Jumlah Probiotik selama Proses Enkapsulasi
32 80 dari total asam yang dihasilkan, sedangkan BAL heterofermentatif sebesar
50-80. Ding dan Shah 2008 juga melaporkan bahwa jus jeruk yang ditambahkan L. plantarum memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan
dengan penambahan L. acidophilus.
Perbedaan jenis enkapsulan yang digunakan dapat menghasilkan nilai pH yoghu
rt TPUM sinbiotik yang berbeda pula. Hasil uji lanjut Duncan α= 0.05 menunjukkan bahwa yoghurt kontrol memiliki nilai pH yang paling tinggi 3.76,
lalu diikuti oleh yoghurt dengan enkapsulan agar 3.64 dan nilai pH terendah yaitu yoghurt dengan enkapsulan alginat 3.55 Lampiran 18b. Hasil ini berlaku
pada yoghurt baik dengan penambahan L. plantarum BSL maupun L. acidophilus 2B4 karena interaksi jenis probiotik dan enkapsulan juga berpengaruh nyata
terhadap nilai pH. Pengaruh interaksi kedua faktor tersebut dapat dilihat pada nilai pH yoghurt TPUM sinbiotik dengan L. plantarum BSL kontrol yang mencapai
lebih dari 4.00 Tabel 4.3. Nilai pH yoghurt ini menunjukkan perbedaan signifikan terhadap yoghurt lainnya. Selain karena adanya perbedaan golongan
BAL, perbedaan nilai pH pada yoghurt tersebut disebabkan kemungkinan adanya pertumbuhan khamir yang ditandai dengan muncul aroma alkohol pada yoghurt.
Khamir dapat tumbuh pada kondisi pH rendah. Adanya alkohol yang dihasilkan khamir akan memengaruhi kestabilan ion H
+
sehingga terjadi perubahan pH Stainer et al. 1976.
Tingginya nilai pH yoghurt TPUM sinbiotik kontrol akibat terganggunya aktivitas probiotik tanpa enkapsulasi dalam menghasilkan asam laktat sehingga
menjadi tidak optimal. Hal ini disebabkan adanya interaksi langsung antara probiotik dengan kondisi penyimpanan pada suhu 5-10 ºC yang bukan merupakan
kondisi optimum pertumbuhan BAL. Peningkatan pH akibat penurunan asam laktat yang dihasilkan BAL ditunjukkan oleh adanya penurunan total asam
tertitrasi pada yoghurt kontrol dengan penambahan L. plantarum BSL Tabel 4.3. Lain halnya dengan penelitian Kailasapathy 2006 yang melaporkan bahwa
yoghurt susu sinbiotik tanpa enkapsulasi menghasilkan nilai pH yang lebih rendah dibandingkan dengan yoghurt susu sinbiotik dengan enkapsulasi. Perbedaan
tersebut dapat disebabkan karena jenis probiotik dan bahan baku yang berbeda.
Nilai pH yoghurt TPUM sinbiotik L. plantarum BSL ataupun L. acidophilus 2B4 dengan enkapsulan alginat lebih rendah dibandingkan yoghurt
dengan enkapsulan agar. Hal ini dapat disebabkan oleh viabilitas probiotik dalam yoghurt dengan enkapsulan alginat yang juga lebih tinggi Gambar 4.2 dan 4.3.
Keasaman produk dapat meningkat seiring peningkatan viabilitas probiotik dalam produk. Probiotik yang juga termasuk golongan BAL berperan dalam
menghidrolisis karbohidrat menjadi asam laktat melalui jalur glikolisis Akmar 2006.
Kandungan yang terdapat dalam masing-masing enkapsulan diduga juga dapat memengaruhi aktivitas probiotik dalam menghasilkan asam laktat. Gel
alginat berasal dari ikatan divalen ionik antara asam alginat dan garam sodium. Asam alginat tersebut tersusun atas dua polisakarida yaitu polimer asam guluronat
dan asam manuronat Chavarri et al. 2012. Polisakarida dapat diubah menjadi asam laktat melalui proses hidrolisis oleh BAL. Begitu juga polisakarida yang
terdapat dalam agar-agar komersial Swallow Globe yang digunakan dalam penelitian ini. Agar merk ini terbuat dari rumput laut dengan genus Gracilaria SP
yang memiliki perbandingan agarosa dan agaropektin sebesar 20:1 Agar Swallow
33 2010; Winarno 1996. Agarosa adalah suatu polisakarida netral yang terdiri dari
rangkaian D-galaktosa dengan ikatan ß-1,3 dan L- galaktosa dengan ikatan α-1,4.
Kandungan polisakarida alginat diduga lebih tinggi dibandingkan pada agar, sehingga pembentukan asam laktat pada yoghurt dengan enkapsulan alginat
semakin meningkat dan menyebabkan penurunan nilai pH yoghurt. Degradasi polisakarida oleh enzim yang dihasilkan BAL tersebut diduga hanya berpengaruh
pada
penurunan kekuatan
gel manik-manik,
sehingga tidak
sampai menghancurkan manik-manik. Hal ini sesuai dengan penelitian Shoichet et al.
1996 yang melaporkan bahwa adanya enzim ß-agarase hanya menyebabkan menurunkan kekuatan gel agarosa sebesar 25. Aktivitas BAL yang tidak optimal
pada kondisi penyimpanan suhu rendah diduga merupakan salah satu penyebab manik-manik tersebut tidak hancur. BAL spesies Lactobacillus sp. dapat tumbuh
optimum pada suhu 30-40 ºC Dicks dan Endo 2009.