I II
Gambar. 4.5 Siswa Menjawab Soal yang diberikan Guru
Berdasarkan hasil pembahasan observasi kelas diatas dapat disimpulkan bahwa hanya tiga kategori habits of mind yang muncul dalam proses pembelajaran
matematika dikelas. Dan dapat diketahui berdasarkan persentase tertinggi bahwa para siswa tersebut memiliki rata-rata kecenderungan habits of mind ‘thinking of
thinking’ dengan persentase yaitu sebesar 97 Selanjutnya berdasarkan data hasil observasi LKS jawaban siswa pada tabel
4.2 diketahui bahwa keempat kategori habits of mind muncul dalam observasi tersebut. Untuk kategori persisting pada indikator tekun dalam pembelajaran yaitu
persentasenya sebesar 94. Hal tersebut terlihat pada observasi pertama hingga kelima. Berdasarkan hasil jawaban diketahui bahwa siswa yang selalu
mengerjakan tugas yang diberikan hingga tuntas. Indikator selanjutnya yaitu mendemostrasikan metode-metode sistematis untuk menganalisis permasalahan,
memiliki rata-rata persetase sebesar 11. Hal tersebut berdasarkan sistematika penulisan jawaban dari tiap siswa, dimana hanya ada 10 orang saja yang
menuliskan kembali hal yang diketahui dan ditanyakan dalam menjawab soal yang diberikan. Berikut salah satu contoh jawaban siswa yang menunjukan
indikator mendemostrasikan metode-metode sistematis untuk menganalisis permasalahan:
Soal : Luas permukaan suatu prisma adalah 576 cm
2
. Jika luas sisi tegaknya adalah 332 cm
2
. Maka luas alah prisma tersebut adalah …
I
II Gambar. 4.6
Indikator mendemostrasikan metode-metode sistematis untuk menganalisis permasalahan
Pada gambar 4.10 diatas, gambar I menunjukan siswa yang terbiasa menuliskan kembali hal yang diketahui dan ditanyakan dalam menjawab soal
yang diberikan, sedangkan gambar II menunjukan jawaban siswa yang tidak terbiasa menuliskan kembali hal yang diketahui dan ditanyakan dalam menjawab
soal yang diberikan Untuk kategori thinking of thinking pada observasi kelas yaitu hanya dapat
teramati pada indikator ‘terbiasa menggambarkan langkah-langkah yang digunakannya untuk melakukan pemecahan masalah’yaitu sebesar 54. Hal
tersebut teramati pada observasi soal kedua, ketiga, keempat dan kelima.Berikut adalah contoh jawaban siswa yang menunjukan indikator menggambarkan
langkah-langkah yang digunakannya untuk melakukan pemecahan masalah : Soal
:
Sebuah balok berukuran panjang 12 cm dan lebar 9 cm. Jika panjang salah satu diagonal ruangnya 17 cm, maka luas permukaan balok tersebut …
I
II Gambar. 4.7
Indikator menggambarkan langkah-langkah yang digunakannya untuk melakukan pemecahan masalah
Pada gambar 4.11 diatas, gambar I menunjukan jawaban siswa yang terbiasa menggambarkan langkah-langkah atau menulisakan cara penyelesaikan yang
digunakannya untuk mengerjakan soal dengan lengkap. Sedangkan gambar II menunjukan jawaban siswa yang tidak terbiasa menggambarkan langkah-langkah
atau menulisakan cara penyelesaikan yang digunakannya untuk mengerjakan soal dengan lengkap
Kemudian untuk kategori thinking flexibly hanya teramati pada observasi ketiga dan kelima yaitu pada indikator ‘menggunakan berbagai cara pemecahan
masalah untuk menyelesaikan masalah yang sama’. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa hanya terdapat 11 orang siswa yang memiliki jawaban yang
berbeda dengan jawaban siswa pada umumnya di kelas tersebut. Rata-rata persentasenya yaitu sebesar 7. Berikut adalah contoh jawaban siswa yang
menunjukan indikator menggunakan berbagai cara pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah yang sama:
Soal : Buatlah sketsa jaring-jaring suatu bangun ruang yang memiliki luas permukaan 72 cm
2
I II
III IV Gambar. 4.8
Indikator Menggunakan Berbagai Cara Pemecahan Masalah Untuk Menyelesaikan Masalah yang Sama
Pada gambar 4.12 diatas, gambar I menunjukan jawaban siswa pada umunya atau jawaban yang tidak menunjukan indikator menggunakan berbagai cara
pemecahan masalah untuk menyelesaikan masalah yang sama . Sedangkan gambar II, III dan IV menunjukan jawaban siswa yang menggunakan
berbagai cara pemecahan masalah yang berbeda untuk menyelesaikan masalah yang sama.
