commit to user
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
Leavitt Rosyadi, 2001 membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi
sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan
pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat disimpulkan bahwa proses kita menjadi sadar akan banyaknya perasaan, kemampuan berpikir,
pengalaman-pengalaman individu tidaklah sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan
individu lain.
b. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi. Manajemen sumber daya manusia memandang
budaya organisasi dari aspek perilaku, sedangkan teori organisasi dilihat dari aspek sekelompok individu yang berkerjasama untuk mencapai tujuan, atau
commit to user
organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan. Budaya organisasi sebagai sistem penyebaran
kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi
instrumen keunggulan kompetitif yang utama, bila budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi
tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Denison 2003, mengatakan budaya organisasi sebagai sebuah nilai-nilai,
keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktek-praktek manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan
prinsip-prinsip tersebut. Pada dasarnya budaya organisasi bukan merupakan kenyataan yang timbul dengan sendirinya, melainkan kenyataan yang bisa
ditanamkan dan dikembangankan. Budaya organisasi ini berjalan turun temurun dalam kehidupan organisasi, tetapi nilai-nilai tersebut dapat berubah ketika timbul
kemauan politis dari manajer menghendaki perubahan nilai menuju organisasi yang lebih sehat dan selektif Retno, 2004.
Perkembangan budaya organisasi, pertama kali dikenalkan di Amerika dan Eropa pada era 1970-an. Salah satu tokohnya : Edward H. Shein seorang Profesor
Manajemen dari Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology
dan juga seorang Ketua Kelompok Studi Organisasi 1972-1981. Salah satu karya ilmiahnya : Organizational Culture and Leadership. Di Indonesia,
budaya organisasi mulai dikenal pada tahun 80 - 90-an, saat banyak yang
commit to user
membicarakan tentang konflik budaya, bagaimana mempertahankan Budaya Indonesia serta pembudayaan nilai-nilai baru.
Djokosantoso 2005 menyatakan bahwa budaya korporat atau budaya manajemen atau juga dikenal dengan istilah budaya kerja merupakan nilai-nilai
dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Susanto 1997 memberikan definisi budaya organisasi sebagai nilai-
nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan
sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau berperilaku.
Robbins 1991 mendefinisikan budaya organisasi organizational culture sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut, Robbins 1991 menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk
oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai
organisasi a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other
organization. This system of shared meaning is, on closer examination, a set of key
characteristics that the organization values. Amnuai Soedjono, 2005, budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan
keyakinan yang dianut oleh anggota-angota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah-
masalah integrasi internal.
commit to user
Schein 1992, mengatakan bahwa budaya organisasi itu, mengacu ke suatu sistem makna bersama, dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi itu terhadap organisasi lain Melinda, 2004. Luthans 1998, dalam Melinda, 2004 mengatakan budaya organisasi merupakan norma-norma dan
nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.
Sarplin 1995, dalam Sutanto, 1997, mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling
berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Menurut Stoner 1995, dalam Robbins 2003, budaya organisasi sebagai suatu cognitive framework yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma prilaku dan
harapan-harapan yang disumbangkan oleh anggota organisasi. Monde dan Noe Retno 1995, budaya organisasi adalah sistem dari shared value, keyakinan dan
kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku. Konsep budaya
organisasi ini disandarkan pada kemampuan karyawan, sehingga penguatan yang diberikan pada karyawan selaku individu sebagai sumber daya manusia semakin
disadari merupakan aset organisasi yang paling berharga dan memiliki kemampuan beradapatasi yang paling fleksibel.
Melinda 2004, mendefinisikan budaya organisasi adalah bagian dari manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi, budaya organisasi dalam
manajemen sumber daya manusia, ditemukan saat mengkaji aspek perilaku,
commit to user
sedangkan budaya organisasi dalam teori organisasi, ditemukan saat mengkaji aspek sekelompok individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, atau
organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan. Budaya organisasi juga mencakup nilai dan
standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan menentukan arah organisasi secara keseluruhan. Menurut Atmosoeprapto 2001, budaya
organisasi ialah suatu hal yang sangat penting karena kemampuannya untuk mengarahkan perilaku para anggota organisasi ke tujuan yang dikehendaki.
Martin, 1992 Lako, 2004, berpendapat bahwa budaya organisasi merupakan sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dan karyawan; kemauan
untuk menerima resiko; kebebasan atau minat karyawan untuk memberi ide-ide baru; keterbukaan untuk melakukan komunikasi secara bebas dan bertanggung
jawab. Pengaruh budaya organisasi ini melebihi pengaruh lain dalam organisasi seperti struktur, sistem, manajemen, dan lain sebagainya. Ini merupakan suatu
keadaan yang sangat diharapkan oleh para pimpinan sehingga tidak bersusah payah mengarahkan perilaku para anggota organisasinya. Menurut Harris dan
Moran 1991, dalam Sutanto 1997 baru sejak dekade yang lalu akhir 70-an atau awal 80-an para eksekutif dan cendekiawan benar-benar memperhatikan faktor
budaya organisasi yang ternyata berpengaruh terhadap perilaku, moral atau semangat kerja dan produktivitas kerja.
Osborne dan Plastrik 2000 mengungkapkan, budaya organisasi sebagai seperangkat perilaku, perasaan, dan kerangka psikologis yang terinternalisasi
sangat mendalam dan dimiliki bersama oleh anggota organisasi. Budaya
commit to user
organisasi memberikan karyawan rasa kenyamanan, keamanan, kebersamaan, rasa tanggung jawab, ikut memiliki, tahu bagaimana bersikap, apa yang harus mereka
kerjakan, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan komitmen dari seluruh karyawan, mulai dari top, middle sampai lower atau operasioal yang merupakan persyaratan
mutlak untuk tetap terpeliharanya budaya organisasi. Komitmen saja tidak sekedar keterkaitan secara fisik, tapi juga secara mental.
Berdasarkan uraian diatas, budaya organisasi adalah perekat bagi setiap organisasi. Tanpa budaya organisasi, keberadaan organisasi akan mengalami
proses pemekaran dan pertumbuhan tanpa adanya keseimbangan integrasi dan reintegrasi.
Dengan budaya
organisasi ini,
karyawan menjadi
lebih menyenangkan, sehingga perlu ada upaya serius dari seluruh sumber daya
manusia yang ada di perusahaan stake holder untuk memelihara keberadaannya.
c. Pengertian Persepsi Budaya Organisasi