PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA SMK AL MUSYAFA’ KELAS X PADA MATA PELAJARAN MEMBUAT POLA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI DENGAN CERAMAH DAN MPI

(1)

i

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

AL-MUSYAFA’ KELAS X PADA MATA PELAJARAN

MEMBUAT POLA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN

METODE CERAMAH DAN DEMONSTRASI

DENGAN CERAMAH DAN MPI

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendididikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Busana

oleh Aqsa Risa Faizah

5401407015

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 11 Juni 2013 Peneliti

Aqsa Risa Faizah 5401407015


(3)

iii


(4)

iv

“ Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang

yang beriman dan berilmu” (QS Mujadilah [58]: 11).

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan”

(QS.Al-Insyirah [94]: 6 )

Persembahan:

1. Bapak dan Ibu tercinta

2. Saudara-saudara yang kusayangi. 3. Almamater


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb,

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang selalu melindungi dan melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Perbedaan Hasil Belajar Siswa SMK Al-Musyafa‟ Kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola yang Diajar Menggunakan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Ceramah dan MPI”.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan kelengkapan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) untuk mencapai gelar sarjana pendidikan program studi PKK SI Konsentrasi Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Penyusunan skripsi ini banyak menghadapi kendala-kendala karena berbagai keterbatasan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

3. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

4. Kaprodi PKK, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

5. Dra. Sicilia Sawitri, M.Pd. dosen pembimbing I yang penuh kesabaran, ketulusan telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran yang sangat berharga untuk memberikan perhatian, petunjuk dan dorongan yang berguna bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini.

6. Dra. Urip Wahyuningsih, M.Pd. dosen pembimbing II yang penuh kesabaran, ketulusan telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran yang sangat berharga untuk memberikan perhatian, petunjuk dan dorongan yang berguna bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini.


(6)

vi

memberikan ijin penelitian dan membantu dalam proses penelitian.

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu baik material maupun spiritual kepada peneliti. maka kritik dan saran dari pembaca sangat berguna untuk perbaikan penelitian dimasa datang. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Semarang, 11 Juni 2013


(7)

vii

ABSTRAK

Aqsa Risa Faizah. 2013. Perbedaan hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa’ kelas X pada mata pelajaran Membuat Pola yang diajar menggunakan metode ceramah

dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI. Skripsi, Program Studi PKK

Konsentrasi Tata Busana, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Sicilia Sawitri, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping Dra.Urip Wahyuningsih, M.Pd.

Kata kunci : Hasil belajar, metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI, Membuat Pola (Pattern Making).

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Minat belajar siswa akan tumbuh dan terpelihara apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara bervariasi dengan penggunaan strategi belajar yang tepat salah satunya menggunakan metode dan media pembelajaran. Metode ceramah & demonstrasi merupakan kombinasi pembelajaran Membuat Pola sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penggunaan metode yang tepat akan meningkatkan hasil belajar dan membuat proses belajar menjadi menarik dan menyenangkan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah & demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain Control Group Pretest–Posttest Design dan untuk menguji hipotesis menggunakan t-test. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X Program Keahlian Tata Busana di SMK Al-Musyafa‟ Kendal yang terdiri dari 3 kelas yang berjumlah 90 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan cara undian, diperoleh kelas X BB1 sebagai kelas eksperimen 1 yang akan diberi pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI, selanjutnya kelas X BB3 sebagai kelas eksperimen 2 yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah & demonstrasi. Data penelitian diperoleh melalui tes kognitif dan tes psikomotorik yang diberikan secara langsung kepada responden.

Hasil Penelitian berdasarkan analisis uji t diperoleh ℎ� �� =8,0544 dan ttabel =1,67. Hasil data penelitian ternyata t hitung lebih besar dari pada t tabel

dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola di SMK Al-Musyafa‟Kendal. Saran yang dapat diambil yaitu, dalam mengajar guru harus berpedoman pada PAIKEM GEMBROT, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diharapkan guru belajar memproduksi MPI sendiri agar dapat membuat media pada semua mata pelajaran, perlu adanya pembiasaan penggunaan MPI disekolah dan sebaiknya, pihak sekolah lebih melengkapi fasilitas di Sekolah yang menunjang khususnya, dengan penggunaan MPI yaitu laboratorium komputer.


(8)

viii

PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Penegasan Istilah ... 10

1.6. Sistematika Penulisan Skripsi ... 14

2. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS .... 16

2.1. Landasan Teori ... 16

2.2. PAIKEM GEMBROT ... 30


(9)

ix

2.4. Metode Pembelajaran ... 60

2.5. Media Pembelajaran ... 68

2.6. Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) ... 88

2.7. Kerangka Berfikir ... 105

2.8. Hipotesis ... 109

3. METODE PENELITIAN ... 110

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 110

3.2. Variabel Penelitian ... 111

3.3. Metode dan Alat Pengumpul Data ... 112

3.4. Jenis dan Disain Penelitian ... 114

3.5. Pelaksanaan Eksperimen ... 111

3.6. Uji Coba Instrumen ... 118

3.7. Metode Analisis Data ... 125

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 128

4.1. Hasil Penelitian ... 123

4.2. Analisis Data ... 130

4.3. Pembahasan ... 134

4.4. Keterbatasan Penelitian ... 140

5. PENUTUP ... 141

5.1. Simpulan ... 141

5.2. Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 143


(10)

x

1.1 Data Nilai Siswa Angkatan 2008/2009, 2009/2010 dan

2010/2011 ... 4

2.1 Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi Dengan Metode Ceramah dan MPI ... 87

2.2 Cara Mengambil Ukuran Badan Anak ... 97

2.3 Ukuran Badan Anak ... 99

2.4 Kelebihan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Metode Ceramah dan MPI ... 106

2.5 Kekurangan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Metode Ceramah dan MPI ... 107

3.1 Desain Penelitian ... 114

3.2 Klasifikasi Reliabilitas Tes Objektif ... 121

3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 123

3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 124

4.1 Hasil Pre-Test Siswa ... 128

4.2 Hasil Post-Test Siswa ... 129

4.3 Uji Normalitas Data ... 131

4.4 Uji Homogenitas Data ... 131


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 23

2.2 Bagan Proses Komunikasi ... 52

2.3 Desain Kerah Busana Anak... 91

2.4 Desain Lengan Busana Anak ... 92

2.5 Desain Rok Busana Anak ... 92

2.6 Tekstur dan Bahan Busana Anak ... 93

2.7 Macam-macam Warna Busana Anak ... 94

2.8 Pemilihan Corak Busana Anak ... 95

2.9 Garis Hias pada Busana Anak ... 96

2.10 Cara Mengambil Ukuran Badan Anak ... 98

2.11 Pola Dasar Badan dan Lengan Anak (Skala 1:6) ... 100

2.12 Desain Busana Anak ... 101

2.13 Pecah Pola Dasar Badan Depan Anak ... 102

2.14 Pecah Pola Dasar Badan Belakang Anak ... 103

2.15 Pecah Pola Lengan Poof Anak ... 104

2.16 Pecah Pola Kerah Volant Anak ... 104

3.1 Bagan Langkah-langkah Eksperimen ... 117


(12)