Kategori habits of mind terakhir yang diamati pada observasi ini adalah using past knowledge to new situation pada indikator mampu mengabstraksi makna atau
pengalaman untuk menyelesaikan masalah baru. Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa siswa mampu menggunakan pengetahuan lalu atau pengetahuan
awal yang dimilikinya untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Rata-rata persentase pada kategori ini yaitu 18. Indikator tersebut muncul 2 kali pada
observasi LKS. Berikut adalah hasil jawaban siswa yang menunjukan siswa menggunakan pengetahuan lalu untuk menyelesaikan permasalahan :
Soal : Diketahui diagonal sisi kubus yaitu √72 ��. Tentukanlah luas
permuakaan dan volume nya
I
II Gambar 4.9
Indikator Mengabstraksi Makna dari Pengalaman untuk Menyelesaikan Masalah Baru
Pada gambar I menunjukan bahwa siswa menggunakan konsep phytagoras dalam mengerjakan soal tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk
penggunaan pengetahuan masa lalu dalam menyelesaikan soal. Artinya siswa telah mampu mengabstraksi makna atau pengalaman yang dimilikinya untuk
menyelesaikan masalah baru Sedangkan jawaban pada gambar II siswa menjawab langsung dengan menggunakan rumus diagonal sisi dan tidak
menggunakan konsep phytagoras untuk menyelesaikan soal. Berdasarkan data hasil observasi jawaban siswa dan penjelasan diatas maka
diketahui rata-rata kecenderungan habits of mind siswa pada observasi jawaban adalah thinking of thinking dengan persentase sebesar 54.
Selanjutnya, hasil perhitungan angket habits of mind menunjukan bahwa skor tertinggi habits of mind yaitu pada kategori persisting dengan rata-rata nilai 75,56.
Artinya berdasarkan hasil angket rata-rata kecenderungan habits of mind yang dimiliki siswa pada kelas yang diteliti adalah kategori persisting. Siswa yang
memiliki habits of mind pada karegori ini merupakan siswa yang memiliki ketekunan, mampu belajar dengan sungguh-sungguh, dan tidak putus asa ketika
menghadapi masalah yang tidak segera diketahui penyelesaiannya. Meskipun kecenderungan habits of mind yang dimiliki siswa adalah kategori persisting, hal
tersebut bukan berarti siswa tidak memiliki habits of mind pada kategori lainnya, karena berdasarkan hasil angket skor pada setiap kategori habits of mind tidak ada
yang bernilai nol 0. Sedangkan berdasarkan hasil angket secara keseluruhan diperoleh nilai habits
of mind yaitu sebesar 68,96. Hal tersebut menunjukan bahwa habits of mind yang dimiliki siswa masih terbilang rendah. Sehingga diperlukan upaya lebih lanjut
untuk meningkatkan habits of mind yang dimiliki siswa. Berdasarkan pembahasan mengenai hasil observasi kelas, observasi jawaban
siswa dan hasil angket habits of mind diketahui bahwa siswa memiliki rata-rata kecenderungan habits of mind yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terjadi
karena perbedaan jumlah indikator yang digunakan dalam kegiatan observasi kelas, observasi jawaban siswa dan angket habits of mind siswa.
