Saksi Pengelola Yayasan Al Ghifari

178 15. Bukti P-15 : Fotokopi Anggaran Pernyataan Keputusan Rapat Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana tentang Penggantian Ketua Pengurus dan Dua Anggota Pembina, Nomor 15, tertanggal 24 Agustus 2006 oleh Yenny Evangeline Manopo,S.H., Notaris di Salatiga, yang telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 95, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 9 tanggal 30 Januari 2007; 16. Bukti P-16 : Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi; 17. Bukti P-17 : Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 021PUU- IV2007 tertanggal 22 Februari 2007; 18. Bukti P-17A : Fotokopi daftar nama sekolah dan perguruan tinggi yang bernaung di bawah Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar; 19. Bukti P-17B : Fotokopi daftar nama sekola yang bernaung di bawah Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik IndonesiaDikdasmen PGRI provinsi seluruh Indonesia; 20. Bukti P-17C : Fotokopi daftar nama perguruan tinggi yang bernaung di bawah Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik IndonesiaPerguruan Tinggi PGRI seluruh Indonesia; 20. Bukti P-17D : Fotokopi daftar nama yayasan yang bernaung di bawah Konferensi Waligereja Indonesia; 21. Bukti P-17E : Fotokopi daftar nama yayasan yang bernaung di bawah Majelis Pendidikan kristen di Indonesia. Disamping mengajukan bukti surat atau tulisan Pemohon Perkara 126PUU-VIII2009 juga mengajukan seorang saksi dan 7 tujuh orang ahli sebagai berkut:

1. Saksi Pengelola Yayasan Al Ghifari

• Selama saksi menjalankan yayasan, badan wakaf maupun badan perkumpulan berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada hambatan apa pun. 179 Kemudian juga, harus mengakomodasi sejarah keberanekaragaman pendirian yayasan, ada perorangan, ada perkumpulan, ada badan wakaf yang semuanya memerlukan gerak dan langkah yang berbeda, tetapi menuju satu tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa; • Mengenai jasa para yayasan, diakui atau tidak, telah melahirkan anak bangsa di seluruh Indonesia baik yang ada di kota, di daerah maupun di daerah terpencil. Ini semuanya sangat menyinggung dan mengiris perasaan para pendiri yayasan. Andaikata dihadapkan pada beberapa persoalan, sebenarnya yayasan sudah mulai tenang dengan lahirnya Undang-Undang Yayasan karena sebagaimana dimaklumi selama berdialog dengan teman- teman para ketua yayasan mereka sangat tersentak, jangankan untuk memikirkan BHP, memikirkan perubahan akta notaris dari yang sebelumnya sampai batas waktu 20 Oktober 2008. Ribuan yayasan terutama yang ada di Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama, dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Apa jadinya kalau Madrasah IbtidaiyahMadrasah Tsanawiyah yang dikelola oleh para Ustadz, kemudian sekarang harus menyesuaikan dengan undang-undang yang terbaru. Ini mohon kajian semua pihak. Oleh Karena itu, sebetulnya agak tenang awalnya dengan melihat Pasal 1 angka 5 UU BHP bahwa yayasan, badan wakaf, badan perkumpulan yang sudah mendirikan pendidikan formal, diakui sebagai badan hukum pendidikan. Tidak ditambah dengan Pasal 67 UU BHP, harus menyesuaikan tata kelolanya, selambat-lambatnya enam tahun. Tata kelola ini akan seperti apa bentuknya? Inilah yang menjadi bahan pemikiran bagi pengurus yayasan. Di samping itu, yang perlu dipikirkan, bukan hanya soal undang-undangnya tetapi bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Di dalam beberapa pasal dalam UU BHP meskipun tidak ada dikotonomi antara negeri dan swasta khusus di pendidikan tinggi belum ada satu pasal pun yang mengatur tentang pendanaan pendidikan tinggi; • Saksi mengusulkan, sebaiknya badan hukum pendidikan tidak diberlakukan untuk swasta, mungkin lebih cocok untuk perguruan tinggi negeri dan sekolah negeri. Tetapi untuk swasta, diberikan hak hidup sebagaimana pendirian yayasan yang beranekaragam. Bisa dibayangkan kalau yayasan itu didirikan perorangan, asalnya dari menjual sawah, tanah, kebun, kemudian tiba-tiba beralih. Untung masih yang berupa perkumpulan, apakah gereja, apakah 180 orang-orang Islam? Kemudian juga tentang badan wakaf, bagaimana yang tadinya seseorang mau mewakafkan tanah untuk tujuan tertentu kemudian dialihkan juga. mohon dipikirkan secara matang dengan hati nurani, tidak berarti menentang tetapi secara nurani berbicara bahwa pendidikan ini adalah untuk kemajuan bangsa. Kenapa Pemerintah ini tidak memikirkan terlebih dahulu bukan soal badan hukumnya tetapi pemerataan pendidikan yang selama ini kita inginkan seperti itu. Oleh karena itu, karena sudah dibahas oleh yang terdahulu, Saksi hanya menitipkan nurani ini kepada Mahkamah agar mengkaji kembali manfaat dan mudaratnya keberadaan Undang-Undang BHP mumpung jangka waktu enam tahun untuk menyesuaikan sampai dengan tahun 2015;

2. Ahli Fajrul Falaakh,S.H.,M.A.,M.Sc.