Hubungan Antara Persepsi Budaya Organisasi dan Burnout Pada Karyawan

commit to user penting untuk mendukung kemajuan organisasi, sehingga karyawan dapat terhindar dari kemungkinan munculnya burnout. Persepsi budaya organisasi merupakan salah satu cara menyamakan visi dan misi yang terkandung di dalam organisasi. Selain itu, dibutuhkannya dukungan dan partisipasi karyawan dalam organisasi yang dikenal dengan motivasi intrinsik. Karyawan yang memiliki motivasi intrinsik tinggi akan merasa bahwa pekerjaan mereka bernilai, maka mereka akan merasa bernilai pula. Persepsi budaya organisasi yang positif dan motivasi intrinsik yang tinggi akan mengurangi tingkat burnout pada karyawan.

E. Hubungan Antara Persepsi Budaya Organisasi dan Burnout Pada Karyawan

Robbins 1991 mendefinisikan budaya organisasi organizational culture sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut, Robbins 1991 menyatakan bahwa, sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Menurut Martin, 1992 dalam Lako, 2004, budaya organisasi merupakan sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dan karyawan; kemauan untuk menerima resiko; kebebasan atau minat karyawan untuk memberi ide-ide baru; keterbukaan untuk melakukan komunikasi secara bebas dan bertanggung jawab. Stoner 1995, dalam Robbins 2003, berpendapat bahwa budaya organisasi sebagai suatu cognitive framework yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma perilaku dan harapan-harapan yang disumbangkan oleh anggota organisasi. Budaya commit to user organisasi juga mencakup nilai dan standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan menentukan arah organisasi secara keseluruhan. Menurut Atmosoeprapto 2001, budaya organisasi ialah suatu hal yang sangat penting karena kemampuannya untuk mengarahkan perilaku para anggota organisasi ke tujuan yang dikehendaki. Budaya organisasi merupakan objek yang dapat dipersepsi oleh setiap karyawan. Pareek 1996, mendefinisikan persepsi proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera atau data. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, pengartian, terhadap stimulus dalam diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu Walgito, 2004. Persepsi budaya organisasi yang berbeda-beda akan mengakibatkan ketidaksamaan visi dan misi dalam mengembangkan organisasi. Perbedaan ini dapat mengakibatkan tekanan dan ketegangan pada karyawan, atasan, ataupun dengan rekan kerjanya, yang dapat disebut burnout. Maslach 1993 menjelaskan mengenai definisi burnout secara operasional, yang berdasarkan batasan-batasan ini dapat ditentukan kapan seseorang telah mengalami burnout, dengan cara meneliti gejala-gejala kekeringan emosional, adanya depersonalisasi dan penurunan rasa keberhasilan dalam melakukan tugas sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui pentingnya budaya organisasi dimana masing-masing karyawan dapat berfungsi dan berperan sesuai tugasnya serta berpegang teguh pada peraturan-peraturan organisasi. Hal tersebut penting commit to user untuk mendukung perkembangan organisasi, sehingga karyawan tidak keluar dari visi dan misi organisasi sehingga terhindar dari burnout.

F. Hubungan Antara Motivasi Intrinsik dan Burnout Pada Karyawan