Ahli Dr. Anggani Sudono, M.A. Ahli Dra. Nurdiana Dini, M.Si.

308 dari perguruan tinggi sebagai mata pencarian tetap bagi para pengurus yayasan, mempertahankan eksklusivisme yang berujung anti transpanransi dan anti otonomi , anti akuntabilitas, dan anti demokratisasi perguruan tinggi baik di bidang akademik maupun nonakademik. • Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa tujuan menjadikan perguruan tinggi baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi badan hukum pendidikan, tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai subjek hukum agar dapat mempertahankan hak dan kewajiban hukumnya dalam pergaulan hukum rechtsverhouding , serta memiliki otonomi dibidang akademik dan non akademik, akan tetapi yang lebih utama, adalah agar badan hukum pendidikan sebagai pelaksana dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur serta mulia Pancasila dan UUD 1945, dapat secara utuh berkiprah sebagai subjek hukum untuk menghilangkan diskriminasi, perlakuan sama di hadapan hukum bagi setiap warga negara yang merupakan salah satu hak asasi manusia, menciptakan kepastian hukum dan perlindungan, meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di negara Republik Indonesia berasaskan falsafah Pancasila. dan UUD 1945.

7. Ahli Dr. Anggani Sudono, M.A.

• Anak usia dini memiliki karakteristik yang khusus yaitu belajar dengan bermain atau tidak dapat belajar secara terstruktur, hanya diberikan dengan cara yang formal tetapi belajarnya tetap dengan bermain; • Anak usia dini belajar dengan menggunakan seluruh pancainderanya dan berinteraksi dengan temannya dan mempunyai konsep yang positif, artinya kalau dirinya berhasil maka dirinya positif, sebaliknya dia tidak suka kegagalan, kalau dirinya gagal menyebabkan tidak bisa berkembang dengan maksimal; • Masa usia dini adalah masa emas, dimana anak usia dini dapat menggunakan semua potensinya karenanya tidak bisa dimasukkan sebagai pendidikan yang terstruktur;

