Saksi Dr. Suharyadi, S.E. Saksi Nurdin Rivai,S.E.

285 • Bahwa dengan UU BHP tidak ada pemindahan status PNS menjadi pegawai BHP yang ada adalah PNS yang ada di satuan pendidikan dimaksud akan menjadi PNS DPK di BHP yang bersangkutan. • Bahwa benar pendidikan adalah public goods tetapi tidak benar kalau dikatakan dengan berstatus sebagai badan hukum perdata sifat dari public goods menjadi berubah seperti jalan tol adalah public goods tetapi badan pengelolanya adalah badan hukum perdata; • Bahwa tidak benar dengan BHP maka terjadi komersialisasi pendidikan karena dalam komersialisasi dikandung pengertian ketika mendapat sisa hasil usaha, maka sisa hasil usaha dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan BHP tidak didesain atas dasar saham.

2. Saksi Dr. Suharyadi, S.E.

• Sebagai Rektor Universitas Mercu Buana, dari awal berdirinya diberikan otonomi penuh oleh yayasan untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut proses pendidikan, dan dengan otonomi memberikan keleluasaan untuk melakukan berbagai proses pendidikan sesuai yang diinginkan sehingga Universitas Mercu Buana berkembang dengan sangat bagus. • Sebagai salah satu Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Seluruh Indonesia, saksi mengetahui berbagai hal yang terjadi di beberapa perguruan tinggi swasta yang cukup banyak tidak memiliki otonomi karena semua dikendalikan oleh yayasan; • Dengan Pasal 47 UU BHP, perguruan swasta justru mengharapkan agar pembatasan-pembatasan di perguruan tinggi negeri betul-betul bisa dilaksanakan sehingga otonomi dalam BHP bisa dikendalikan agar tidak merugikan masyarakat.

3. Saksi Nurdin Rivai,S.E.

• Bahwa Yayasan Nusa Jaya yang diketuai saksi telah menerapkan tata kelola sebagaimana yang dikenalkan oleh UU BHP, dan dengan tata kelola tersebut ternyata yayasan telah berhasil menurunkan biaya pendidikan karena yayasan menerapkan comercial ventures dalam tata kelola tersebut; • Yayasan Nusa Jaya yang mengadopsi tata kelola dalam BHP banyak memberikan konstribusi terutama berkurangnya beban dari masyarakat dan mahasiswa. 286 • Komersialisasi perguruan tinggi sangat mungkin terjadi sebelum diterapkannya UU BHP karena belum terjadi perubahan paradigma, perguruan-perguruan tinggi masih mengandalkan SPP dan iuran-iurna lain untuk operasional; • Perguruan-perguruan tinggi juga gagal quote and quote membantu mahasiswanya untuk mempunyai peningkatan finansial untuk membiayai pendidikannya. Artinya semangat enterpreunial belum sepenuhnya dikembangkan di perguruan tinggi. Hal ini berbeda dengan UU BHP yang memberikan manfaat ganda bagi pengurangan beban masyarakat dna bagi kemandirian pendidikan itu sendiri;

4. Saksi Dr.H.Fathoni Rodli,M.Pd