Tidak semua indikator pada setiap kategori habits of mind tersebut dapat terukur pada kegiatan onservasi kelas maupun observasi jawaban siswa LKS.
Pada observasi kegiatan siswa dikelas hanya tiga kategori habits of mind yang teramati dan tidak semua indikator pada ketiga kategori tersebut juga mampu
teramati. Selanjutnya pada observasi LKS atau jawaban siswa, semua kategori habits of mind yang digunakan pada penelitian ini dapat teramati hanya saja tidak
semua indikator dapat teramati. Sedangkan pada angket yang diberikan pada siswa semua kategori dan indikator habits of mind yang digunakan pada penelitian
ini dapat terukur berdasarkan jawaban yang diberikan siswa pada angket. Oleh karena itu tidak dapat diambil kesimpulan gabungan mengenai
kecenderungan habits of mind yang dimiliki siswa berdasarkan pada ketiga hasil dari observasi kelas, observasi jawaban siswa LKS dan angket habits of mind
siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil habits of mind tersebut akan dibahas pada bagian analisis dan pembahasan habits of mind siswa.
2. Analisis dan Pembahasan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa
Hasil perhitungan skor tes kemampuan generalisasi matematis siswa menunjukan skor rata-rata 59,73 yaitu berada pada kategori rendah. Ditinjau
berdasarkan skor per indikator kemampuan generalisasi matematis siswa menunjukan persentase 69 untuk indikator perception of generality yang
merupakan persentase tertinggi, hal tersebut karena soal untuk indikator ini terbilang cukup mudah karena siswa hanya diminta untuk menemukan pola
berdasarkan susunan gambar dan keterangan pada soal cerita. Selanjutnya persentase 62 untuk indikator ekspression of generality,
soal pada indikator ini merupakan soal lanjutan dari soal pada indikator sebelumnya. Artinya jika siswa mampu menemukan pola pada soal sebelumnya,
maka siswa akan mampu menggunakan pola tersebut untuk menjawab soal selanjutnya. Persentase selanjutnya yaitu 48 untuk indikator symbolic and
manipulation of generality yang merupakan persentase terendah. Rendahnya persentase pada indikator ini, mungkin dikarenakan siswa belum mampu
menemukan aturan umum atau pola umum untuk menyelesaikan masalah baru. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
generalisasi matematis siswa ditinjau berdasarkan skor rata-rata maupun persentase per indikator masih berada pada level yang cukup rendah. Berikut
adalah soal dan contoh jawaban siswa pada tes kemampuan generalisasi matematika:
Soal : Pak Adi adalah seorang pedagang minyak goreng. Ia memilki 10 kaleng
penyimpananminyak berbentuk balok. Kaleng tersebut memiliki ukuran alas yang sama yaitu 20 cm x 30 cm dan tinggi yang berbeda-beda.Volume minyak pada
kaleng pertama adalah 30 liter. Jika minyak pada kaleng pertama dipindahkan pada kaleng kedua maka minyak hanya akan memenuhi
1 2
dari volume dari kaleng kedua, dan jika minyak pada kaleng pertama dipindahkan pada kaleng ketiga
maka minyak hanya akan memenuhi
1 3
dari volume dari kaleng ketiga dan begitu seterusnya .
a. Tentukanlah tinggi kaleng pertama dan kedua
b. Tentukanlah tinggi kaleng ke-10
c. Jika pak adi menjual seluruh minyak pada kaleng pertama hingga kaleng
kelima, dengan harga Rp 15.000 liter maka berapakah uang yang diterima pak Adi?
