Pengertian Burnout Burnout pada Karyawan

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Burnout pada Karyawan

1. Pengertian Burnout

Burnout merupakan fenomena baru di dalam bidang psikologi. Pemahaman tentang konsep ini sebenarnya telah ada kurang lebih 35 tahun lalu, tetapi baru pada tahun 1974 permasalahan burnout menjadi bahan kajian para ahli psikologi. Burnout adalah istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Freudenberger di tahun 1974, yang merupakan representasi dari sindrom psychological stress yang menunjukkan respon negatif sebagai hasil dari tekanan pekerjaan Cordes Dougherty, 1993. Maslach 1993, menjelaskan mengenai definisi burnout secara operasional. “Burnout is a syndrome of emotional exhaustion, depersonalization, and reduced personal accomplishment that occur among individuals who do people work of some kind ”, yang artinya berdasarkan batasan ini maka dapat ditentukan kapan seseorang telah mengalami burnout, caranya adalah dengan meneliti gejala-gejala kekeringan emosional, adanya depersonalisasi dan penurunan rasa keberhasilan dalam melakukan tugas sehari- hari. Burnout dikenal secara luas dalam dunia kerja dan secara khusus nampak pada helping professions Cox, 1993. Burnout merupakan suatu keadaan penderitaan psikologis yang mungkin dialami oleh seorang pekerja yang berpengalaman setelah bekerja untuk suatu periode waktu tertentu. Merriam- commit to user Webster Cicilia, 2002, mendefinisikan burnout sebagai kehilangan kekuatan fisik atau emosional dan motivasi yang biasanya sebagai akibat dari stres berkepanjangan atau frustrasi, peran konflik atau ambiguitas, upah yang rendah dan kurangnya sistem penghargaan yang sehari-hari tegangan yang cenderung asah karyawan di dunia, mengakibatkan depresi dan keluar dari kerangka pikirannya. Istilah burnout juga diartikan sebagai suatu keadaan keletihan exhaustion fisik, emosional, dan mental yang menganggu dirinya. Ciri yang muncul adalah psysikal depletion habisnya energi fisik dengan perasaan tidak berdaya dan putus harapan, keringnya perasaan, konsep dirinya yang negatif dan sikap negatif terhadap kerja dan orang lain Prawasti, 1991. Caputo 1991 mengungkapkan, burnout merupakan situasi yang tak henti-hentinya dialami oleh karyawan dalam memenuhi keinginannya mencapai tujuan dengan sumber daya yang mencukupi dan menghasilkan transformasi dalam berkomitmen, kebosanan, dan kelelahan fisik. Burnout yang dialami secara terus-menerus dan tidak dapat diatasi akan mengakibatkan dampak bagi diri sendiri dan organisasi. Hal ini dapat dilihat dari segi fisiologis, tingkah laku, dan psikologis setiap individu yang mengalami. Dalam Prawasti 1991, Miller dan Elllis 1990 mengungkapkan karyawan yang mengalami burnout memiliki tingkat kepuasan dan komitmen yang rendah. Kalliath dan Morris 2002 juga mengatakan bahwa burnout yang terus-menerus akan menyebabkan penurunan kepuasan kerja dan berdampak pada kesehatan fisik karyawan itu sendiri Prawasti, 1991. Lee dan Ashforth 1996, commit to user mengungkapkan bahwa kelelahan emosi dan depersonalization mempunyai hubungan yang kuat dengan tekanan dan burnout pada karyawan Andarika, 2004. Hal ini dapat dilihat dari penelitiannya yang menunjukkan bahwa kelelahan emosi dan depersonalization juga berpengaruh terhadap komitmen terhadap organisasi sebanyak 61. Cordes dan Dougherty 1993 mendeskripsikan burnout sebagai gabungan dari tiga tendensi psikis, yaitu kelelahan emosional emotional exhaustion, penurunan prestasi kerja reduced personal accomplishment dan sikap tidak peduli terhadap karir dan diri sendiri depersonalization. Bernardin Rosyid, 1996 menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang mencerminkan reaksi emosional pada individu yang bekerja pada bidang kemanusiaan human service, atau bekerja erat dengan masyarakat. Menurut Kreitner dan Kinicki 1992, burnout adalah akibat dari stres yang berkepanjangan dan terjadi ketika seseorang mulai mempertanyakan nilai-nilai pribadinya. Burnout juga merupakan istilah populer untuk kondisi penurunan energi mental atau fisik setelah periode stres kronik yang tidak sembuh-sembuh berkaitan dengan pekerjaan, terkadang dicirikan dengan pekerjaan atau dengan penyakit fisik Potter Perry, 2005. Pengertian-pengertian tentang burnout yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa burnout adalah keadaan yang mencerminkan reaksi emosional yang tengah dirasakannya, dimana dapat ditandai dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional, serta rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Definisi mengenai burnout ini, sebagai suatu proses yang digunakan untuk menunjukkan kondisi mal-adjustment dalam commit to user menghadapi stres kerja yang dialami oleh individu pekerja dalam bidang human service setting dan non human service setting. Jadi disini ditekankan pada terjadinya suatu perubahan motivasi, hilangnya semangat yang dialami karyawan berkaitan dengan kekecewaan yang berlebih yang dialami dalam situasi kerja.

2. Aspek-Aspek Burnout