xii

1. Ledger Nilai Siswa Semester Gasal Tahun Ajaran

(2008/2009, 2009/2010,dan 2010/2011) ... 146

2. Daftar Nilai Siswa Awal dan Remidial Tahun Ajaran (2008/2009, 2009/2010,dan 2010/2011) ... 149

3. Silabus ... 150

4. Rencana Perencanaan Pembelajaran... 153

5. Kisi-kisi Instrumen ... 155

6. Garis Besar Isi Media ... 168

7. Evaluasi Pakar (Media dan Pola) ... 172

8. Daftar Nama Siswa Kelompok Uji Coba ... 180

9. Hasil Analisis Uji Coba Soal... 181

10. Perhitungan Validitas Butir Soal ... 183

11. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 184

12. Perhitungan Reliabilitas Instrument ... 185

13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 186

14. Perhitungan Validitas Soal Praktek ... 187

15. Perhitungan Reliabilitas Hasil Ratings Soal Praktek ... 189

16. Instrument Penelitian ... 191

17. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen 1 dan 2 ... 198

18. Hasil Pre-test Kelompok Ekperimen 1 ... 199

19. Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen 2 ... 201

20. Data Nilai Pre-test (Tes Kognitif + Praktek) Kelompok Ekperimen 1 203 21. Data Nilai Pre-test (Tes Kognitif + Praktek) Kelompok Ekperimen 2 205 22. Data Pre Test Kelompok Eksperimen 1 dan 2 ... 207

23. Uji Normalitas Data Pre test Kelompok Eksperimen 1 ... 208


(13)

xiii

25. Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre test Kelompok

Eksperimen 1 dan 2 ... 210

26. Uji Perbedaan Rata-rata Pre test antara Kelompok Eksperimen 1 dan 2 ... 211

27. Hasil Post-test Kelompok Eksperimen 1 ... 212

28. Hasil Post-test Kelompok Eksperimen 2 ... 215

29. Data Nilai Post-test (Tes Kognitif +Praktek) Kelompok Ekperimen 1 ... 218

30. Data Nilai Post-test (Tes Kognitif +Praktek) Kelompok Ekperimen 2 ... 220

31. Data Post-test Kelompok Eksperimen 1 dan 2... 222

32. Uji Normalitas Data Post test Kelompok Eksperimen 1 ... 223

33. Uji Normalitas Data Post test Kelompok Eksperimen 2 ... 224

34. Uji Kesamaan Dua Varians Data Post test Kelompok Eksperimen 1 dan 2 ... 225

35. Uji Perbedaan Rata-rata Post test Antara Kelompok Eksperimen 1 dan 2 ... 226

36. SK Pembimbing Skripsi ... 227

37. Surat Permohonan Ijin Observasi ... 228

38. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 229


(14)

1

1.1

Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat” (Mendiknas, 2003). Tujuan tersebut merupakan tujuan pendidikan nasional yang seringkali mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi kemajuan IPTEK tetapi mencerminkan tujuan terbentuknya manusia yang pancasila.

Pendidikan merupakan suatu hal yang harus didapatkan oleh setiap manusia sejak dia baru lahir dan berlangsung sepanjang hidup. Salah satu pendidikan yang didapatkan seorang adalah pendidikan formal, dimana pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan atas dan kejuruan serta perguruan tinggi.

Tiap jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), siswa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikanya. Pada pendidikan kejuruan, siswa akan mendapatkan ilmu


(15)

2

pengetahuan yang beragam yaitu mata pelajaran kelompok normatif, adaptif dan produktif.

SMK Al-Musyafa‟ Kendal merupakan salah satu dari sekian banyak Sekolah Menengah Kejuruan di kota Kendal yang berusaha mencetak lulusan yang siap untuk bekerja dan bersaing dalam dunia kerja. SMK Al-Musyafa‟ Kendal merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang banyak diminati masyarakat khususnya di daerah sekitar kota Kendal, hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah siswa yang terdaftar meningkat setiap tahun yaitu; tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 166 siswa, tahun 2011/2012 sebanyak 189 siswa dan tahun 2012/2013 sebanyak 238 siswa. Usaha yang dilakukan dalam menghadapi tantangan di dalam bidang pendidikan, SMK Al-Musyafa‟ Kendal berusaha meningkatkan kualitas lulusannya melalui peningkatan hasil belajar terutama dalam mata pelajaran produktif .

Mata pelajaran produktif adalah sekelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi standar atau kemampuan produktif pada suatu pekerjaan atau keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja (Nur‟aini, 2004: 57). SMK Al-Musyafa‟ Kendal mempunyai 2 (dua jurusan) antara lain: (1) Otomotif dan (2) Busana Butik. Mata pelajaran produktif untuk jurusan Busana Butik diantaranya adalah: menjaga KKLH (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup), melaksanakan pemeliharaan kecil, menggambar busana, membuat pola, membuat busana wanita, membuat busana bayi, memilih bahan baku busana, membuat


(16)

hiasan busana, mengawasi mutu bahan dan mulok (Silabus SMK Al-Musyafa‟ Kendal, 2010).

Mata pelajaran produktif merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) maka sangat perlu dan penting dikuasai oleh siswa. Mata pelajaran produktif yang diajarkan pada siswa kelas X SMK Program Keahlian Busana Butik ada bermacam-macam salah satunya yaitu, mata pelajaran produktif Membuat Pola (Pattern Making).

Membuat pola (Pattern Making) merupakan suatu bentuk yang dibuat berdasarkan ukuran badan si pemakai dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing (Ernawati 2008: 245). Materi dalam Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) berbentuk teori dan praktek (Silabus SMK Al-Musyafa‟ Kendal, 2010). Tujuan diajarkanya Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) agar siswa mampu menerapkan dasar-dasar membuat pola sehingga dapat menciptakan calon-calon desainer muda yang dapat membuat busana dengan desain terbaik.

Materi Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) dengan pokok bahasan membuat pola busana anak berisi tentang pengetahuan alat, bahan untuk membuat pola, membuat pola dasar anak sesuai ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP. Kompetensi tersebut dapat tercapai dengan cara mengajarkan siswa dalam hal memahami atau membaca suatu desain busana, sehingga siswa dapat menjelaskan cara membuat pola dasar anak dan dapat mendemonstrasikan cara membuat pola dasar anak beserta penyelesaianya.


(17)

4

Cara tersebut dapat membantu siswa agar tidak mendapatkan kesulitan dalam memahami materi ini, karena hanya pemahaman dasar pembuatan pola anak saja yang harus dipahami untuk selanjutnya dapat dikembangkan.

Hasil observasi awal dikelas X Program Keahlian Busana Butik SMK Al-Musyafa‟ Kendal 3 tahun yang lalu (2008/2009-2010/2011), diketahui bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa yang kurang optimal. Data yang diperoleh berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai ulangan akhir semester gasal tahun ajaran 2008/2009,2009/2010 dan semester genap tahun ajaran 2010/2011 (SMK Al- Musyafa‟ Kendal 2012. Ledger hasil belajar siswa semester gasal tahun ajaran 2008/2009,2009/2010 dan semester genap tahun ajaran 2010/2011) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Nilai rata-rata akhir semester gasal (2008/2009),(2009/2010) dan gasal (2010/2011)

Tahun Ajaran Nilai Rata-Rata Kelas

2008/2009 6.6

2009/2010 6,7

2010/2011 6,8

(SMK Al- Musyafa‟ Kendal 2012. Ledger hasil belajar siswa semester gasal tahun ajaran 2008/2009,2009/2010 dan semester genap tahun ajaran 2010/2011 )

Tabel 1.1 diatas memperlihatkan bahwa rata-rata nilai mata pelajaran membuat pola adalah 6, sedangkan nilai ideal dalam KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran membuat pola adalah 70, sehingga siswa harus mengikuti remidial untuk mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah distandarkan disekolah SMK Al-Musyafa‟ Kendal.

