kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi
yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar.
Disamping berbagai hambatan masuk, perusahaan baru kadang-kadang memasuki suatu bisnis dengan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah,
dan sumber daya pemasaran yang besar. c.
Potensi Pengembangan Produk Substitusi Tekanan kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan
dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan dengan biaya konsumen beralih ke produk lain menurun. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan
kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk-produk tersebut, juga dengan memantau rencana perusahaan untuk
meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar. d.
Kekuatan Tawar-menawar PenjualPemasok Kekuatan tawar-menawar pemasok bargaining power of supplier
mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup
bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal. Perusahaan dapat menjalankan strategi integrasi ke belakang backward integration untuk
mendapatkan kendali atau kepemilikan dari pemasok. e.
Kekuatan Tawar-menawar PembeliKonsumen Kekuatan tawar-menawar konsumen lebih tinggi ketika yang dibeli adalah
produk standar atau tidak terdiferensiasi. Kondisi yang seperti ini, konsumen sering kali dapat bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi, dan paket aksesori hingga
ke tingkat yang lebih tinggi.
3.1.3 Persepsi Konsumen
Bagaimana seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya terhadap suatu objek. Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan
dan mengintrepretasikan informasi menjadi suatu gambaran yang berarti mengenai suatu objek Kotler dan Armstrong, 2008. Persepsi menurut Robbins 1998 adalah
proses dimana seseorang mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera dengan tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka.
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal
mengenai dunia, yaitu proses “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Stimuli ini diterima oleh alat pancaindra manusia. Stimuli mana yang akan diproses
tergantung dari apakah stimuli dapat masuk ke dalam proses untuk mengintrepretasikannya. Untuk dapat masuk ke dalam proses interpretasi suatu
stimuli harus mampu mengekspos manusia mendapat perhatian melalui indra penerimaan, artinya harus diperhatikan ambang penerimaan stimuli manusia. Setelah
stimuli diterima maka proses interpretasi dapat dilakukan yang terkait dengan faktor individu.
Persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor Schiffman dan Kanuk, 2007:
1 Stimulus Faktor
Karakteristik obyek secara fisik seperti ukuran, warna, berat atau bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristiknya akan mampu
menciptakan suatu rangsangan pada indera manusia, sehingga mampu menciptakan suatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.
2 Individual Faktor
Karakteristik invidu yang termasuk didalamnya tidak hanya proses panca indera tetapi juga pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari
individu itu sendiri. Dalam manajemen pemasaran, persepsi adalah proses seseorang dalam
melihat, mengorganisasikan, dan mengintrepretasikan informasi untuk mendapatkan gambaran yang berarti mengenai stimulus berupa bentuk fisik produk, kemasan,
harga, pelayanan, kemudahan memperolehnya, serta berbagai bauran pemasaran lainnya. Mempelajari persepsi konsumen akan sangat berguna bagi suatu perusahaan
dalam merumuskan strategi pemasaran yang cocok dengan karakteristik konsumennya.
3.1.4 Alat Analisis