bagi hasillaba sesuai kesepakatan awal nisbah
bagi hasil dengan masing-masing nasabah; dari pembiayaan dengan prinsip jual beli diperoleh margin keuntungan; sedangkan
dari pembiayaan dengan prinsip sewa diperoleh pendapatan sewa. Keseluruhan pendapatan dari pooling fund ini kemudian
dibagihasilkan antara bank dengan semua nasabah yang menitipkan, menabung, atau menginvestasikan uangnya sesuai
kesepakatan awal. Bagian nasabah atau hak pihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah, sedangkan bagian bank akan
dimasukkan ke dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi utama. Sementara itu, pendapatan lain, seperti mudharabah
muqayyadah investasi terikat dan jasa keuangan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi lainnya.
2.5 Produk-produk Bank Syariah
Antonio dan Perwataatmadja 1992, menyatakan pola konsumsi dan pola simpanan yang diajarkan oleh Islam memungkinkan umat Islam
mempunyai kelebihan pendapatan yang harus diproduktifkan dalam bentuk investasi, maka bank syariah menawarkan tabungan investasi yang
disebut simpanan mudharabah simpanan bagi hasil atas usaha bank. Di
Indonesia simpanan mudharabah bisa dalam bentuk deposito mudharabah dan tabungan mudharabah. Untuk dapat membagihasilkan usaha bank
kepada penyimpan mudharabah, maka bank syariah menawarkan produk dan jasa perbankan kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan untuk berbagai kegiatan investasi atas dasar bagi hasil
yang terdiri dari pembiayaan investasi bagi hasil al-mudharabah dan al-musyarakah. Dari pembiayaan investasi tersebut bank akan
memperoleh pendapatan berupa bagi hasil usaha. 2.
Pembiayaan untuk berbagai kegiatan perdagangan yang terdiri dari pembiayaan perdagangan al-murabahah dan al-baiu bithaman ajil.
Dari pembiayaan perdagangan tersebut di atas bank akan memperoleh pendapatan berupa mark-up atau margin keuntungan. Sistem mark-up
adalah pembiayaan bank yang diperhitungkan secara lump-sum dalam bentuk nominal di atas pembiayaan bank syariah dengan nasabahnya.
3. Pembiayaan pengadaan barang untuk disewakan atau disewabelikan
dalam bentuk sewa guna usaha yang disebut al-ijarah dan sewa beli yang disebut al-baiu takjiri. Dari kegiatan usaha al-ijarah bank akan
memperoleh pendapatan berupa sewa. 4.
Pemberian pinjaman tunai untuk kebajikan al-qardhul hasan tanpa dikenakan biaya apapun kecuali biaya administrasi berupa segala
biaya yang diperlukan untuk sahnya perjanjian hutang seperti bea materai, biaya akte notaris dan biaya studi kelayakan. Dari pemberian
pinjaman al-qardhul hasan bank akan menerima kembali biaya-biaya administrasi.
5. Fasilitas-fasilitas perbankan umumnya yang tidak bertentangan
dengan syariah seperti penitipan dana dalam rekening lancar dalam bentuk giro wadiah yang diberi bonus dan jasa lainnya untuk
memperoleh balas jasa seperti: pemberian jaminan al-kafalah, pengalihan tagihan al-hiwalah, pelayanan khusus al-jo’alah, dan
pembukaan LC al-wakalah. Dari pemakaian fasilitas-fasilitas tersebut di atas bank akan memperoleh pendapatan berupa fee.
2.6. Penelitian Terdahulu