I
II Gambar 4.10
Jawaban Tes Generalisasi Siswa
Pada gambar I menunjukan bahwa siswa mampu melakukan tahap perception of generality atau menemukan pola dengan benar, sehingga siswa
mampu menjawab soal selanjutnya yang juga merupakan tahapan ekspression of generality dengan benar. Ketika siswa mampu melakukan tahapan perception of
generality dan tahapan ekspression of generality dengan baik yaitu dengan menjawab benar soal pada bagian a, dan b, maka siswa tersebut pun akan mampu
menjawab soal bagian c dengan benar atau mampu melakukan tahapan symbolic and manipulation of generality dengan baik pula. Sedangkan pada gambar II
menunjukan bahwa tidak siswa mampu melakukan tahap perception of generality atau menemukan pola dengan benar, sehingga siswa tidak dapat menjawab soal
selanjutnya yang juga merupakan tahapan ekspression of generality dengan benar. Karena ketika siswa tidak mampu melakukan tahapan perception of generality
dan tahapan ekspression of generality dengan baik yaitu dengan menjawab benar soal pada bagian a, dan b, maka siswa tersebut pun akan mengalami kesulitan
dalam menjawab soal bagian c dengan benar sehingga siswa tidak mampu melakukan tahapan symbolic and manipulation of generality dengan baik pula.
3. Analisis dan Pembahasan Hasil Analisis Regresi
Hasil analisis secara keseluruhan dapat membuktikan bahwa hipotesis Ho yang diajukan dalam penelitian terbukti ditolak, yang menyatakan bahwa variabel
habits of mind tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa. Sehingga hipotesis H
1
yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yang menyatakan bahwa variabel habits of mind
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa. Kesimpulan tersebut diambil karena berdasarkan hasil analisis
yang telah dilakukan. Dari hasil analisis di atas diperoleh persamaan regresi yaitu Y= -86,165 +
2,116 X. Berdasarkan pengujian hipotesis uji F diperoleh nilai sig.F change = 0,000 0,05 maka diambil keputusan bahwa H
ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan antara habits of mind terhadap kemampuan generalisasi matematis
siswa.
Selanjutnya, persamaan regresi Y= -86,165 + 2,116 X diuji apakah persamaan tersebut valid untuk memprediksi variabel terikatnya. Artinya apakah
habits of mind yang dimiliki siswa dapat memprediksi tingkat kemampuan generalisasi matematis siswa. Dari hasil analisis di atas diketahui bahwa koefisien
konstanta pada model linier yaitu -86,165 adalah signifikan karena sig = 0,0042 0,05. Kemudian untuk hasil uji signifikansi koefisien regresi variabel
kemampuan generalisasi matematis siswa menunjukkan hasil yang signifikan 2,116 dengan nilai sig. yaitu 0,000 0,05. Sehingga persamaan regresi tersebut
dapat digunakan untuk meramalkan besarnya variabel kriterium Y berdasarkan variabel prediktor X atau meramalkan bagaimana kemampuan generalisasi
matematis siswa Y ditinjau berdasarkan habits of mind siswa X. Persamaan regresi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
• a = -86,165 merupakan nilai konstanta, yaitu estimasi dari kemampuan
generalisasi matematis siswa, jika variabel bebas yaitu habits of mind siswa mempunyai nilai sama dengan nol. Berdasarkan hal tersebut
diketahui bahwa, jika siswa tidak memiliki habits of mind sama sekali maka kemampuan generalisasinya akan sangat kurang.
• b = 2,116 merupakan besarnya kontribusi variabel habits of mind X yang mempengaruhi kemampuan generalisasi matematis siswa Y. Koefisien
regresi b sebesar 2,116 dengan tanda positif. Artinya jika variabel habits of mind X berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka
kemampuan generalisasi matematis siswa akan mengalami kenaikan sebesar 2,116 dan sebaliknya jika nilai habits of mind turun satu satuan
maka nilai dari kemampuan generalisasi matematis siswa juga mengalami penurunan sebesar 2,116 poin. Dari persamaan diketahui bahwa koefisien
b bernilai positif, hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan Y searah dengan perubahan X. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan
generalisasi matematis siswa berbanding lurus dengan habits of mind siswa.
