akan nyaman berada di kelas. Di tangan guru kreatif inilah seharusnya peserta didik mendapatkan pendidikannya.
Ada beberapa alasan mengapa guru harus kreatif, diantaranya adalah : a.
Dengan mengajar penuh kreativitas, peserta didik akan tertarik pada apa yang diajarkan olehnya.
b. Pelajaran yang diajarkan oleh guru akan menjadi menarik.
c. Peserta didik akan bersemangat belajar.
d. Guru mampu memberikan inspirasi yang beragam kepada peserta didik
tentang berbagai persoalan dan model pemecahannya. e.
Kreativitas guru mengajar akan menjadikan peserta didik menjadi individu yang mampu mewujudkan diri sepenuhnya melalui ide-ide
yang mereka hasilkan. f.
Proses belajar mengajar akan menjadi lebih menyenangkan. g.
Peserta didik akan menjadi lebih mandiri. h.
Peserta didik akan menjadi lebih mudah memecahkan masalah. i.
Peserta didik akan menjadi lebih senang menghadapi tantangan. j.
Dapat mendatangkan kepuasan bagi guru dan peserta didik.
9
Belajar menyenangkan sering diabaikan dalam proses belajar mengajar. Padahal kalau menilik dari segi psikologis, belajar yang dilakukan dengan
perasaan senang akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Namun, yang sering kita temui sekarang adalah suasana kelas yang kaku dan menakutkan.
Suasana tersebut malah akan membuat peserta didik takut dan tertekan ketika belajar. Keadaan seperti ini akan membuat proses belajar menjadi sia-sia.
Supaya proses belajar tidak berakhir sisa-sia, sebaikanya proses belajar dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Dengan suasana yang
menyenangkan, peserta didik akan memahami materi yang disampaikan, dan mereka tidak lagi takut ketika ingin menanyakan sesuatu.
2. Guru dan Kepribadiannya
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar. Guru yang dimaksud di sini adalah tenaga pendidik. Guru sebagai
pendidik merupakan faktor penentu kesuksesan dalam setiap pendidikan. Dengan guru “sebagai faktor penentu kesuksesan dalam pendidikan berarti
betapa pentingnya posisi guru dalam bidang pendidikan. Menurut Muhibbin,
9
Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat “Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar biasa”,
Jakarta: Grasindo, h. 133-136
“Guru, menurut Pasal 35 PP 381992, diperkenankan bekerja di luar tugasnya untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas
utamanya.”
10
Tapi kebolehan mengerjakan tugas lain telah mengurangi derajat profesionalisme seorang guru walaupun tugas lain itu tidak
mengganggu tugas utama mereka sebagai seorang pengajar. Menurut Dr. Zakiyah Daradjat pengertian guru yaitu pendidik
profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak
para orang tua. Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang
profesinya mengajar disebut guru. Baik itu guru di sekolah maupun di tempat
lain. Dalam
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional
Permendiknas Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.
11
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Kepribadian itulah yang akan menetukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih
kecil dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Kepribadian juga adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang
guru dalam membina anak didiknya. Seorang guru tidak hanya cukup tahu hanya dengan mengetahui materi
yang diajarkannya saja tetapi yang paling pertama adalah seorang guru tahu akan kepribadiannya dengan segala ciri yang dimilikinya serta tingkat
kedewasaan dalam dirinya. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak maknawi, sukar
dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi aspek kehidupan. Misalnya
dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang
berat.
12
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, Cet. 3, h.223
11
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, Surabaya: Jaring Pena, 2011, Cet 1, h. 1-3
12
Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005, Cet ke-4, h. 9
Profesor Doktor
Zakiyah Darajat
juga menegaskan bahwa,
“Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya atau mejadi penghancur bagi hari
depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil Sekolah Dasar dan bagi anak didik yang mengalami kegoncangan jiwa.”
