Penanganan Burnout Burnout pada Karyawan

commit to user semakin sedikit keluhan tentang kesehatan yang dilaporkan. Penelitian yang dilakukan oleh Britton 1989 melaporkan bahwa dukungan sosial dari para atasan berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan kesehatan mental para karyawan. Berdasarkan uraian di atas, aspek-aspek burnout terbagi menjadi emotional exhaustion misalnya tidak dapat menuntaskan pekerjaannya, depersonalization seperti tidak dapat memperhatikan kepentingan orang lain, dan reduced personal accomplishment yakni timbulnya perasaan tidak puas dengan hasil karyanya sendiri.

3. Penanganan Burnout

Kondisi stres berat, berulang, dan sulit diatasi ini dapat menghantarkan individu untuk mengalami kondisi yang lebih buruk seperti apatisme, sinisme, frustasi, penarikan diri menjadi berkembang. Akan tetapi, telah terdapat berbagai cara efektif untuk mengatasi kejenuhan pada para pegawai pada suatu lingkungan kerja. Salah satunya adalah munculnya kesadaran pada diri para pimpinan bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang pegawai banyak menghadapai berbagai masalah yang bisa berdampak pada timbulnya sindrom burnout pada mereka. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal-hal tersebut hendaknya para pimpinan di lapangan melakukan hal-hal sebagai berikut Mulyana, 2009: a. Menciptakan birokrasi yang tidak menimbulkan anggapan di mata karyawan bahwa para pemimpin yang bekerja di kantor, tidak peduli dengan kesulitan mereka, atau bekerja untuk menghambat niat baik mereka. Tidak juga membuat karyawan merasa seolah-olah dipimpin dan commit to user dibina oleh mereka yang memiliki citra tidak kompeten, tidak efisien, kurang komitmen, kurang berminat terhadap hobi dan kegiatan kantor pada umumnya. b. Melakukan pembinaan karyawan secara profesional, artinya lakukan serangkaian usaha bantuan kepada karyawan, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional guna meningkatkan proses dan hasil pembinaan yang menggairahkan. c. Melakukan hubungan profesional yang tidak kaku, yang akrab, yang tidak bersikap otoriter pimpinan, sehingga pegawai tidak takut bersikap terbuka kepada pimpinan. Dengan demikian, akan terjadi interaksi antara pegawai dengan pimpinan yang harmonis, sehingga pada gilirannya tersedia kesempatan untuk mengembangkan ke arah yang dapat menurunkan kemungkinan terjadinya burnout. d. Melakukan dukungan sosial yang cukup bermakna kepada pegawai. Sebab dukungan sosial yang tidak kuat dari pimpinan dapat menjadi sumber stres emosional yang berpotensi terhadap timbulnya burnout. Jenis dukungan yang diharapkan karyawan ialah: 1 Saran dari pimpinan dalam mengatasi masalah pekerjaan yang dihadapi karyawan. 2 Kesediaan pimpinan untuk berempati terhadap perasaan-perasaan pegawai saat mengahadapi klien masyarakat. 3 Peran pimpinan dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan promosi. commit to user 4 Memberikan contoh tingkah laku yang dapat dijadikan panutan ditempat kerja karyawan. 5 Memberikan umpan balik yang nyata terhadap kinerja karyawan seperti pemberian upah kerja dan bonus yang sesuai dengan kinerja pekerjaannya ataupun pujian atas hasil kerjanya. e. Melakukan kebijakan pembinaan yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Selain itu, yang lebih penting dalam mencegah terjadinya burnout adalah usaha yang dilakukan karyawan itu sendiri. Para karyawan sebaiknya waspada akan munculnya burnout. Sebab, selain merugikan diri sendiri, juga berdampak pada pekerjaan dan citra pegawai yang sampai hari ini perlu diperjuangkan. Berdasarkan penjelasan di atas burnout dapat ditangani dengan cara menciptakan birokrasi yang tidak menimbulkan anggapan di mata karyawan, melakukan pembinaan karyawan secara profesional, melakukan hubungan profesional yang tidak kaku, melakukan dukungan sosial yang cukup bermakna kepada karyawan, dan melakukan kebijakan pembinaan yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Burnout