8. Ahli Dra. Nurdiana Dini, M.Si.

• Pasal 28 ayat 1 UU Sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, informal dan nonformal, 309 hanya yang menjadi pertanyaan kalangan perguruan tinggi adalah mengapa lembaga PAUD dikategorikan formal, informal, dan nonformal seperti di taman kanak-kanak atau raudatul atfal disebut dengan PAUD formal karena memiliki guru, administrasi, sarana, dan prasarana seperti yang dimiliki di persekolahan, sementara di taman penitipan anak TPA yang disebut dengan PAUD nonformal apakah tidak ada guru, sarana, prasarana, dan administrasi seperti yang di formal; • Hal yang penting bagi lembaga pendidikan taman kanak-kanak adalah bahwa anak usia dini tidak dikotakkan ke dalam jalur-jalur formal, informal, dan nonformal, karena esensi pelayanan bagi anak usia dini harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhannya agar sesuai dengan tahap perkembangannya; [2 .1 7 ] Menimbang bahwa para Pemohon telah menyerahkan kesimpulan, masing-masing pada pokoknya tetap pada pokok permohonannya; [2 .1 8 ] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini, segala sesuatu yang terjadi di persidangan cukup ditunjuk dalam berita acara persidangan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam putusan ini; 3 . PERTIMBANGAN HUKUM [3 .1 ] Menimbang bahwa dalam perkara a quo para Pemohon dan maksud permohonannya adalah sebagai berikut: [3.1.1] Bahwa para Pemohon dalam Perkara Nomor 11PUU-VII2009 adalah Aep Saepudin Pemohon I , Kristiono Iman Santoso Pemohon II, Sandi Sahrinnurrahman, S.TP, Pemohon III , Mega Yuliana Lukita BT Luki Pemohon IV, Da’i, Pemohon V, A. Shalihin Mudjiono, Pemohon VI, Eruswandi Pemohon VII, Utomo Dananjaya Pemohon VIII, RR. Citra Retna S Pemohon IX, Yanti Sriyulianti Pemohon X, Suparman , Pemohon XI, melalui kuasa hukumnya Emir Zullarwan Pohan, S.H., Gatot Goei, S.H., Adinda Aditha, S.H., Achmad Khadafi Munir, S.H., M.H., A.Wakil Kamal, S.H., M.H., dan Rezekinta Sofrizal, S.H.; 310 [3.1.2] Bahwa para Pemohon mengajukan permohonan pengujian konstitusionalitas pasal-pasal dan ayat-ayat: • Pasal 6 ayat 1, • Pasal 6 ayat 2, • Pasal 7 ayat 2, • Pasal 9, • Pasal 11 ayat 2, • Pasal 12 ayat 1 huruf c sepanjang frasa, “yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya”; • Pasal 12 ayat 1 huruf d sepanjang frasa, “...bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya”; • Pasal 12 ayat 2 huruf b, • Pasal 24 ayat 3, • Pasal 46 ayat 1 sepanjang kata “...dan masyarakat”; • Penjelasan Pasal 46 ayat 1 sepanjang frasa, “...dan sumber pendanaan pendidikan dari masyarakat mencakup antara lain sumbangan pendidikan, hibah, wakaf, zakat, pembayaran nadzar, pinjaman, sumbangan perusahaan, keringanan dan penghapusan pajak untuk pendidikan, dan lain-lain penerimaan yang sah”; • Pasal 47 ayat 2 sepanjang kata, “...dan masyarakat” dan frasa, “...sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”, • Pasal 56 ayat 1, • Pasal 56 ayat 2, • Pasal 56 ayat 3 sepanjang frasa, “... dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan...” dan frasa “...dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta...”, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan 311 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301, selanjutnya disebut UU Sisdiknas; [3.1.3] Bahwa di samping itu, para Pemohon dalam Perkara Nomor 11PUU- VII2009, juga memohon pengujian konstitusionalitas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4965, selanjutnya disebut UU BHP, terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945, yang selengkapnya mencakup bagian-bagian sebagai berikut: • konsiderans Menimbang huruf b sepanjang frasa, “... dapat mengelola dana secara mandiri” , • Pasal 4 ayat 1, • Pasal 37 ayat 4, ayat 5, dan ayat 6, • Pasal 37 ayat 7 sepanjang kata “pendapatan”, • Pasal 38 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, • Pasal 40 ayat 2 sepanjang frasa, “...dan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan,” • Pasal 40 ayat 3 sepanjang frasa, “...menyediakan anggaran untuk...” , • Pasal 41 ayat 2 sepanjang frasa, “...dan masyarakat dapat...” dan kata, “bantuan”, • Pasal 41 ayat 4, sepanjang frasa, “...sesuai dengan kewenangannya menanggung paling sedikit 13 satu pertiga...” dan frasa, “berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan” , • Pasal 41 ayat 5 sepanjang frasa, “...bersama-sama dengan BHPP...” dan frasa, “...berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan” , 312 • Pasal 41 ayat 6 sepanjang frasa, “...bersama-sama dengan BHPP...”, frasa, “...paling sedikit ½ satu perdua...” dan frasa, “...berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan”, • Pasal 41 ayat 7, ayat 8, dan ayat 9, • Pasal 42 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, ayat 6, dan ayat 7, • Pasal 43 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5, • Pasal 44 ayat 1 sepanjang frasa, ”...sesuai dengan kewenangannya...”, frasa, “...dalam menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar...” dan frasa, “...sesuai dengan standar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan” , • Pasal 45 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, • Pasal 46 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5, Keseluruhan pasal-pasal UU Sisdiknas dan UU BHP yang dimohonkan pengujian memuat ketentuan mengenai kewajiban masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan dan mengurangi tanggung jawab negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang menurut para Pemohon bertentangan dengan Pasal 28I ayat 2 dan Pasal 31 UUD 1945 yang menjamin hak untuk tidak diperlakukan diskriminatif dan hak atas pendidikan; [3.1.4] Bahwa para Pemohon dalam Perkara Nomor 14PUU-VII2009 adalah Aminudin Ma’ruf Pemohon I, Naufal Azizi Pemohon II, Senja Bagus Ananda Pemohon III, yang memberikan kuasa kepada Saleh, S.H., dan Soliudin, S.HI.; [3.1.5] Bahwa para Pemohon mengajukan permohonan pengujian Pasal 41 ayat 5, ayat 6, ayat 7, dan ayat 9, Pasal 46 ayat 1 dan ayat 2, UU Sisdiknas dan Pasal 57 huruf a, huruf b, dan huruf c UU BHP terhadap UUD 1945. Keseluruhan pasal-pasal UU Sisdiknas dan UU BHP yang dimohonkan pengujian tidak memuat ketentuan yang mewajibkan negara untuk menanggung biaya operasional dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi sehingga para Pemohon merasa terhalangi haknya melanjutkan pendidikan tinggi karena mahalnya biaya pendidikan; 313 [3.1.6] Bahwa para Pemohon dalam Perkara Nomor 21PUU-VII2009 adalah Yura Pratama Yudistira Pemohon I, Fadiloes Bahar Pemohon II, Lodewijk F. Paat, Pemohon III, Jumono Pemohon IV, Zaenal Abidin Pemohon V, Yayasan Sarjana Wiyata Tamansiswa Pemohon VI, Sentra Advokasi Untuk Pendidikan Rakyat SAHdaR Pemohon VII, Pusat Kajian Belajar Masyarakat PKBM ”Qaryah Thayyibah” Pemohon VIII, Serikat Rakyat Miskin Kota Pemohon IX, yang memberikan kuasa kepada Taufik Basari, S.H., S. Hum., LL.M., Indriaswati D. Saptaningrum, S.H.,LL.M, Ricky Gunawan, S.H., Dr. Andri G.Wibisana, S.H.,LL.M., Dhoho Ali Sastro, S.H., Illian Deta Arta Sari, S.H., Supriyadi Widodo Eddyono, S.H., Emerson Yuntho, S.H., Wahyu Wagiman, S.H., Febri Diansyah,S.H., Virza Roy Hizzal, S.H.,M.H., dan Intan Kumala Sari,S.H., [3.1.7] Bahwa para Pemohon dalam Perkara 21PUU-VII2009 mengajukan permohonan pengujian Pasal 53 ayat 1 UU Sisdiknas dan seluruh pasal dalam UU BHP terhadap UUD 1945. Pasal 53 ayat 1 UU Sisdiknas dan UU BHP yang dimohonkan pengujian memuat ketentuan mengenai direduksinya fungsi negara di bidang pendidikan karena menurut UUD 1945, pendidikan merupakan public goods atau barang publik sehingga pemerintah merupakan aktor utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pemerintah tidak boleh mengurangi fungsi dan tanggung jawabnya karena bertentangan dengan Pasal 1 ayat 3, Pasal 28C ayat 1, Pasal 28D ayat 1, Pasal 28E ayat 1, Pasal 28I ayat 2, Pasal 31 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 UUD 1945; [3.1.8] Bahwa para Pemohon dalam Perkara Nomor 126PUU-VII2009 adalah Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Asosiasi BPPTSI atau ABPPTSI sebagai Pemohon I, Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia Yayasan Yarsi sebagai Pemohon II, Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar sebagai Pemohon III, Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi’iyah sebagai Pemohon IV, Yayasan Trisakti sebagai Pemohon V, Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila sebagai Pemohon VI, Yayasan Universitas Surabaya sebagai Pemohon VII, Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan YMIK sebagai Pemohon VIII, Yayasan Universitas Profesor Doktor Moestopo sebagai Pemohon IX, Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia YPLP-PGRI sebagai Pemohon X, Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia sebagai Pemohon XI, Yayasan Mardi Yuana sebagai Pemohon XII, Majelis Pendidikan Kristen Di Indonesia 314 MPK sebagai Pemohon XIII, Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana YPTK Satya Wacana sebagai Pemohon XIV yang memberikan kuasa kepada Dr. Luhut M.P.Pangaribuan, S.H., LL.M, Leonard P. Simorangkir, S.H., Bachtiar Sitanggang, S.H.; [3.1.9] Bahwa para Pemohon Perkara Nomor 126PUU-VII2009, mengajukan permohonan pengujian Pasal 1 angka 5 sepanjang frasa, “...dan diakui sebagai badan hukum pendidikan” , Pasal 8 ayat 3 sepanjang frasa, “...dan diakui sebagai BHP Penyelenggara,” Pasal 10, Pasal 14 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, Pasal 15 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6, Pasal 16, Pasal 17 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, Pasal 18 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5, Pasal 19 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, Pasal 20 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5, Pasal 21 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, Pasal 22, Pasal 23 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 24 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, Pasal 25 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 26 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, Pasal 27, Pasal 28 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 29 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, Pasal 30, Pasal 31 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 32 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6, Pasal 33 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, Pasal 34, Pasal 35 ayat 1, ayat 2, Pasal 62 ayat 1, Pasal 67 ayat 2, dan ayat 4, UU BHP terhadap UUD 1945. Keseluruhan pasal-pasal dalam UU BHP yang dimohonkan pengujian memuat ketentuan mengenai keberadaan yayasan, perkumpulan, wakaf, yang menurut para Pemohon bertentangan dengan Pasal 27 ayat 1, Pasal 28A, Pasal 28C ayat 1 dan ayat

2, Pasal 28D ayat 1, Pasal 28E ayat 3, Pasal 28G ayat 1, dan Pasal 28I