IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENENTUAN KADAR AIR MENIR, SUHU EKSTRUDER, KECEPATAN
ULIR EKSTRUDER, DAN KADAR MINYAK
Pengukuran kadar air menir jewawut dimaksudkan untuk melihat apakah kadar air dari menir jewawut termasuk dalam kisaran kadar air yang baik untuk produk ekstrusi atau tidak.
Kadar air yang baik untuk produk ekstrusi adalah 11-14 Trisnamurti,1980. Dari hasil pengukuran diperoleh kadar air menir jewawut sosoh, yaitu 13.05 dan kadar air menir jewawut
tidak sosoh yaitu sebesar 12.96. Sehingga diketahui bahwa kadar air menir jewawut masih dalam jumlah yang sesuai dengan persyaratan kadar air yang baik.
Parameter produk ekstrusi yang ditentukan pada penelitian kali ini, yaitu kadar air dan penyosohan bahan serta suhu dan kecepatan ulir ekstruder. Kadar air yang digunakan, yaitu 13,
15 , dan 16 . Kadar air ini digunakan untuk melihat apakah proses ekstrusi akan berjalan lebih lancar dengan adanya penambahan air dan untuk mencegah kemungkinan ekstruder macet
pada kondisi kadar air bahan secara alami ±13. Menurut Huber 2001, air dapat membantu bahan melalui ekstruder dengan lebih cepat karena air dapat mengurangi gesekan di dalam
ekstruder. Biji jewawut yang digunakan dibedakan menjadi dua perlakuan sebelum ditepungkan,
yaitu yang mengalami penyosohan dan yang tidak mengalami penyosohan. Penyosohan yang dilakukan adalah penyosohan selama 100 detik. Waktu 100 detik digunakan karena menurut
Yanuwar 2009, waktu tersebut merupakan waktu yang paling optimum untuk menghasilkan produk dengan rasa yang diterima konsumen dengan baik dan juga masih mengandung senyawa
bioaktif, termasuk antioksidan. Menurut Harper 1981, kondisi paling optimum untuk bahan pati-patian, yaitu pada suhu
170ºC. Namun kondisi dan tipe ekstruder yang beragam seperti jumlah ulir, dan bentuk ulir yang beragam menyebabkan suhu tersebut tidak digunakan pada penelitian ini. Suhu proses yang diuji
yaitu 130ºC, 140ºC dan 150ºC. Suhu ini diambil berdasarkan penelitian Apriani 2009 yang menggunakan suhu tertentu untuk menghasilkan produk komersial dari jagung dengan
menggunakan ekstruder ulir ganda. Menurutnya suhu optimum tersebut adalah 119ºC-129ºC. Untuk melihat pengaruh suhu terhadap karakteristik produk ekstrusi yang dihasilkan dilakukan
penambahan variasi suhu diatas suhu optimum tersebut. Hasil proses ekstrusi pada suhu 130ºC dengan menggunakan variasi kadar air, kecepatan
ulir, dan pengaruh penyosohan dapat dilihat pada Tabel 4. Pada suhu 130°C, ekstruder tidak dapat menghasilkan produk yang baik pada semua perlakuan yang diujikan. Hal ini dapat
disebabkan oleh suhu yang masih terlalu rendah sehingga energi panas yang diperlukan untuk perubahan fisik dan kimia bahan belum tercapai. Pada kondisi ekstrusi yang memiliki
kelembaban yang rendah, gelatinisasi hanya terjadi sebagian. Selebihnya proses yang terjadi adalah peleburan pati Muchtadi, et al.,1988. Jika proses perubahan tersebut tidak dapat terjadi
maka bahan akan sulit keluar dari ekstruder, sehingga die tersumbat dan selanjutnya mengakibatkan ekstruder macet. Kadar air yang lebih tinggi 15 dan 16 dan kecepatan ulir
yang lebih tinggi 25 Hz menyebabkan bahan dapat keluar dari ekstruder, namun ekstrudat yang dihasilkan tidak mengembang dan basah. Ekstruder menjadi macet setelah mengeluarkan sedikit
produk pada kondisi tersebut. Hal ini juga disebabkan adanya penyumbatan oleh bahan yang belum berada di kondisi optimum untuk proses ekstrusi. Hal ini mengakibatkan penumpukan
24
bahan di ujung die akibat ulir terus mendorong bahan ke arah luar. Penumpukan bahan dapat membuat ekstruder berhenti bekerja macet.
Tabel 4. Hasil proses ekstrusi pada perlakuan suhu 130ºC
Penyosohan Kadar
air Suhu 130 °C
20 Hz 22Hz
25Hz Sosoh
13 M
M M
15 M
M Produk keluar sebagian, tekstur tidak
mengembang dan agak basah, lalu ekstruder macet
16 M
M Produk keluar sebagian, tekstur tidak
mengembang dan basah, lalu ekstruder macet
Tidak sosoh 13
M M
M
15 M
M Produk keluar sebagian, tekstur tidak
mengembang dan agak basah, lalu ekstruder macet
16 M
M Produk keluar sebagian, namun tekstur
tidak mengembang dan basah, lalu ekstruder macet
Keterangan: M= Produk tidak keluar dari ekstruder, ekstruder berhenti bekerja macet Hasil dari proses ekstrusi pada suhu 140ºC dapat dilihat pada Tabel 5. Suhu 140ºC dengan
kadar air 13 menghasilkan produk dengan tekstur yang baik pada kecepatan ulir 22 Hz dan 25 Hz. Namun sebelum semua bahan keluar, ekstruder berhenti bekerja. Hal ini dapat terjadi karena
bahan mempunyai kondisi kadar air yang rendah sehingga saat bahan masih mengalami proses ekstrusi banyak terjadi gesekan antara bahan dengan bahan maupun ulir. Hal ini dapat
menyebabkan bahan menjadi terlalu matang di dalam ulir dan menyebabkan penyumbatan pada sisi ulir yang akhirnya membuat ekstruder menjadi macet.
