Ahli Prof. Dr. Djoko Hartanto

292 pembelajaran terlalu formal sehingga sebagian memberi mata pelajaran pada usia TK sehingga menyita masa bermainnya, termasuk upacara wisuda bagi TK merupakan kegiatan yang berlebihan karena itu pengawas pendidikan TK perlu mengarahkan dan menertibkan kegiatan pendidikan yang sesuai dengan usianya.

5. Ahli Prof. Dr. Djoko Hartanto

• UU BHP mewajibkan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan berdasarkan alokasi dana APBN, termasuk alokasi pada perguruan tinggi. Adanya commercial ventures yang berada di luar badan hukum pendidikan yang dikelola oleh yayasan atau bentuk usaha lain dari BHPPBHPM akan berkiprah sebagai badan usaha penyandang dana di luar dana APBN. Dana yang dihasilkan badan usaha tersebut akan menunjang perguruan tingi guna meningkatkan kualitas pendidikan, yang tidak dapat dipenuhi oleh anggaran APBN. Demikian pula keberhasilan commercial ventures yang bertugas sebagai badan usaha, bilamana secara komersial menguntungkan, bukan tidak mustahil SPP yang selama ini menjadi andalan pembiayaan BHPP maupun BHPM, akan digantikan oleh keuntungan usaha commercial ventures. • Sasarannya adalah SPP yang selama ini ditanggung oleh peserta didik, akan lebih murah dan dapat dijangkau oleh peserta didik, bahkan kemungkinan besar gratis karena akan dibiayai seluruhnya, melalui keuntungan badan usaha atau commericial ventures yang berkiprah di luar BHPP atau BHPM. Perlu kita pahami, bahwa yang dimaksud dengan SPP tersebut adalah SPP yang ditargetkanditetapkan bagi sejumlah peserta didik berdasarkan alokasi APBN. • Sesuai dengan tugas dan fungsi suatu perguruan tinggi di bidang Tri Darma Perguruan Tinggi, terdapat beberapa indikator penting tentang keberadaan suatu perguruan tinggi, sebagaimana tabel berikut: No Indikator Status Catatan 1 Visi dan Misi Baik Setiap perguruan tinggi telah mermuskan dengan baik 2 Peningkatan kualitas pendidikan Baik Setiap perguruan tinggi telah merumuskan landasan universal ini dengan baik 293 3 Peningkatan kualitas riset Baik Setiap perguruan tinggi telah merumuskan pengembangan riset dengan baik 4 Peningkatan Sumber Daya Manusia SDM Baik Setiap perguruan tinggi telah merumuskan pengembangan SDM dengan baik sesuai dngan kondisi perguruan tinggi yang bersangkutan 5 Sumber dana Diuraikan pada uraiannya selanjutnya Dari APBN dan badan usaha • Pada umumnya di perguruan tinggi perumusan tentang visi dan misi, peningkatan kualitas pendidikan dna riset serta peningkatan SDM telah dilakukan dengan baik sesuai dengan kondisi dan ciri masing-masing. Pada tulisan ini difokuskan pada indikator sumber dana, terutama dari dana APBN sebagai perwujudan tanggung jawab Pemerintah. • Sumber dana pendidikan dibebankan kepada negara c.q. Pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melaksanakan amanat UUD 1945 di bidang pendidikan dengan mengalokasikan dana pendidikan dalam APBN. Di luar dana APBN, masyarakat dapat memilih untuk membiayai pendidikannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. 1 APBN. Pemerintah dalam melaksanakan program kerjanya dibiayai dengan anggaran negara yaitu APBN. Anggaran pendidikan yang sekarang sebesar sekitar 20 dua puluh perseratus dari APBN secara ”adil” dibagi pada seluruh sektor pendidikan. Dari dana 20 dua puluh perseratus tersebut dialokasikan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah sekitar 76, tujuh puluh enam perseratus untuk Pendidikan Tinggi sekitar 24 dua puluh empat perseratus. 2 Perguruan Tinggi NegeriPerguruan Tinggi Swasta Dana APBN sebesar 24 dua puluh empat perseratus dialokasikan kepada seluruh PTN dan bantuan kepada PTS di seluruh Indonesia dengan ”adil”. Berdasarkan perhitungan alokasi APBN tahun 2008 suatu PTN terbaik yang telah berstatus BHMN di Indonesia untuk selanjutnya disebut PTX akan menerima dana APBN tersebut maksimal sebesar satu triliun rupiah ; 3 Analisa Rujukan 294 Berdasarkan dana APBN sebesar satu triliun rupiah tersebut, PTX menyusun programnya mencakup visi dan misi, peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan kualitas riset, dan peningkatan SDM. Apabila merujuk data besarnya sumber dana per tahun seperti yang dipublikasikan oleh Asia’s Best Universities 2000, yaitu nomor urut 1 adalah Australian National University dengan skore 9,25; nomor urut 13 adalah National University of Singapore dengan skore 6,07; nomor urut 73 adalah Gadjah Mada University dengan skore 0,53; dan nomor urut 76 adalah University of Indonesia dengan skore 0,49. Dari data tersebut, PTNPTS jelas memerlukan dana yang jauh lebih besar untuk meningkatkan kualitasnya agar tidak tertinggal jauh dari perguruan tinggi yang baik di kawasan Asia. Penambahan dana ini tidak mungkin dipenuhi oleh APBN; 4 Kepentingan Masyarakat Sebagai pelaksanaan amanat APBN, PTX wajib menjalankan pendidikannya kepada sejumlah peserta didik tertentu dengan kualitas tertentu dengan biaya yang ditetapkan pemerintah yang ”terjangkau oleh masyarakat” sesuai dengan amanat UUD 1945. Di samping pelaksanaan amanat APBN tersebut, PTX dapat berusaha mengembangkan program kerja sama riset dna program inovatif laiannya dengan otoritas seperti yang tercantum dalam UU BHP. Dengan demikian kemungkinan besar dapat diwujudkan. 