Hasil pengamatan dikelas X pada mata pelajaran membuat pola di SMK Al-Musyafa‟ Kendal dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang


(18)

menyebabkan kondisi tersebut adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang masih terlihat terpusat pada guru. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa siswa kelas X Program Keahlian Busana Butik diperoleh data bahwa mata pelajaran produktif tata busana khususnya membuat pola sukar dipahami dan bersifat abstrak sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan, sehingga guru perlu mengusahakan pembelajaran yang lebih menarik.

Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi sering dijumpai dalam proses pembelajaran akan tetapi pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI masih jarang digunakan, sehingga siswa sulit membayangkan hal yang sifatnya abstrak dan siswa hanya menghafal materi yang ada tanpa memahami proses penemuan konsepnya.

Fasilitas belajar untuk masing-masing mata pelajaran produktif kurang memadai, seperti: belum ada job sheet (buku petunjuk praktek), buku-buku pendukung prodi Busana Butik kurang lengkap dan ruang lab busana yang terbatas sehingga harus saling bergantian. Jurusan Program Keahlian Busana Butik menyediakan fasilitas berupa hardware LCD dan komputer namun belum pernah dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

Usaha dalam mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam yang bersifat internal (mengembangkan kemampuan, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain), dan faktor dari luar yang bersifat eksternal (kurikulum, metode mengajar guru, sarana-prasarana, latar belakang keluarga, lingkungan


(19)

6

belajar atau tempat tinggal dan teman bergaul) (Purwanto, 2011: 107). Kedua faktor tersebut berpengaruh dalam proses belajar siswa.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar adalah guru, dikarenakan sebagai salah satu faktor eksternal yang dapat menunjang pencapaian hasil belajar yang optimal, dalam hal ini yang dimaksud adalah kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar. Kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Kreatifitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan cara mengembangkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya (Djamarah dan Zain, 2010: 112).

Permasalahan diatas dapat dipecahkan salah satunya dengan penggunaan metode dan media yang tepat. Guru dalam kegiatan proses pembelajaran harus dapat memilih metode dan menggunakan media pendidikan yang tepat. Metode tersebut diharapkan mampu membuat siswanya aktif dalam proses belajar mengajar dan dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa mudah memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan guru.

Metode yang sering digunakan guru dalam mengajar yakni metode ceramah. Metode ceramah tergolong metode konvensional karena persiapanya paling mudah, fleksibel tanpa memerlukan persiapan lainya. Menurut Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah (2010: 97) metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah


(20)

dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

Guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya Metode mengajar ceramah dalam pelaksanaanya tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar salah satunya metode ceramah dan demonstrasi dan metode ceramah dan Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI).

Penggunaan metode pengajaran yang tepat akan meningkatkan hasil belajar, membuat proses belajar mengajar menjadi menarik dan menyenangkan, dapat mengurangi kesalahpahaman, ketidakjelasan. Macam-macam jenis media dapat menguntungkan, karena gaya atau cara belajar siswa memang berbeda-beda.

Cara belajar siswa yang berbeda di karenakan penggunaan metode pengajaran yang berbeda pula, untuk itulah digunakan metode dan media yang dapat memecahkan segala permasalahan yang dialami siswa. Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) merupakan salah satu mata pelajaran produktif di SMK Al-Musyafa‟ Kendal, berisi tentang proses membuat pola busana anak, maka dipilih metode dan media yang sesuai dengan isi materi yang akan disampaikan.

Metode dan media yang dapat membimbing siswa tahap demi tahap dalam proses membuat pola yaitu dengan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI. Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI dalam proses belajar mengajar Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar


(21)

8

siswa dan dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi. Kedua media diatas memiliki manfaat yang sama namun hasil belajar yang akan dicapai tentulah berbeda, dan hasil belajar yang terbaik dari salah satu kedua media tersebutlah yang akan membedakan seberapa besar tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap materi Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Latar belakang diatas mendasari peneliti memilih judul: Perbedaan hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI.

1.2

Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut sebagai berikut: Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI ?

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar hasil belajar siswa SMK Al-Musyafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI.


(22)

1.4

Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi siswa

Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI sebagai media pembelajaran dapat diperoleh cara belajar yang efektif, menarik, menyenangkan dan dapat belajar secara mandiri tanpa harus bergantung dengan pengarahan guru dengan menggunakan media kreatif dan interaktif yaitu MPI pada dalam Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak.

1.4.2 Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pengalaman langsung pada guru-guru yang terlibat dalam rangka memperoleh pengalaman baru untuk media yang lebih inovatif dan kreatif dalam pembelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini bukan hanya sekedar bermanfaat untuk satu mata pelajaran membuat pola tetapi bermanfaat juga bagi mata pelajaran yang lain yang merupakan komponen pendidikan yang terkait dan sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan metode pembelajaran ceramah kombinasi baik menggunakan metode demonstrasi maupun Multimedia Pembelajaran Interaktif sebagai media pembelajaran dalam berbagai bidang studi.


(23)

10

1.5

Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam skripsi ini dimaksud agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul skripsi dan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada para pembaca. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut : 1.5.1 Perbedaan

Perbedaan diartikan sebagai beda, selisih (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2002: 120). Perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak antara metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI.

1.5.2 Hasil belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktifitas belajar (Anni, 2006: 5). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010: 22).

Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak diharapkan siswa dapat membuat pola dasar sesuai dengan ukuran pelanggan, siswa dapat mengubah dan memecah pola sesuai dengan desain, siswa dapat memberi tanda – tanda pada pola sesuai SOP, dapat mengecek pola sesuai ukuran dan garis-garis pola, dapat mengetahui kualitas bahan yang akan digunakan, membuat rancangan bahan dan harga, membuat pola besar.


(24)

Indikator hasil belajar pada eksperimen ini yaitu; siswa dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian busana anak dan macam-macam busana anak, siswa menyiapkan alat dan bahan membuat pola, siswa dapat membuat pola dasar busana anak, siswa dapat membuat pola dasar dan pecah pola sesuai desain dan ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP.

1.5.3 Membuat Pola

Membuat pola (Pattern Making) merupakan suatu bentuk yang dibuat berdasarkan ukuran badan si pemakai dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing (Ernawati, 2008: 245). Membuat pola yang dimaksud adalah membuat pola pokok bahasan membuat pola anak yaitu suatu mata pelajaran yang berisi uraian pengetahuan tentang alat dan bahan untuk membuat pola, pembuatan pola dasar anak, pembuatan pola dasar sesuai ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP.

1.5.4 Siswa kelas X SMK Al-Musyafa’ Kendal

Siswa kelas X yang dimaksud adalah: semua siswa kelas X yang mengikuti mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak Program Keahlian Busana Butik yang merupakan subjek penelitian.

SMK Al-Musyafa‟ Kendal salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada di kota Kendal tempat penulis melakukan penelitian.

1.5.5 Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan kondisi dan suasana


(25)

12

kelas (Nur‟aini, 2004: 35). Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, maka dianjurkan agar guru tidak hanya menggunakan satu metode. Metode pembelajaran ada bermacam-macam antara lain; metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, dramatisasi, latihan, parktikum, karya wisata, proyek dan lain-lain (Nur‟aini, 2004: 36). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah dan metode demonstrasi.