Penggunaan kadar air 15 dan 16 membuat tekstur produk menjadi keras dan basah. Saat dikeringkan pada suhu ruang tekstur bahan menjadi lebih keras. Pada kadar air 15
ekstruder akhirnya berhenti sebelum semua bahan keluar dari ekstruder, sedangkan pada kadar air 16 bahan keluar dengan lancar.
Hasil dari proses ekstrusi pada suhu 150ºC dapat dilihat pada Tabel 6. Suhu 150ºC tidak dapat digunakan karena tidak ada produk yang dapat dihasilkan dengan kondisi yang baik.
Penggunaan kecepatan ulir 20 Hz menyebabkan ekstuder berhenti bekerja sebelum bahan yang diinginkan keluar ekstruder karena kurangnya gaya mekanik yang mampu mengubah kondisi
bahan dan memberi tekanan yang diperlukan untuk proses ekstrusi. Pada kadar air 15 dan 16 dengan kecepatan ulir 22 Hz, bahan dapat keluar dari ekstruder. Namun produk yang dihasilkan
hangus ekstruder bekerja tidak lama dan akhirnya ekstruder berhenti bekerja.
25
Tabel 5. Hasil proses ekstrusi pada perlakuan suhu 140ºC
Penyosohan Kadar air
Suhu 140 °C 20 Hz
22Hz 25Hz
Sosoh 13
M Produk keluar
sebagian, tekstur renyah
Produk keluar sebagian, tekstur
renyah
15 M
Produk keluar sebagian, tekstur keras
Produk keluar sebagian, tekstur
keras 16
M Produk keluar lancar,
tekstur keras Produk keluar lancar,
tekstur keras
Tidak sosoh 13
M Produk keluar
sebagian, tekstur renyah
Produk keluar sebagian, tekstur
renyah
15 M
Produk keluar sebagian, tekstur keras
Produk keluar sebagian, tekstur
keras 16
M Produk keluar lancar,
tekstur keras Produk keluar lancar,
tekstur keras Keterangan: M= Produk tidak keluar dari ekstruder, ekstruder berhenti bekerja macet
Dari berbagai perlakuan yang dilakukan, kondisi yang mampu menghasilkan produk ekstruder dengan tekstur yang baik yaitu suhu 140ºC, kecepatan ulir 22 Hz dan 25 Hz, bahan
yang digunakan yaitu jewawut sosoh maupun tidak sosoh dengan kadar air 13. Meskipun dengan kondisi tersebut produk yang dihasilkan memiliki tekstur yang baik tidak keras, namun
ekstruder berhenti bekerja sebelum semua bahan keluar dari ekstruder, sehingga harus dilakukan penambahan pelumas untuk mencegah ekstruder macet. Pelumas yang paling sering digunakan
pada ekstrruder yaitu minyak goreng atau minyak kelapa sawit. Pelumas bekerja dengan membantu bahan untuk keluar dari ekstruder sehingga dapat mengurangi kemungkinan ekstruder
macet. Menurut Ahza 1996, jika lemak berada dalam kondisi bebas atau tidak terikat dengan
bahan lain, maka ia dapat berfungsi sebagai pelumas dalam laras dengan cara mengurangi konversi energi mekanis. Gesekan antara bahan dengan ulir dan barel memberi energi mekanis
lebih lanjut sehingga bahan sulit keluar karena sebagian bahan sudah mengalami perubahan yang drastis dalam granulnya sebelum proses ekstrusi selesai. Minyak yang digunakan sebagai
pelumas mampu mengurangi gesekan tersebut sehingga laju aliran bahan keluar die tetap lancar Guy, 2010.
26
Tabel 6. Hasil proses ekstrusi pada perlakuan suhu 150ºC
Penyosohan Kadar
air Suhu 150 °C
20 Hz 22Hz
25Hz Sosoh
13 M
H H
15 M
Produk keluar sebagian, hangus, ekstruder macet
H 16
M Produk keluar sebagian, hangus,
ekstruder macet H
Tidak sosoh 13
M H
H 15
M H
H 16
M H
H Keterangan: M= Produk tidak keluar dari ekstruder, ekstruder berhenti bekerja macet
H= Bahan hangus di dalam ekstruder Tabel 7 menunjukkan pengaruh penambahan minyak terhadap kelancaran bahan untuk
keluar dari ekstruder. Jumlah minyak yang ditambahkan diusahakan seminimal mungkin, karena selain dapat menimbulkan rasa berminyak yang cenderung tidak disukai, minyak yang terikat
pada produk dapat menurunkan pengembangan ekstrudat. Minyak yang ditambahkan yaitu 50 g, 100 g dan 150 g dalam 3 kg bahan.
Tabel 7. Pengaruh penambahan minyak terhadap kerja ekstruder
Keterangan: M = ekstruder berhenti berjalan sebelum bahan keluar seluruhnya macet
L = ekstruder terus berjalan sampai bahan keluar seluruhnya dari ekstruder lancar
Menir Jewawut
Berat minyak dibandingkan berat bahan
1.67 3.33
5.00 Sosoh
M L
L Tidak
Sosoh M
L L
27
B. PROSES EKSTRUSI DAN ANALISIS PRODUK EKSTRUSI 1. Proses ekstrusi