5 Program a. PTX menghitung jumlah peserta didik n program pendidikan reguler yang lulus ujian masuk PTX yang dapat diterima dengan biaya SPP sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah berdasarkan dana APBN. Progrma ini dipublikasikan kepada masyarakat sebagai pertanggungjawaban pemerintah PTX terhadap penggunaan dana dari pemerintah; b. Disamping mendidik mahasiswa reguler, PTX dapat mengembangkan program kerja sama riset dan program inovatif lainya yang berorientasi kepada pasar sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dana dalam mewujudkan pencapaian angka sampai dengan angka 4 pada tabel di atas. 295 • Program pada 5.a membuktikan bahwa PTX bertanggung jawab atas dana APBN dengan tugas utama mendidik sejumlah peserta didik n dengan menjamin kualitas yang paling baik. Program pada angka 5.b adalah kegiatan PTX di samping tugas utama berdasarkan UU BHP yang memberikan landasan hukum untuk mencari dana. Dana kegiatan ini pada akhirnya akan menunjang peningkatan kualitas pendidikan mahasiswa reguler, yang pada saatnya biaya pendidikan mahasiswa reguler menjadi semakin kecil. • Data pendukung diambil dari PTX untuk mempresentasikan biaya pendidikan yang paling tinggi di Indonesia. Data yang dimaksud adlaah data penerimaan pembayaran biaya pendidikan mahasiswa baru prgram sarjana S1 reguler, mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. data penerimaan pembayaran biaya pendidikan mahasiswa baru tersbeut untuk rata-rata setiap mahasiswa dirangkumkan pada tabel 2 di bawah. • Pada tahun 2003 Departemen Pendidikan Nasional menghitung biaya operasional untuk menghasilkan seorang lulusan program saraja S1 berkisar antara Rp. 18.000.000,00 delapan belas juta rupiah sampai dengan Rp. 25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah untuk setiap tahun. Perhitungan ini dengan asumsi, kualitas lulusan dengan standar nasional. Apabla diperhitungkan laju infllasi sebesar 7 tujuh perseratus, maka rentang biaya operasional tersebut menjadi berkisar antara Rp. 19.000.000,00 sembilan belas juta rupiah sampai dengan Rp. 35.000.000,00 tiga puluh lima juta rupiah untuk setiap tahun. Data lain yang juga diambil dari PTX adalah data beasiswa. Data beasiswa terutama bagi mahasiswa yang kurang mampu dari PTX disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2 Data penerimaan pembayaran biaya pendidikan mahasiswa baru program sarjana S1 reguler dalam rupiah. Jenis Penerimaan Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 SPPsmstr 551.893 1.270.818 1.335.110 1.361.637 3.199.305 SPPtahun 986.780 2.541.636 2.670.220 2.723.274 6.398.610 SPP UPsmt 551.893 1.809.731 2.498.930 2.590.398 4.270.105 SPP UPthn 1.103.786 3.619.462 4.997.860 5.180.796 8.540.210 296 Tabel 3, Biaya operaisonal untuk menghasilkan seorang lulusan Program sarjana S1. Biaya oprasional Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Minimum 19.000.000 21.000.000 22.000.000 24.000.000 25.000.000 Maksimum 27.000.000 29.000.000 31.000.000 33.000.000 35.000.000 Rata-rata sebagai acuan 23.000.000 25.000.000 26.000.000 28.000.000 30.000.000 30 dari acuan sebagai beban masyarakat 6.900.000 7.500.000 7.950.000 8.550.000 9.000.000 Tabel 4, Rekapitulasi data beasiswa Jumlah beasiswa dan jumlah mahasiswa Tahun 03-04 04-05 05-06 06-07 07-08 08-09 Jumlah beasiswa dalam milyar rupiah 4,3 24,4 32,0 25,7 20,0 37,0 Jumlah mahasiswa penerima beasiswa jumlah orang 3.337 3.630 3.839 4.464 4.553 8.781 • Dari uraian sebagaimana di atas, serta analisa data pendukung pada butir 4, dapat disimpulkan beberapa hal seperti di bawah ini: 1. Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan memberikan kemungkinan kepada perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitasnya di tingkat internasional; 2. Beban biaya pendidikan tetap dapat dijaga di bawah 30 tiga puluh perseratus biaya operasional; 3. hasil unit komersial di perguruan tinggi terutama dari kegiatan riset dan kerjasama, dapat digunakan untuk peningkatan pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang kurang mampu; 4. penggunaan anggaran pemerintah di bidang pendidikan sebesar 20 dua puluh perseratus dari total APBN dapat lebih difokuskan kepada pendidikan dasar dna menengah; 5. Peningkatan kualitas perguruan tinggi menjadi tugas dna tanggungjawab perguruan tinggi tersebut terutama dari hasil commercial ventures tanpa membenani APN terlalu besar. 297 • Dengan demikian, secara menyeluruh keberadaan UU BHP sangat diperlukan untuk memberikan kemungkinan perguruan tinggi meingkatkan kualitasnya di tingkat internasional dengan tetap menjaga beban masyarakat hanya menanggung 30 tiga puluh perseratus sebagaimana ditetapkan dalam UU BHP. Kemungkinan meningkatannya kemampuan pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang kurang mampu.

6. Ahli Prof. Dr. Arifin .P.Soeria Atmadja