II. TINJAUAN PUSTAKA
A. JEWAWUT
Jewawut Pennisetum glaucum juga dikenal dengan nama pearl millet. Di Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara, jewawut dikenal dengan nama jawe atau betem Suherman et al.,
2006. Tinggi tanaman jewawut mencapai 0.5 - 4 m. Biji jewawut berwarna agak putih, kuning pucat, coklat, hijau, dan ungu. Diameter biji mencapai 3 - 4 mm dan setiap tangkai dapat
mengandung sampai 1000 biji. Dukes 1978 menyebutkan bahwa jewawut memiliki jumlah kromosom 14 pasang dengan potensi hasil 3.5 ton per hektar. Saat ini tanaman jewawut tidak
banyak dijumpai di Indonesia karena tergeser oleh tanaman yang memiliki daya jual lebih tinggi. Penanaman jewawut di Indonesia paling banyak adalah di daerah Lombok dan masih digunakan
untuk konsumsi pribadi Suherman et al., 2006. Klasifikasi dari jewawut disajikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Kelas : Monocotyledon
Keluarga : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum sp
Jewawut berdasarkan keadaan perikarpnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu utricles dan caryopsis. Jewawut yang termasuk utricles memiliki biji yang dikelilingi perikarp dan hanya
terikat di satu tempat, sehingga perikarp mudah dilepaskan. Yang termasuk utricles antara lain finger, proso dan foxtail millet. Jenis caryopsis memiliki perikarp yang terikat kuat di biji.
Anggota caryopsis antara lain pearl, fono, exilis, dan teff millet McDonough dan Rooney, 2000.
Di antara spesies jewawut yang ada, jenis pearl millet Pennisetum glaucum merupakan jenis yang potensial untuk pangan karena selain kandungan gizinya, penyebaran pearl millet juga
tergolong luas Leder, 2004. Gambar 1 menunjukkan bagian biji jewawut.
Gambar 1. Struktur biji jewawut FAO, 1995 EMBRIO
ENDOSPERMA
4
Jewawut merupakan komoditi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat, antioksidan, senyawa bioaktif, dan serat yang penting bagi kesehatan Rooney dan Serna, 2000.
Jewawut juga memiliki nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan kebanyakan serealia yang ada jika dilihat dari kandungan zat besi, kalsium, seng, lipida, dan mutu proteinnya. FAO,
1995. Menurut Singh et al., 1987, pearl millet memiliki protein kasar yang lebih tinggi 1-2 dari sorghum. Kandungan lisin lebih tinggi 21 dari jagung dan lebih tinggi 36 dari sorghum.
Komposisi struktur biji sedikit berbeda dari sorghum, yaitu bagian endosperma 75 sedangkan sorghum 82. Kandungan lemak sebanyak 75 termasuk asam lemak tidak jenuh rantai
panjang PUFA. Jenis PUFA yang terbanyak adalah asam linoleat. Kandungan vitamin umumnya vitamin C dan A. kandungan mineral umumnya Fe, Ca, Mg, dan Zn. Komposisi kimia
jewawut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia jewawut
Komponen Kadar
Kadar air bk 12.519
Kadar abu 3.860
Protein 11.380
Lemak 2.040
Energi kalg 386.000
P mg100g 50.000
Fe mg100g 7.800
Zn mg100g 3.600
Ca mg100g 19.800
Vitamin A mg100g 0.023
Vitamin C mg100g 26.400
Sumber: Nurmala 1997 Komposisi kimia jewawut juga berbeda berdasarkan bagian-bagian bijinya. Komposisi
kimia bagian biji jewawut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia bagian-bagian biji jewawut
Bagian jewawut
Berat biji Protein
Abu Lemak Kalsium
mg Kg Seluruh biji
100 13.3
1.7 6.3
Endosperm 75
10.9 0.32
0.53 17
Embrio 17
24.5 7.2
32.2 Kulit ari
8 17.1
3.2 5.0
168 Sumber: FAO 1995
Kulit ari yang menyelimuti endosperma dan embrio merupakan bagian dari jewawut yang banyak mengandung protein, asam lemak, senyawa fungsional, dan serat. Bagian kulit ari tidak