Hakikat Logika Jenis-jenis Penalaran

commit to user 34

c. Hakikat Logika

Logika didefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih Jujun S. Suriasumantri, 1993 : 42-46. Selanjutnya, pengertian logika ini secara singkat dikatakan oleh Alex Lanur 1983 : 7 sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus tepat. Kemudian, Anton M. Moeliono 1989 : 124- 125 juga mengatakan bahwa logika merupakan pengetahuan tentang kaidah berpikir. Sementara itu, Irving M. Copi sebagaimana dikutip oleh Mundiri 1996 : 2, menyatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum- hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Pada bahasan selanjutnya, Mundiri 1996 : 15 mengatakan bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. dari pernyataan tersebut tercermin bahwa manusia menggunakan prinsip logika dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak. Dengan logika, manusia dapat berpikir secara benar lepas dari prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena logika dapat mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani. Seorang yang memiliki jalan pikiran yang tepat sesuai dengan aturan logika berarti ia memiliki pemikiran yang logis. Hal ini sesuai dengan pendapat W.Poespoprodjo dan T.Gilarso 1985: 4, yang mengatakan bahwa suatu jalan pikiran commit to user 35 yang tepat dan jitu, yang sesuai dengan patokan-patokan seperti yang dikemukakan dalam logika, disebut “logis”, sedangkan jalan pikiran yang tidak mengindahkan patokan-patokan logika itu tentu “berantakan” dan sesat, dan dari pikiran yang tersesat akan timbul tindakan yang sesat pula.

d. Jenis-jenis Penalaran

Dalam tulisan ilmiah ini, dikemukakan dua jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori, atau keputusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala,kemudian berdasarkan prinsip tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian dari hal atau gejala tersebut. Herman J. Waluyo 1989: 20 menyatakan bahwa penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus. Sementara, penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum maupun kesimpulan yang bersifat umum berdasar fakta-fakta khusus. Herman J. Waluyo 1989: 16 menyatakan bahwa penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyatan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Proses penalaran induktif memiliki beberapa variasi antara lain generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang commit to user 36 bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Sementara itu, analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain. Sabarti Akhadiah 1988: 3 menyatakan bahwa analogi induktif adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulaninferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus yang lain yang memilki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Di samping analogi induktif, dikenal juga apa yang disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas. Gorys Keraf 1995: 48 menyatakan bahwa analogi penjelas adalah suatu metode untuk menjelaskan hal yang tidak dikenal dengan mempergunakan atau membandingkannya dengan sesuatu hal yang lain yang sudah dikenal. Sebagai metode penjelasan, analogi deklaratif merupakan suatu cara yang sangat bermanfaat, karena gagasan yang bari itu dapat diterima bila dihubungkan dengan apa yang sudah diketahui. Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola yaitu penalaran dari sebab ke akibat, penalaran dari akibat ke sebab, penalaran dari akibat ke akibat. Ketiga pola hubungan kausal tersebut dapat dipakai secara bergantian dalam sebuah tulisan. Di samping penalaran, unsur yang memiliki hubungan erat dengan tulisan argumentasi adalah logika. Menurut pengertian sehari-hari, logika adalah ”menurut akal sehat”. Soekadijo 1991: 3 menyatakan bahwa sebagai istilah, logika berarti metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Herman J. commit to user 37 Waluyo 1989: 29 berpendapat bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus atau tepat. Kejelasan, keruntutan, dan ketepatan peng- gunaan kata-kata dalam berbahasa berhubungan dengan kemampuan penalaran sese- orang. Jadi, dengan dimilikinya kemampuan logika yang baik akan sangat men- dukung seseorang dalam mengemukakan argumentasi dengan baik, runtut, dan sah. Pendapat-pendapat pakar tersebut tidaklah jauh berbeda, tetapi pada hakikatnya sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat dengan dimasukkannya aktivitas berpikir dalam proses bernalar. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa inti dari bernalar adalah berpikir.

e. Hakikat Berpikir Logis