• Nilai rata-rata habits of mind siswa adalah 68,41. Jika nilai rata-rata habits of mind siswa dimasukkan dalam persamaan regresi, yaitu :
Y= -86,156 + 2,116 X Y= -86,156 + 2,116 68,96
Y= -86,156 + 145,91 Y= 59,76
Artinya jika siswa memiliki nilai rata-rata habits of mind siswa sebesar 68,96 poin akan meningkatkan nilai kemampuan generalisasi matematis
sebesar 145,91 poin atau akan mempunyai nilai nilai kemampuan generalisasi matematis sebesar 59,76.
• Selanjutnya untuk mengetahui nilai habits of mind yang dibutuhkan siswa agar memiliki kemampuan generalisasi minimal atau Y= 0, yaitu siswa
berada pada tahap antara bisa dan tidak bisa terhadap kemampuan generalisasi. Hal tersebut dapat diketahui melalui persamaan berikut :
Y = -86,156 + 2,116 X 0 = -86,156 + 2,116 X
86,156 = 2,116 X X
= 86,156 2,116 X
= 40,71 Berdasarkan persamaan tersebut maka diketahui bahwa nilai habits of
mind yang dibutuhkan siswa agar memiliki kemampuan generalisasi minimal yaitu siswa berada pada tahap antara bisa dan tidak bisa terhadap
kemampuan generalisasi adalah 40,71 Berdasarkan hasil analisis tersebut juga diketahui bahwa terdapat
keterkaitan antara habits of mind terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan semakin baik habits of
mind maka secara langsung mempengaruhi tingkat kemampuan generalisasi matematis siswa.
Selanjutnya hasil analisis sebelumnya telah, dikemukakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Terdapat pengaruh antara habits of mind siswa
terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa” dapat diterima secara signifikan. Maka untuk mengetahui besarnya pengaruh habits of mind siswa
terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 42,5. Hal tersebut
menunjukkan derajat hubungan yang rendah. Sedangkan sisanya yaitu 100 - 42,5 = 57,5 dipengaruhi variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
Rendah pengaruh habits of mind siswa terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa mungkin juga disebabkan oleh terbatasnya kategori habits of
mind yang digunakan dalam penelitian ini, yang dibatasi hanya pada empat kategori habits of mind yaitu : persisting, thinking about thinking, thinking
flexibly, dan using past knowledge to new situation.
C. Keterbatasan Penelitian
Setelah berbagai upaya dalam penelitian ini dilakukan, masih terdapat beberapa hal yang belum dicapai dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Tidak dapat menjelaskan kecenderungan habits of mind karena terdapat
perbedaan hasil persentase berdasarkan hasil observasi dan hasil angket. perbedaan persentase tersebut terjadi karena perbedaan jumlah indikator yang
digunakan dalam observasi dan angket. 2.
Tidak dapat menjelaskan secara keseluruhan habits of mind yang mungkin dimiliki siswa. Hal tersebut karena pada penelitian ini habits of mind dibatasi
pada empat kategori saja yaitu persisting, thinking about thinking, thinking flexibly dan using past knowledge to new situation. Sehingga kecenderungan
habits of mind yang diketahui hanya berdasarkan pada empat ketegori tersebut saja bukan kecenderungan berdasarkan enam belas kategori menurut
Arthur L. Costa. 3.
Pengaruh habits of mind terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa dijelaskan berdasarkan analisis regresi pada hasil tes kemampuan
generalisasi matematis siswa dan hasil angket habits of mind bukan berdasarkan hasil gabungan antara angket dan observasi mengenai habits of
mind.
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Siswa memiliki keempat kategori habits of mind yang diteliti yaitu bertahan
persisting; berpikir tentang berpikir thinking about thinking; berpikir luwes thinking flexibly; menggunakan pengalaman lampau untuk membentuk
pengetahuan baru applying past knowledge to new situation. 2.
Habits of mind berpengaruh terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa dengan pengaruh sebesar 42,5 sedangkan 57,5 dipengaruhi faktor
lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
B. Saran
Terdapat beberapa saran dari peneliti berdasarkan temuan pada penelitian ini,
diantaranya:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa diketahui bahwa pengaruh habits of mind
terhadap kemampuan generalisasi matematis siswa masih rendah. Hal tersebut mungkin karena pembatasan hanya empat katergori habits of mind yang
digunakan pada penelitian ini. Oleh karena itu sebaiknya diteliti juga pengaruh habits of mind pada kategori lainnya terhadap kemampuan generalisasi
matematis siswa. 2.
