Pengetahuan Teknik Analisis Usaha Tani

diperlihatkan contoh komponen pembiayaan produksi cabai Wardani, dkk 2010 yang direvisi oleh pakar. Tabel 5. Komponen Pembiayaan Produksi Cabai Komponen Biaya Produksi 1 Tenaga Kerja Persemaian Rp 150.000,00 Pengolahan Tanah Rp 1.875.000,00 Penanaman Rp 520.000,00 Pemeliharaan Rp 4.937.500,00 Panen Rp 3.700.000,00 2 Sarana Produksi Bibit Rp 700.000,00 Pupuk Kandang Rp 1.250.000,00 Pupuk Buatan Rp 3.300.000,00 Mulsa Plastik Perak Rp 6.500.000,00 Ajir dan Tali Plastik Rp 1.500.000,00 Pestisida Rp. 8.500.000,00 3 Lain-lain Sewa Tanah Rp 2.000.000,00 Total Biaya Rp 34.932.500,00 Analisis yang dilakukan terkait usaha tani tersebut adalah analisis total nilai produksi pendapatan kotor, keuntungan pendapatan bersih, nilai benefit cost ratio BC ratio dan titik impas atau lebih dikenal dengan istilah Break Event Point BEP. BEP dibedakan menjadi dua yaitu BEP produksi dan BEP harga. Pada Tabel 6 diperlihatkan rumusan untuk melakukan analisis usaha tani tersebut Supriyanto 2011. Tabel 6. Rumusan Analisis Usaha Tani No Komponen Cara Perhitungan 1 Total Nilai Produksi Produktivitas Harga Rata-rata 2 Keuntungan Keuntungan = Total Pendapatan – Total Biaya Produksi + Bunga 15 3 Nilai Benefit Cost Ratio BC Ratio BC Ratio = Total Nilai Produksi Total Biaya Produksi 4 Titik Impas Break Event Point BEP a. BEP Harga BEP Harga Rp = Total Biaya Produksi Produktivitas b. BEP Produksi BEP Produksi Kg = Total Biaya Produksi Harga Jual Rata-rata Dari contoh di atas, jika diketahui total biaya produksinya adalah Rp. 34.932.500,00 dengan harga jual cabai rata-rata di tingkat petani adalah Rp. 4.000,00 dan produktivitas lahan adalah 15.000 kg per hektar, maka hasil analisis usaha tani berdasarkan rumusan yang ada adalah sebagai berikut:  Total nilai produksi = 15.000 x 4.000 = Rp. 60.000.000  Keuntungan bersih = 60.000.000 – 34.932.500 + 15 x 34.932.500 Keuntungan = 60.000.000 – 34.932.500 + 5.239.875 = 60.000.000 – 40.172.375 = Rp. 19.827.625,00  BC Rasio = 60.000.000 ÷ 34.932.500 = 1,71 kali  BEP o BEP Harga = 34.932.500 ÷ 15.000 = Rp. 2.328,83 kg o BEP Produksi = 34.932.500 ÷ 4000 = 8733,13 kg = 8,73 ton Nilai BC rasio ini memiliki arti bahwa dengan modal Rp. 34.932.500,00 usaha agribisnis cabai Anda memperoleh hasil penjualan sebesar 1,71 kali dari modal yang dikeluarkan. Lanjutan

h. Pengetahuan Harga Pasar Berbasis Lokasi

Informasi mengenai harga menjadi hal yang sangat penting dalam dunia usaha terutama usaha dan bisnis perdagangan. Harga komoditas cabai di suatu lokasi akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan perbandingan dengan harga komoditas yang sama di lokasi yang lain. Bagi konsumen, harga akan dipergunakan untuk mengambil keputusan dalam pembelian suatu komoditas pertanian yang dalam hal ini adalah komoditas cabai merah. Bagi petani, informasi harga bisa dipergunakan untuk menentukan keputusan mengenai sasaran penjualan komoditas cabai misalnya pertimbangan penjualan ke beberapa tengkulak di suatu lokasi. Informasi mengenai harga yang digunakan dalam sistem pakar ini adalah informasi berdasarkan tren harga yang berasal dari diskusi dengan warga masyarakat di beberapa lokasi. Aturan yang digunakan adalah aturan yang berbasis production rule. Sebagai contoh, harga cabai di wilayah Jawa Barat adalah Rp. 15.000,00 maka aturan yang digunakan untuk merepresentasikan harga pasar adalah: IF provinsi = Jawa Barat THEN harga = 15.000. Pertimbangan pengambilan model diskusi dengan masyarakat dan skala provinsi dalam penentuan harga pasar ini dilakukan karena belum adanya situs portal yang menyediakan informasi harga pasar untuk komoditas cabai merah secara update. Oleh karena itu agar cakupannya lebih luas dengan informasi yang lebih sedikit, maka daerah-daerah yang termasuk dalam suatu provinsi akan disejajarkan harganya dengan provinsi tersebut. Apabila telepon pintar dengan perangkat Global Positioning System GPS mendeteksi wilayah pengguna tersebut di wilayah Bogor, maka harga cabai akan diambilkan dari database harga untuk wilayah Jawa Barat. Perhitungan BEP ini memiliki arti bahwa jika modal usaha Rp. 34.932.500,00 dan harga jual cabai rata-rata Rp. 2.328,83 kg dan produksi 8,37 ton secara perhitungan usaha anda telah mencapai titik impas.

i. Kebijakan, Dukungan dan Program-program Pemerintah

Kebijakan maupun program-program pemerintah bisa sangat membantu para pelaku agribisnis khususnya kegiatan agribisnis cabai. Namun terkadang informasi mengenai kebijakan dan program-program pemerintah tersebut tidak diketahui oleh pelaku agribisnis. Representasi pengetahuan terkait kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah untuk kebutuhan sistem pakar ini diwujudkan dalam poin-poin informasi yang bisa dibaca pengguna sistem dengan mudah. Berikut adalah contoh undang-undang dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan kegiatan agribisnis:  PP Republik Indonesia No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan  PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah  Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang BidangJenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan BidangJenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan  Permenneg BUMN Per-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan  Pemerintah mendorong Bank untuk menyediakan skim kredit untuk petani. SKIM Kredit dengan bunga rendah yang diberikan bank ini diharapkan mampu meningkatkan kegiatan perekonomian petani. Informasi tersebut di atas yang akan digunakan dalam sistem pakar agar bisa tersampaikan ke pengguna sistem dengan baik.

4.3 Analisis

Tahap analisis merupakan kegiatan awal dalam perancangan dan pengembangan suatu sistem perangkat lunak. Tahapan analsis ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk dilakukan sebelum tahapan yang lain dilaksanakan. Analisis pada pengembangan sistem pakar ini dilakukan pada tiga aspek yaitu analisis kebutuhan SDM pengembangan sistem, analisis kebutuhan pengguna sistem, analisis kebutuhan fungsional sistem, dan analisis kebutuhan non fungsional sistem.