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar (Zain dan Djamarah, 2010: 97). Metode ceramah dalam pelaksanaanya dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya, metode ceramah dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan materi dalam bentuk teori pokok bahasan membuat pola busana anak

Metode demonstrasi adalah suatu metode dimana guru menunjukkan suatu contoh atau percobaan suatu proses atau prosedur pembuatan sesuatu untuk mencapai tujuan pengajaran (Nur‟aini, 2004: 36). Metode demonstrasi dalam penelitian ini digunakan dalam menjelaskan materi praktek pokok bahasan pembuatan pola busana anak.


(26)

1.5.6 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara terpisah berarti perantara atau pengantar, yang mana dapat digunakan dalam rangka hubungan atau komunikasi dalam pengajaran antara guru dan siswa, sehingga dapat pula sebagai alat bantu belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas (Nur‟aini, 2004: 62).

Macam-macam media pembelajaran antara lain; media berbasis visual, media berbasis audio, media berbasis audio-visual, media diam yang diproyeksikan, media gerak yang diproyeksikan, benda nyata dan benda model, media berbasis komputer/ CAI (salah satunya yaitu Multimedia Pembelajaran Interaktif). Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media berbasis komputer menggunakan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif).

MPI yaitu suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Daryanto, 2010: 51). MPI yang dimaksud adalah sebuah media pembelajaran yang menggunakan komputer dan software berupa Adobe Flash CS 4 Profesional, media ini akan dipergunakan dalam mengajar mata pelajaran membuat pola (Pattern Making).


(27)

14

1.6

Sistematika Penulisan Skripsi

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

1.6.1 Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri dari sampul lembar berlogo Universitas Negeri Semarang, halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi Skripsi

Bagian Isi Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis, Bab 3 Metode Penelitian, Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab 5 Penutup dan Bagian Akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran.

1.6.2.1 Bab 1 Pendahuluan

Bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika penulisan.

1.6.2.2 Bab 2 Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis

Bab ini membahas teori-teori pendukung yang berkaitan dengan skripsi antara lain: metode pembelajaran, macam-macam jenis metode dan media, prinsip pemilihan media, multimedia pembelajaran interaktif dengan Program Adobe Flash CS 4, mata pelajaran menggambar busana, hasil belajar, kerangka berpikir dan hipotesis.


(28)

1.6.2.3 Bab 3 Metode Penelitian

Bab 3 membahas tentang cara yang akan ditempuh dalam pelaksanaan penelitian, penentuan populasi, sampel penelitian, teknik sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.

1.6.2.4 Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab 4 membahas data hasil penelitian secara garis besar serta pembahasan sehingga mempunyai arti.

1.6.2.5 Bab 5 Penutup

Bab 5 penutup berisi rangkuman hasil penelitian yang ditarik dari analisa dan pembahasan. Saran menguraikan tentang perbaikan atau masukan dari peneliti untuk perbaikan yang berkaitan dengan penelitian.

1.6.2.6 Bagian Akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran

Daftar pustaka berisi tentang buku dan literature lain yang terkait dengan penelitian. Lampiran berisi kelengkapan-kelengkapan skripsi, data dan perhitungan analisis data.


(29)

16

BAB 2

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

DAN HIPOTESIS

2.1

Landasan Teori 2.1.1 Proses Pembelajaran

Kurikulum SMK 2004 diberlakukan dengan keputusan Mendikbud Nomor 20 Tahun 2003 yang membahas Sistem Pendidikan Nasional, diantaranya berisi tentang; (1) Landasan, program dan pengembangan, (2) Tujuan, isi dan materi pembelajaran, (3) Petunjuk umum pelaksanaan dan (4) Lingkup dukungan mutu (Departemen Pendidikan Kejuruan, 2004: 4).

Landasan tersebut secara tegas mengemumakan bahwa kurikulum di SMK dirancang secara dinamis dan fleksibel, untuk mengantisipasi sekaligus mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi. Kurikulum di SMK selalu terbuka terhadap berbagai upaya penyempurnaan, selain menekankan pada pemberian bekal kemampuan daya suai dan pengembangan diri tamatan, lebih berorientasi kepada kebutuhan pemakai tamatan, terutama dengan diterapkanya pola penyelenggaraan Pendidikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dimaksud adalah kurikulum yang dibuat berdasarkan luang lingkup kerja yaitu penyelarasan antara dunia kerja (industri), dengan dunia pendidikan sehingga saat siswa lulus mereka sudah mempunyai bekal keterampilan yang sesuai dengan ruang lingkup kerja.


(30)

Tujuan SMK secara umum menurut Kurikulum SMK (Departemen Pendidikan Kejuruan, 2004: 7) yaitu;

(1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

(3) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami, dan menghargai keaneka ragaman budaya bangsa Indonesia

(4) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memlihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.

Agar tujuan SMK dapat tercapai salah satu faktor yang menunjang adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada dasarnya mengantar para pelajar memulai belajar, jadi tidak hanya menjadikan para pelajar pandai karena mereka harus menjadikan diri pandai sesuai dengan kemampuan intelektual yang ada pada mereka. Proses pembelajaran adalah proses yang amat pragmatis dan konkret, melihat dan mempergunakan keadaan nyata, terutama keadaan intelektual para pelajar yang merupakan pandangan sempit yang harus direkonstruksi (Syukur, 2005: 20). Proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah khususnya SMK sudah saatnya memperhatikan potensi dan kelemahan peserta didik, dengan demikian pemasungan daya kreatif setiap siswa dapat dieliminir, dari sinilah maka konsep pendidikan yang membebaskan menjadi pilihan bagi guru dan siswa.

Pendidikan yang membebaskan adalah situasi dimana guru dan siswa sama-sama harus belajar, sama-sama-sama-sama memiliki subyek kognitif, juga sama-sama-sama-sama memiliki perbedaan. Guru yang membebaskan tidak melakukan sesuatu kepada siswa, tetapi melakukan sesuatu bersama siswa. Kegiatan bersama itulah proses


(31)

18

belajar yang optimal, karena melibatkan semua komponen dan perangkat. Berdasarkan proses yang berlangsung itu masing-masing akan memiliki persepsi dan pengalaman belajar yang diharapkan inheren dalam dirinya. Proses belajar itu memang lebih penting daripada akhir atau tujuan, karena dalam proses lebih mementingkan fungsi, bukan output yang dipaksakan, juga bukan mengejar nilai seperti yang terjadi di sekolah (Syukur, 2005: 20).

Misi utama guru adalah enlighment, yaitu mempersiapkan anak didik sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri. Pencerahan itu dilakukan melalui proses-proses liberating, educating dan civilizing (Syukur, 2005: 20). Kegiatan dalam proses belajar, ada baiknya setiap siswa bisa mengidentifikasikan dirinya sendiri, cara ini dapat membantu mereka memilih metode atau cara, strategi dan gaya belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kelemahanya.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang mempunyai sejumlah komponen meliputi; tujuan, bahan pelajaran kegiatan belajar mengajar, metode, media pembelajaran serta evaluasi (Djamarah dan Zain, 2009: 41). Pembelajaran di SMK merupakan interaksi antara guru dan murid, dimana siswa melakukan kegiatan belajar dan guru melakukan kegiatan mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar mengandung komponen meliputi; tujuan, bahan pelajaran kegiatan belajar mengajar, metode, media pembelajaran serta evaluasi.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktifitas belajar (Anni, 2007: 5). Hasil belajar sebagai objek penilaian


(32)

pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, keterampilan, sikap dalam melakukan dan menyelesaikan suatu hal setelah siswa menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi 3 tipe hasil belajar yaitu (1) Tipe hasil belajar kognitif, (2) Tipe hasil belajar bidang afektif, (3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik (Bloom dikutip Anni, 2006: 7). Masing-masing tipe hasil belajar terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan, mempunyai karakter tersendiri, sebab setiap tipe hasil belajar berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung didalamnya.