13
Oleh karena itu sebagai seorang guru yang profesional harus mengetahui dan
memahami kepribadiannya sebagai anutan para siswanya. Bukan hanya dari kepribadiannya saja tapi guru juga memiliki fungsi penting yaitu sebagai
direktur belajar. Menurut Gagne, “Guru berfungsi sebagai :
a. Designer of instruction perancang pengajaran
b. Manager of instruction pengelola pengajaran
c. Evaluation of student learning penilai prestasi belajar siswa”
14
Masalah yang penting mengapa guru dikatakan sebagai “seorang
pendidik ” adalah karena pekerjaan guru bukan hanya mengajar saja tetapi
guru juga melatih beberapa keterampilan anak didiknya terutama dari segi mental anak didik tersebut.
Menurut Najib, “Masih banyak guru yang belum memahami modalitas belajar anak. Dengan tidak mengetahui gaya belajar
anak, mana mungkin bisa mengatur gaya mengajarnya. Kadang-kadang yang sudah tau gaya belajar anak saja belum mau mengubah gaya mengajarnya.
Masih menggunakan model-model tradisional. ”
15
Studi Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti bahasa siswa dengan seksama untuk memahami kualitas berpikir anak di dalam kelas. Deskripsi
Piaget mengenai hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan bahan pelajaran yang kompleks menunjukkan bahwa guru harus
memperhatikan apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya kepada anak didik.
16
Situasi belajar yang ideal adalah keserasian antara bahan pengajaran yang kompleks dengan tingkat perkembangan konseptual anak, jadi guru
harus dapat menguasai perkembangan kognitif anak, dan menentukan jenis
13
Muhibbin, op. cit., h. 225-226
14
Ibid., h. 250
15
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, Surabaya: Jaringan Pena, 2011, Cet 1, h. 136
16
Wasty Soemanto, Pskikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1990, cet. 3, h. 211.
kemampuan yang dibutuhkan oleh anak untuk memahami bahan pelajaran yang diberikan itu.
Sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII maka guru memiliki kode etik yang terdiri dari sembilan item, yaitu sebagai berikut :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila. b.
Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan
dan meningkatkan mutu profesinya. g.
Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan
mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya. i.
Guru melaksanakan sebagai ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
17
Dengan adanya sembilan butir kode etik di atas maka diharapkan guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada
subyek belajar yang dihadapi anak didik. Dengan demikian maka proses belajar mengajar akan mendapatkan hasil yang optimal.
3. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar adalah suatu istilah yang dibentuk dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Oleh karena itu untuk dapat memahami definisi prestasi
belajar tersebut pertama yang harus difahami adalah pengertian dari prestasi dan belajar.
17
Sardiman A.M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2004, Ed. 1, Cet. 11, h. 152-159
Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hasil
yang telah dicapai telah dilakukan dan dikerjakan.
18
Anak didik merupakan seseorang yang sedang berkembang, memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya
tersebut secara optimal. Untuk mengetahui siapa anak didik perlu dipahami bahwa, ia sebagai manusia yang sedang berkembang menuju ke arah
kedewasaan memiliki beberapa karakteristik. Menurut Tirtarahadja, mengemukakan empat karakteristik yang
dimaksud yaitu : a.
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi. d.
Individu yang memiliki kemampuan untuk sendiri.
19
Menurut Morgan
dalam buku
Introductionto Psychology
mengemukakan, “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.”
20
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang telah dicapai dari proses pembelajaran dan dituangkan dalam bentuk nilai dari mata pelajaran yang didapat, dan hal ini merupakan suatu bentuk
perubahan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang disebut
belajar. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar adalah
perubahan pada hasil yang telah dicapai dari proses belajar mengajar. Jadi
18
Departemen Pendidikan Nasional. op. cit., h. 1101.
19
Uyoh Sadulloh, M.Pd, dkk, Paedagogik, Ilmu Mendidik, Bandung: Alfabeta, 2011, h. 86, 135-136
20
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya CV Bandung, 1985, h. 80-81.