Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji Hipotesis

commit to user Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total r ix yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda aitem. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti makin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasi yang dimaksud ternyata berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan Azwar, 2008. Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total biasanya digunakan batasan r 0,30 Azwar, 2005. Dengan demikian, semua pernyataan yang memiliki korelasi dengan skor skala kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan pernyataan-pernyataan yang diikutkan dalam skala sikap diambil dari aitem-aitem yang memiliki korelasi 0,30 keatas dengan pengertian semakin tinggi koefisien korelasi itu mendekati angka 1,00 maka semakin baik pula konsistensinya. Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and Service Solution SPSS versi 12.0.

2. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Menurut Azwar 2008 reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. commit to user Reliabilitas dinyatakan dengan koefisiensi reliabilitas r xx’ yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach yaitu dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem dengan jumlah yang sama banyak Azwar, 2008. Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and Service Solution SPSS versi 12.0. Penelitian ini, skala burnout karyawan dan skala motivasi intrinsik menggunakan atribut komposit dalam perhitungan validitas dan reliabilitas skala penelitian. Hal ini dikarenakan skala yang digunakan dirancang untuk mengukur satu atribut namun atribut tersebut dikonsepkan dalam beberapa aspek atau dimensi yang mengungkapkan subdomain yang berbeda satu sama lain Azwar, 2008. Dengan demikian, dalam pemilihan aitem harus dilakukan analisis aitem bagi setiap aspek menghitung korelasi aitem dengan skor aspek, bukan skor skala, dengan membandingkan indeks diskriminasinya dalam masing-masing aspek, bukan secara keseluruhan.

3. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu persepsi budaya organisasi dan motivasi intrinsik, sehingga menggunakan metode analisis regresi dua prediktor untuk melakukan pengujian dan pembuktikan secara statistik commit to user hubungan antara persepsi budaya organisasi dan motivasi intrinsik dengan burnout karyawan. Sebuah model regresi akan digunakan untuk melakukan peramalan, sebuah model yang baik adalah model dengan kesalahan peramalan yang seminimal mungkin, karena itu sebuah model sebelum digunakan seharusnya memenuhi beberapa asumsi yang biasa disebut uji asumsi klasik Santoso, 2009. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam analisis regresi dua prediktor adalah uji asumsi klasik, yaitu: a. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. b. Uji linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas berkorelasi linear dengan data dari variabel tergantung. c. Uji otokorelasi Uji otokorelasi digunakan untuk mendeteksi bahwa variable dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. d. Uji heteroskesdastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. commit to user e. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu mode. Santoso, 2009. Adapun rumus analisis regresi dua prediktor adalah: ∑ ∑ ∑ + = 2 2 1 1,2 2 1 RY y x x y a y a Keterangan: RY 1,2 : Koefisien korelasi antara burnout karyawan dan motivasi intrinsik dengan persepsi budaya organisasi 1 a : Koefisien prediktor persepsi budaya organisasi 2 a : Koefisien prediktor motivasi intrinsik y x ∑ 1 : Jumlah produk antara burnout karyawan dan persepsi budaya organisasi y x ∑ 2 : Jumlah produk antara burnout karyawan dan motivasi intrinsik ∑ 2 y : Jumlah kuadrat burnout karyawan Hadi, 2004. Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and Service Solution SPSS versi 12.0. commit to user 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara persepsi budaya organisasi dan motivasi intrinsik dengan burnout pada karyawan dilakukan di PT. Krakatau Steel yang beralamatkan di Jl. Industri, Cilegon, Banten. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survey awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek. PT. Krakatau Steel didirikan, pada 45 tahun tepat pada era pergerakan Budi Utomo, atas ijin dan prakarsa presiden pertama Republik Indonesia, Ir.Soekarno, dilakukan peletakan batu pertama pendirian Pabrik Baja Trikora yaitu pada tanggal 26 Mei tahun 1962, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya PT. Krakatau Steel. Pabrik baja trikora ini merupakan industri yang dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi mandiri sebagai project strategis yang merupakan pabrik baja terpadu dan terbesar se-Asean yang dibangun di Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah No. 3531 Agustus 1970, Pabrik Baja Trikora menjadi Pabrik Baja Modern “PT. Krakatau Steel persero”. Sejak saat itulah silih bergantinya berbagai pabrik dibangun dalam area Kompleks PT. Krakatau Steel. Pada Tahun 1977, Presiden Republik Indonesia ke 2, Bapak Soeharto, mulai meresmikan Pabrik Besi Beton dan Pelabuhan Cigading pada