Rendahnya pengaruh habits of mind juga memberikan hasil rendahnya kemampuan generalisasi matematis siswa, oleh karena itu sebaiknya
pembelajaran disekolah memberikan perhatian lebih terhadap habits of mind siswa agar habits of mind dapat meningkat atau semakin baik sehingga, hasil
kemampuan generalisasi matematis siswa juga akan semakin baik.
92
DAFTAR PUSTAKA
Arikutoro, Suharsimi. Majemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. 2000 Arikuno, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
2012. Costa, Arthur.L. dan Benna Kallick, Belajar dan Memimpin dengan ‘Kebiasaan
Pikiran’ 16 Karaktertistik Penting untuk Sukses. Jakarta : Indeks. 2012. Costa, Arthur.L dan Benna Kallick, Leading and Learning with Habits of Mind 16
Essential Characteristic for Success, United States of America : Association for Supervision and Curriculum Development ASCD. 2008.
Dwi Putra, Harry. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan WINGEOM untuk Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis
Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol.1, 2013.
Hamdi, Saepul Asep E.Baharudin. Metodologi Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta : Deepulish. 2012.
Hashemi, Nourooz dkk. “Generalization in the Learning of Mathematics”, 2
nd
International Seminar on Quality and Affordable Education, Malaysia. http:educ.utm.mywp-contentuploads201311291.pdf . 2013
. Kadir. Statistika Terapan Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program
SPSS Lisrel dalam Penelitian. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Cet.I, 2015. Marita, Rose Ash Sidiqi. “Profil Habits Of Mind Siswa SMA kelas XI pada
Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Praktikum dan Diskusi” http:prosiding.upgrismg.ac.idindex.phpmasif2014masif2014papervie
wFile519472 . 2014.
Miliyawati, Bety .“Urgensi Strategi Disposition Habits of Mind Matematis”.
http:download.portalgaruda.orgarticle.php?article=298505 val=5628title=URGENSI20STRATEGI20DISPOSITION20HABI
TS20OF20MIND20MATEMATIS . September 2014.
Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman. Analisis Korelasi,Regresi,dan Jalur dalam Penelitian. Pustaka Setia: Bandung. 2007.
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.
Nadia, Nihal. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Generalisasi Matematis Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. 2012.
Putri Agustina, Rima, “PISA 2012: Siswa Indonesia Miskin Kemampuan Bernalar”.
http:blogs.itb.ac.idappledore2014021832 , 2015.
Qutratullah Muhammad Farhan. Analisis Regresi Terapan: Teori, Contoh, Kasus, dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI. 2013.
Rahmat, Adi.
“Learning Dimension Based Teaching”. http:file.upi.eduDirektoriSPSPRODI.PENDIDIKAN_IPA1965123019
92021ADI_RAHMATMakalah_Poster_Slide_PresentationsPendidikanL earning_dimenssions_based_teaching_makalah.pdf
. Juli 2015 Rustaman, Nuryani.Y.” Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Untuk Pengembangan Karakter”. http:jurnal.fkip.uns.ac.idindex.phpprosbioarticleview748416
. 2011. Setiadi, Hari dkk. Kemampuan Matematika Siswa Menurut Benchmark
Internasional TIMSS 2011. Jakarta : Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta. Cet. XX. 2012.
Sugiyono. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung : Alfabeta. cet. I. 2013.
Suharso, Puguh. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi dan Praktis. Jakarta : Indeks. Cet.3. 2012.
Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI dan JICA, 2003.
Susanti, Ely. Soal High Order Thinking Skill untuk Melatih Kebiasaan Berpikir Matematis.
http:eprints.unsri.ac.id56911SEMNAS_UNSRI_16_MEI.pdf . 2015.