2.1.2.1.1 Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif

Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkesinambungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan, dan pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan berfikir, bidang ini dimulai dari jenjang yang paling tinggi. Jenjang yang paling tinggi harus melalui jenjang yang bawah. Tipe hasil belajar bidang kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis, sintesis, evaluasi (Anni, 2007: 7). Adapun aspek tersebut adalah seperti berikut.

Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge), pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi


(33)

20

pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya (Anni, 2007: 7). Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan pada mata pelajaran praktik Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak diharapkan siswa dapat mengetahui, serta mengingat tentang macam-macam teknik membuat pola busana anak, alat serta bahan yang dipergunakan dalam membuat pola, langkah-langkah pembuatan pola serta cara penyelesaianya.

Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehention) didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pelajaran (Anni, 2007: 7). Tipe hasil belajar pemahaman pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa dapat memahami materi tentang: macam-macam busana anak, jenis bahan yang dibuat, alat dan bahan membuat pola anak, cara mengambil ukuran, pembuatan pola dasar, proses dalam membuat pola dasar anak dan cara penyelesaianya.

Tipe hasil belajar penerapan (Application) mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip dalil dan teori. Hasil belajar di bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya (Anni, 2007: 7). Tipe hasil belajar penerapan pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak diharapkan, setelah memahami dan merespon materi yang diberikan, siswa dapat mempraktekkanya yaitu salah satunya siswa dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pembuatan pola dasar anak.

Tipe hasil belajar analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. (Anni,


(34)

2007: 8). Tipe hasil belajar analisis pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa dapat menganalis atau membaca gambar/ desain busana anak, kemudian dapat mempraktekanya dengan membuat pola dasar anak dan pecah pola sesuai dengan desain.

Tipe hasil belajar sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru (Anni, 2007: 8). Tipe hasil belajar sintesis pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa mampu menyimpulkan apa saja yang merupakan dasar utama dalam membuat pola anak agar diperoleh hasil yang baik dalam membuat pola busana anak.

Tipe hasil belajar evaluasi mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi,laporan) untuk tujuan tertentu (Anni, 2007: 8). Evaluasi merupakan kegiatan yang meliputi mengukur dan meneliti. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah tes dan non tes. Hasil pengukuran berupa skor. Tipe hasil belajar evaluasi pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa mampu menilai teknik membuat pola dasar anak beserta pecah polanya dengan tepat sesuai dengan desain/gambar, tanda pola dan mampu memperbaiki pola apabila terjadi kesalahan.

2.1.2.1.2 Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif dikembangkan oleh Krathwohl dan kawan-kawan, tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarkhi yang


(35)

22

bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut; penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valueing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex) (Anni, 2007: 8).

Penerimaan (Receiving), pada aspek ini berkenaan dengan membangkitkan, membimbing dan mengarahkan perhatian siswa tehadap MPI, sehingga materi yang diberikan dapat dipahami oleh siswa. Penanggapan (Responding), pada aspek ini diharapkan siswa dapat merespon materi membuat pola pokok bahasan membuat pola busana anak yang telah diberikan oleh guru dalam bentuk MPI, seperti adanya diskusi, tanya jawab, siswa dapat mengerjakan soal latihan dan sebagainya.

Penilaian (Valuing), pada aspek ini diharapkan siswa dapat menggambarkan, membedakan, menggabungkan, mempelajari materi yang telah diberikan. Pengorganisasian (Organization), pada aspek ini diharapkan siswa dapat menyatukan nilai-nilai yang berbeda. Pembentukan pola hidup (Organization by a value complex), pada aspek ini mengacu pada poses perwujudan nilai-nilai, sehingga tingkah lakunya menunjukkan karakteristik atau identitas dari siswa tersebut.

2.1.2.1.3 Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotorik

Tipe hasil belajar bidang psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf (Anni, 2007: 10). Hasil belajar yang diharapkan setelah mempelajari mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana


(36)

anak dengan MPI adalah siswa mampu dan terampil dalam membaca desain serta terampil dalam membuat pola dasar anak dan cara penyelesaianya, sehingga siswa akan menerima pengalaman belajarnya dengan perubahan tingkah laku yang lebih baik.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku anak didik, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat diikhtisarkan sebagai berikut yaitu: Faktor dalam (fisiologi dan psikologi) faktor luar (lingkungan dan instrumental).

Gambar 2.1 Bagan Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Purwanto, 2011: 107).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Dalam (Internal)

Fisiologi Psikologi

 Kondisi fisik

 Bakat

 Minat

 Motivasi

 Kecerdasan

 Kemampuan kognitif

Luar (Eksternal)

Lingkunga Instrumental

 Alam

 sosial

 Kurikulum/bahan pelajaran

 Guru/pengajaran

 Sarana dan fasilitas

 Administrasi/ manajemen


(37)

24

Penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut: faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).

2.1.3.1 Faktor Dalam (Internal)

Faktor dalam (Internal) adalah faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang berasal dari dalam individu manusia meliputi, faktor fisiologi dan faktor psikologi.

2.1.3.1.1 Faktor Fisiologi

Faktor fisiologi adalah kondisi fisik yang terjadi atau dialami individu saat belajar. Kondisi fisiologi pada umumnya sangat berpengaruh terhadap siswa. Faktor fisiologi dibagi menjadi dua yaitu kondisi fisik/jasmani dan kondisi psikologis (Purwanto, 2011: 107).

Kondisi fisik/ keadaan jasmani, siswa yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar, siswa cenderung kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran sehingga lamban dalam memahami materi pelajaran. Sebaliknya kondisi jasmani yang sehat, bugar akan memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar individu terutama dalam mengikuti mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak yaitu siswa akan lebih bersemangat dan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran.

Kondisi psikologis, kondisi ini juga berpengaruh dalam mempelajari mata pelajaran membuat pola terutama unsur penglihatan dan pendengaran (Ngalim Purwanto, 2011: 107). Kondisi pancaindera sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan


(38)

membuat pola busana anak menggunakan MPI, pancaindera yang memiliki peran besar dalam aktifitas belajar adalah mata, tangan, dan telinga. Mata digunakan untuk melihat serta memahami materi dalam MPI, tangan digunakan untuk meraba /mengontrol MPI, telinga digunakan untuk mendengarkan narasi (penjabaran materi dalam bentuk suara) dalam MPI

Guru maupun siswa perlu menjaga pancaindera secara preventif maupun yang bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksa kesehatan dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. 2.1.3.1.2 Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah suatu keadaan atau kondisi mengenai gejala-gejala kehidupan kejiwaan yang berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor psikologis umum yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa adalah; bakat, minat, motivasi, kecerdasan, kemampuan kognitif (Purwanto, 2011: 107).

Bakat merupakan salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu lahir (Purwanto, 2011: 55). Bakat mempengaruhi perkembangan individu (Hamalik, 2010: 93). Siswa yang memiliki bakat sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari (busana), maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya, sehingga tidak akan merasa kesulitan dalam memahami materi pokok bahasan membuat busana anak dan cenderung lebih cepat memahami pelajaran dibanding siswa lain.

Minat merupakan kecenderungan dan gairah tinggi terhadap sesuatu yang tetap pada suatu hal atau bidang sehingga ia selalu memperhatikan secara terus-menerus dengan diikuti rasa senang. Minat sangat berpengaruh pada hasil belajar,


(39)

26

guru perlu mengetahui tentang minat belajar siswa agar bisa memotivasinya (Nur‟aini, 2006: 27). Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, diharapkan dengan menggunakan MPI dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak.

Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar (Hamalik, 2010: 50). Motivasi yang dimaksud adalah menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan cara memberikan materi pelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa yang dikemas menggunakan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif).

Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah atau membuat produk yang dihargai dilingkungan kebudayaan (Anni, 2007: 117). Kecerdasan sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar, semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang meraih sukses dalam belajar dan sebaliknya, semakin rendah intelegensi seorang individu, semakin sulit meraih sukses dalam belajar. Penggunaan MPI dapat mengontrol cara belajar siswa sendiri sesuai dengan kemampuan intelegensi siswa, karena MPI dapat dipelajari secara berulang-ulang dan dapat memberikan respon langsung terhadap siswa.

Kemampuan kognitif artinya kemampuan intelektual yaitu kemampuan individu dalam mengingat dan berfikir. Materi dalam mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak adalah materi berbentuk teori dan praktek antara lain; penjabaran tentang busana anak, cara mengambil


(40)

ukuran anak, langkah-langkah pembuatan pola dasar anak beserta pecah polanya sesuai dengan desain, sehingga membutuhkan kemampuan kognitif siswa, diharapkan dengan adanya pembelajaran menggunakan MPI dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

2.1.3.2 FaktorLuar (Eksternal)

Faktor luar yaitu, faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor- faktor tersebut antara lain; faktor lingkungan dan faktor instrumental (Purwanto, 2011: 107). Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial.

2.1.3.2.1 Lingkungan Alam

Lingkungan alam merupakan kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, misalnya suhu, udara, cuaca, musim yang sedang berlangsung serta kejadian-kejadian alam yang tidak diinginkan. Lingkungan alam disekitar sekolah berada jauh dari kota di tengah ladang sawah dan jauh dari pemukiman warga, sehingga suasana terkesan tenang dengan udara yang sejuk menambah semangat belajar siswa dan memudahkan guru dalam menyampaikan mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak.

2.1.3.2.2 Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial mempunyai peran penting dalam membentuk individu siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan sosial yang


(41)

28

dimaksud adalah lingkungan yang berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, dan lain-lain. Lingkungan sosial dapat membentuk kepribadian siswa kearah yang benar maupun sebaliknya, siswa yang memiliki bakat dalam bidang busana, mempunyai latar belakang keluarga di bidang busana, dan siswa yang mempunyai minat yang tinggi mengenai busana seperti mengikuti kursus atau pelatihan akan lebih mudah dan cepat dalam mengikuti dan memahami pelajaran dibanding dengan siswa yang memperoleh ilmu pada saat diberikan materi oleh guru khususnya pada mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat busana anak.

2.1.3.2.3 Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar. Faktor instrumental meliputi; kurikulum/bahan ajar, guru, sarana dan prasarana (Purwanto, 2011: 107).

Kurikulum/ bahan ajar diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam suatu jenjang pendidikan. Kurikulum di SMK Al-Musyafa‟ Kendal menggunakan kurikulum spectrum. perangkat mengajar dalam Program Keahlian Tata Busana antara lain; silabus, prota, promes, RPP. Bahan ajar yang digunakan dalam mata pelajaran membuat pola adalah buku-buku yang berhubungan dengan pola.

Guru merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang ikut berperan aktif dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang


(42)

pembangunan, oleh karena itu guru dituntut berperan aktif dan menempatkan kedudukanya sebagai tenaga profesional yang tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Guru dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya peran dari guru.

Peran guru tata busana dalam proses belajar mengajar antara lain; informator yaitu memberikan informasi kepada siswa dengan cara memberikan pengetahuan terhadap siswa, organisator, motivator yaitu guru dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, inisiator yaitu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memberikan materi pada siswa, transmeter, fasilitator yaitu guru dapat memberikan fasilitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, evaluator yaitu guru dapat mengukur dan menilai keberhasilan belajar siswa.

Sarana dan prasarana pendidikan menurut daftar istilah pendidikan dikenal dengan sebutan alat bantu pendidikan (teaching aids), yaitu segala macam peralatan yang dipakai guru untuk membantunya memudahkan dalam melakukan kegiatan mengajar. Sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran yaitu ruang kelas, meja, kursi, papan tulis, dan lain-lain.

Prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan. Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing yaitu sarana pendidikan untuk “memudahkan penyampaian materi pelajaran, “ prasarana pendidikan untuk “memudahkan penyelenggaraan


(43)

30

pendidikan” (Tatangmanguni, 2010: 3). Prasarana pendidikan yang dimaksud adalah dengan menggunakan MPI.

2.2

PAIKEM GEMBROT(Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot).

2.2.1 Arti PAIKEM GEMBROT

PAKEM adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, disamping metodologi pembelajaran dengan nama atau sebutan “PAKEM”, muncul pula nama yang dikeluarkan di daerah Jawa Tengah dengan sebutan “PAIKEM GEMBROT” dengan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Guru dapat menyajikan dengan atraktif/menarik dengan hasil terukur sesuai yang diharapkan siswa (orang) belajar secara aktif .

Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktifitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar (Riva‟i dikutip www.google.com).

Aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan (http://smartalzind.blogspot.com). Pada proses pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola guru sesuai fungsinya sebagai organisator, harus bisa membuat siswa aktif bertanya.


(44)

Inovatif, dimaksudkan agar guru selalu mengemas kegiatan belajar yang heterogen sehingga memiliki nilai tambah dalam memberikan pelayanan pembelajaran kepada siswa (http://smartalzind.blogspot.com). Inovatif pada Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan menggunakan metode dan media interaktif.

Kreatif dimaksudkan agar guru mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayan pada berbagai tingkat kemampuan siswa (http://smartalzind.blogspot.com). Kreatif dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu guru dapat memilih metode dan media yang tepat sesuai dengan mata pelajaran yaitu metode ceramah, demonstrasi dan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif).

Efektif dimaksudkan agar guru mampu memanfaatkan waktu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran menghasilkan pengalaman baru yang cenderung permanen (smartalzind.blogspot.com). Efektif dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan MPI, waktu pembelajaran efektif, dapat dilakukan pada kelas besar maupun kecil, pembelajaran dapat dilakukan mandiri dan dapat dipelajari dimana saja.

Menyenangkan dimaksudkan agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh (smartalzind.blogspot.com). Menyenangkan dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dan MPI yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang lain dari biasanya, salah satunya dengan perubahan tempat duduk siswa.


(45)

32

Gembira dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang fun/ menyenangkan sehingga siswa mampu belajar dengan santai pada gilirannya, siswa mampu menyerap pelajaran (smartalzind.blogspot.com). Gembira dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan MPI, dimana didalamnya disajikan materi dipadu dengan audio, teks, animasi, gambar, grafik, dan diharapkan dengan MPI siswa dapat termotivasi mengikuti pelajaran diikuti rasa senang.

Berbobot, dimaksudkan agar guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswa memiliki mutu yang baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran (smartalzind.blogspot.com). Berbobot dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan pemberian materi yang lengkap dan jelas sesuai dengan materi pelajaran dan bahan ajar, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat meningkat.

Secara garis besar PAIKEM GEMBROT (Ahmadi dan Sofyan, 2011: 1) dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan „pojok baca‟.

4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.


(46)

Program pembelajaran seperti ini harus disertai dengan kemampuan dan wawasan guru yang cukup baik, karena guru dituntut mampu menciptakan kondisi belajar yang baik di dalam maupun di luar kelas. Sedang siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep keilmuan.

Pembelajaran kreatif adalah kemampuan menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainya. Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan hal yang baru, dibentuk melalui suatu proses yang baru, memiliki kemampuan untuk menciptakan, dirancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuntitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan menerapkanya dalam pemecahan masalah.

Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT ini dapat dilakukan dengan pemecahan masalah, curah pendapat, belajar dengan melakukan, menggunakan banyak metode yang disesuaikan dengan konteks, kerja kelompok. Untuk keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebelumnya siswa dilatih konsentrasi, ketelitian, kesabaran, ketekunan, keuletan, peningkatan daya ingat serta belajar dengan metode bayangan (Ahmadi dan Amri, 2011: 5).


(47)

34

2.2.2 Hakikat Model Pembelajaran PAIKEM GEMBROT

Menurut Soekamto yang dikutip Ahmadi dan Amri (2011: 8) mengemumakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar“. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siwa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pembelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah PAIKEM GEMBROT pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Trianto dalam Depdiknas, 2006: 5).

PAIKEM GEMBROT sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18) sebagai berikut:

1) Memudahkan pemusatan perhatian pada stau tema tertentu.

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai KD antar isi mata pelajaran dengan tema yang sama.


(48)

4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain

7) Guru dapat mengehmat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara PAIKEM GEMBROT dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan materi (Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18).

Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, PAIKEM GEMBROT memiliki beberapa keuntungan antara lain; (1) tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran; (2) hubungan antara Mata Pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami; (3) guru bebas membantu siswa melihat masalah situasi atau topik dari beberapa sudut pandang; (4) dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran bahkan empat dinding kelas; (5) pengelolaan masyarakat belajar terfasilitasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 26).

Sedangkan keuntungan PAIKEM GEMBROT bagi siswa antara lain adalah; (1) bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar daripada hasil belajar; (2) menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif; (3) merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri didalam dan diluar kelas; (4) membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman; (5) menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat


(49)

36

keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 26).

Selain kelebihan yang dimiliki PAIKEM GEMBROT juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya. Puskur Balitbang yang dikutip Ahmadi dan Amri (2011: 27) mengidentifikasikan beberapa keterbatasan pembelajaran PAIKEM GEMBROT (jika digunakan di SMP tau SMA/Sederajat), antara lain dpaat ditinjau dari berbagai aspek sebgaai berikut:

(1) Aspek guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan khususnya Mata Pelajaran Membuat Pola agar bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka PAIKEM GEMBROT akan sulit terwujud (Ahmadi dan Amri, 2011: 27).

(2) Aspek peserta didik

PAIKEM GEMBROT menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relative baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kerativitasnya. Hal ini terjadi karena model ini menekankan pada kemampuan analitik mengurai mata pelajaran membuat pola, kemampuan asosiatif, eksploratif dan elaboratif (menghubungkan dan menemukan yang terkait dengan mata pelajaran membuat pola). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model PAIKEM GEMBROT ini sangat sulit dilaksanakan (Ahmadi dan Amri, 2011: 27).


(50)

(3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

PAIKEM GEMBROT memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Khususnya dalam pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI yang menggunakan teknologi komputer, bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat (Ahmadi dan Amri, 2011: 27).

(4) Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada target pencapaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola yaitu hanya sebatas pokok bahasan membuat pola busana anak dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan ceramah dan MPI, sedangkan untuk menilai hasil belajar guru menggunakan lembar observasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 28).

(5) Aspek penilaian

PAIKEM GEMBROT membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (Komperehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari berbagai bidang kajian terkait yang dipadukan. Guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komperehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran dari guru yang berbeda (Ahmadi dan Amri, 2011: 28).


(51)

38

(6) Aspek suasana pembelajaran

PAIKEM GEMBROT berkecendurungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain, dengan kata lain pada saat mengajarkan sebuah tema maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri (Ahmadi dan Amri, 2011: 28).

2.2.3 Karakteristik Paikem Gembrot

PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran disekolah memiliki karakteristik-karakteristik antara lain; berpusat pada siswa; memberikan pengalaman langsung; pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 29). a. Berpusat pada siswa

PAIKEM GEMBROT berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Pada pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola menggunakan metode ceramah dan MPI, semua materi sudah disajikan lengkap didalam media sehingga fungsi guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada media dan siswa.


(52)

b. Memberikan pengalaman langsung

PAIKEM GEMBROT memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences) (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Dengan pengalaman langsung pada pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran membuat pola, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas

PAIKEM GEMBROT pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Fokus pembelajaran pada mata pelajaran membuat pola diarahkan kepada pokok pembahasan membuat pola busana anak.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

PAIKEM GEMBROT menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Pada pembelajaran mata pelajaran membuat pola siswa mampu memahami konsep-konsep membuat pola busana anak secara utuh.

e. Bersifat fleksibel

PAIKEM GEMBROT bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainya maupun kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan siswa berada (Ahmadi dan Amri, 2011: 30). Materi pada Mata Pelajaran membuat pola dapat dikaitkan dengan Mata Pelajaran lain misalnya Mata Pelajaran menggambar busana untuk melihat macam-macam desain busana anak, dan lain-lain.


(53)

40

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

PAIKEM GEMBROT mengadopsi prinsip belajar PAIKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Ahmadi dan Amri, 2011: 30).

2.2.4 Teori Belajar yang Melandasi PAIKEM GEMBROT

Banyak teori belajar yang menjadi landasan model PAIKEM GEMBROT diantaranya adalah Teori Jean Piaget, Teori Konstruktivisme, Teori Bandura dan Teori Bruner. Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang melandasi model pembelajaran ini.

2.2.4.1Teori Perkembangan Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (Nur dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 47), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu : tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya. (Hadisubroto dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 49).

Jelas teori Piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar


(54)

2.2.4.2 Teori Bandura

Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif mengingat tingkah laku orang lain (Arends dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 55).

Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola perilaku ini, selanjutnya Bandura mengklasifikasikan empat fase belajar dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 55).

2.2.5 Penerapan PAIKEM GEMBROT dalam Proses Pembelajaran

Penerapan PAIKEM dalam pembelajaran secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk


(55)

42

mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya (Ramadhan dikutip Aufapunk.blogspot.com).

PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Penerapan seperti diatas Pendekatan pembelajaran PAIKEM dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran.

(a) Guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pengajar dan pendidik juga berperan sebagai fasilitator (Aufapunk.blogspot.com). Fasilitator yang dimaksud yaitu guru memeberikan kenyamanan dan kelengkapan yang menunjang pada proses pembelajaran pada Mata Pelajaran Membuat Pola.

(b) Guru dan murid dapat mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam hal: teknik pengajaran, penggunaan multimetode, pemakaian media, dan guru dapat berperan sebagai mediator bagi murid-muridnya (Aufapunk.blogspot.com). Multimetode dan media yang digunakan pada Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu metode ceramah dan demonstrasi, dan metodeceramah dan MPI

(c) Murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa tertekan sehingga proses berpikir anak akan berjalan normal (Aufapunk.blogspot.com).

(d) Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas (Aufapunk.blogspot.com).


(56)

2.2.6 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar, Sarana dan Prasarana Penunjang dan Sumber Belajar serta Media.

Pembelajaran PAIKEM GEMBROT hakikatnya adalah menekankan pada peserta didik baik secara individu maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu dalam pelaksanaan memerlukan berbagai sarana dan prasarana bahan ajar, sumber belajar, serta media pembelajaranpendukung yang cukup bagi proses pembelajaran.

2.2.6.1Bahan ajar

Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran termasuk dalam PAIKEM GEMBROT. Pembelajaran PAIKEM GEMBROT pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang etrcakup dalam ilmu alam maka dalam pembelajaran ini memerlukan komperehensif dengan pembelajaran monolitik, dalam satu pembelajaran diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup didalamnya (Ahmadi dan Amri, 2011: 64).

Bahan ajar yang akan dipergunakan dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu berupa buku ajar membuat pola busana anak digunakan sebagai pedoman dalam memberikan materi pada kelompok siswa eksperimen 1 dengan pembelajaran metode ceramah dan demonstrasi, dan buku ajar yang dikemas dalam CD (Compact Disc) digunakan pada kelompok eksperimen 2 dengan menggunakan metode ceramah dan MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif).


(57)

44

2.2.6.2Sarana dan prasarana penunjang

Pembelajaran PAIKEM GEMBROT diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan mata pelajaran lainya, hanya saja ia memiliki kekhasan sendiri dalam beberapa hal. Guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, karena media memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai PAIKEM GEMBROT (Ahmadi dan Amri, 2011: 65). Media yang dipilih dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu MPI (Multimedia Pembelajaran Interaktif), media ini dipilih karena termasuk media interaktif yang memiliki alat pengontrol sehingga siswa dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses belajarnya. Sarana dan prasarana yang menunjang yang diperlukan antara lain; Laboratorium komputer lengkap, LCD, Speaker dan lain-lain.

2.2.6.3Sumber belajar

Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dalam rangka memperoleh konsep dan prinsip yang valid perlu memanfaatkan beberapa sumber belajar baik yang sifatnya di desain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan.

Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat


(58)

digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 67).

Jenis sumber belajar ada bermacam-macam antara lain; pesan, orang, bahan, alat, teknik, latar. Sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola yaitu; (1) bahan (buku ajar Mata Pelajaran membuat pola busana anak, software adobe flash); (2) Alat (LCD, peralatan pola dan papan tulis); (3) Teknik (metode ceramah dan demonstrasi); (4) Latar (ruang kelas dan laboratorium komputer) (Ahmadi dan Amri, 2011: 69).

2.2.6.4Pengembangan media pembelajaran

Pembelajaran PAIKEM GEMBROT pada dasarnya memerlukan optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak (Ahmadi dan Amri, 2011: 71). Konsep yang abstrak dalam pembelajaran mata pelajaran membuat pola yaitu teknik pembuatan pola busana anak.

2.2.6.5Model pengaturan ruangan

Pelaksanaan kegiatan PAIKEM GEMBROT perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:

(1) Ruangan perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.

(2) Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.

(3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet.

(4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam maupun diluar kelas.

(5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.


(59)

46

(6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpanya kembali (Ahmadi dan Amri, 2011: 75).

Model pengaturan ruang pada pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi dilakukan di dalam kelas dengan posisi meja duduk diubah menjadi bentuk U, sedangkan pada pembelajaran metode ceramah dan MPI pembelajaran dilakukan di dalam ruangan laboratorium komputer, dimana LCD diarahkan kepada siswa.

2.2.6.6Strategi pemilihan metode

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberikan latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Ahmadi dan Amri, 2011: 75).

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ceramah dan demonstrasi. Ceramah digunakan untuk mengajarkan materi dalam ranah kognitif dan demonstrasi digunakan untuk mengajarkan materi praktek/psikomotorik. Penjabaran tentang metode pembelajaran dibahas pada sub bab berikutnya.


(1)

226

Lampiran 35

Hipotesis Uji Hipotesis

Ho : < Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

Ha : >

Dimana,

Ho ditolak apabila t > t(1-)(n1+n2-2)

Dari data diperoleh:

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:

1 + 1

+ 2

1 1

30 30

Pada  = 5% dengan dk = 30 + 30 - 2 = 58 diperoleh t(0.95)(58) =

Jumlah 2315,944 2083,444

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA DATA HASIL POST TEST ANTARA KELOMPOK PEMB. MPI DAN PEMB. KONVENSIONAL

m1 m2 m1 m2

Sumber variasi Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

n 30 30

x 77,20 69,45

Varians (s2) 11,8190 15,9561

Standart deviasi (s) 3,44 3,99

= 3,7266

30 30

t = 77,20 69,45 = 8,054

s = 30 11,82 30 15,96

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pemb. MPI lebih baik daripada kelompok pemb. konvensional

3,7266 +

1,67

1,67 8,054

Daerah penerimaan Ho

Daerah

penerimaan Ho

2 1

n

1

n

1

s

x

x

t

1 2

(

) (

)

2

n

n

1

n

1

n

s

2 1 2 2 2 2 1 1

s

s

Uji Perbedaan Rata-rata Post test antara Kelompok

Eksperimen 1 dan 2

Karena t berada pada daerah penolakan Ho. Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pembelajaran metode ceramah dan MPI lebih baik dari kelompok pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi


(2)

227

Lampiran 36


(3)

228

Lampiran 37


(4)

229

Lampiran 38


(5)

230

Lampiran

39

DOKUMENTASI PENELITIAN

Proses pembelajaran kelompok ekpserimen 2 yang diajar menggunakan metode

ceramah dan demonstrasi


(6)

231

Proses pembelajaran kelompok ekpserimen 1 yang diajar menggunakan metode

ceramah dan MPI


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang yang diajar menggunakan metode demontrasi dengan metode ceramah : Studi eksperimen di SMPN I Cikarang Barat

0 3 148

Penerapan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor: Penelitian Tindakan Kelas

7 30 116

Pengaruh penerapan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMK Al-Hidayah Lestari

7 66 115

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Diajar Dengan Menggunakan Modul dan Tanpa Menggunakan Modul Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik Kelas X SMK-TI YAPIM Medan.

0 2 11

PERBEDAAN HASIL BELAJAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN CERAMAH DAN CERAMAH-MODUL PADA SISWA KELAS X MEKANIK OTOMOTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 17 AGUSTUS 1945 KOTA SEMARANG.

0 0 90

EFEKTIFITAS METODE DEMONSTRASI PADA PEMB

0 0 54

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS EKONOMI SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DENGAN METODE CERAMAH KELAS III SLTP NEGERI 1 MUARA BADAK TAHUN PELAJARAN 20002001

0 0 27

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN METODE ACTIVE LEARNING DENGAN YANG MENGGUNAKAN METODE CERAMAH BERVARIASI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X DI SMK PGRI 1 JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN PADA SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE CERAMAH DI SMK JAKARTA TIMUR 2 JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 8

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN PADA SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE CERAMAH DI SMK JAKARTA TIMUR 2 JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 6