265 persoalan yuridis. sedangkan kalau berbentuk badan hukum tanpa menyebut
secara spesifik jenisnya, maka penyelenggara pendidikan bisa jadi berbentuk yayasan, perseroan terbatas, atau bahkan koperasi, yang mempunyai
konstruksi hukum masing-masing dalam statusnya sebagai badan hukum yang dalam praktiknya sering timbul persoalan seperti yang terjadi di sebuah
Universitas di Sumatra Utara, Universitas Trisakti, Universitas Taruma Negara, Universitas Pancasila dan sebagainya.
DPR mengusulkan badan hukum yang menyelenggarakan pendidikan merupakan suatu badan hukum yang mempunyai kekhasan tersendiri yang
berbeda dengan yayasan, perseroan terbatas, atau koperasi, yang disebut dengan Badan Hukum Pendidikan.
Bentuk badan hukum pendidikan yang mempunyai kekhasan tersendiri tersebut bertujuan untuk memberikan
landasan yuridis yang kuat bagi penyelenggara pendidikan, membentuk lembaga pendidikan tinggi yang mandiri otonom, berwibawa, kredibel, dan
akuntabel. Perdebatan DPR dan Pemerintah dapat terlihat dalam risalah Rapat
Panja Ke-13 tanggal 24 Maret 2003 sebagai berikut: PEMERINTAH
Prof. Suyanto,
”Jadi satuan
Pendidikan tinggi
diselenggarakan oleh Pemerintah, perkumpulan, atau badan hukum dengan penjelasan penyelenggaraan pendidikan oleh Pemerintah bentuknya adalah
Badan Hukum Milik Negara BHMN”
F.PPP Lukman Hakim Saifuddin, ”
Karena di situ ada kata perkumpulan, perkumpulan itu tidak jelas subjek hukumnya itu siapa, sehingga sebaiknya
memang harus berbadan hukum, jangan seperti kasus Trisakti yang sekarang sulit dan tidak jelas
.”
Ketua Rapat: Ir. Heri Akhmadi, ”DPR melihat ke depan, jadi dengan adanya
UU Yayasan juga menimbulkan berbagai persoalan di daerah, karena itu DPR mengambil Iangkah bahwa untuk menyelesaikan itu kita bentuk suatu badan
hukum pendidikan, jadi ini memamg Iangkah antisipasi ke depan.”
F. Reformasi : Prof. DR. Ir. Muhammadi, ”Pada waktu ini memang ada tiga
bentuk alternative yang dapat kita lakukan, Pertama yayasan, yayasan itu
266 dalam diskusi dengan perguruan tinggi terutama swasta itu tidak cocok,
sangat sukar kalau pendidikan tinggi dikelola yayasan, meskipun diatur demikian oleh Peraturan Pemerintah, lalu yang kedua diatur oleh badan yang
besifat sosial, badan yang bersifat sosial ini ada kesulitan karena tidak merupakan badan hukum, kalau PT juga harus ditolak, karena PT kan
motifnya problem, itu mengapa dalam pemikiran kita DPR RI perlu menciptakan badan hukum tersendiri. Jadi pola yang semacam inilah yang
sebetulnya ini dituangkan dalam UU pendidikan ini yang kita sebut Badan Hukum Pendidikan.”
F.PPP : H. Lukman Hakim Saifudin, ”Tapi sebenarnya konsep sebenarnya
idenya itu institusi pendidikan berbadan hukum. Jadi siapa pun yang menyelenggarakan pendidikan itu ya dia harus berbadan hukum. Sebagai
subjek hukum jelas, tidak bisa lagi hanya perseorangan apalagi kelompok- kelompok perkumpulan yang tidak jelas siapa penanggung jawabnya kalau
ada di tempat hukum ini tidak jelas subjek hukumnya siapa ? Nah jadi kalau memang idenya seperti itu maka sebenarnya istilah badan hukum pendidikan
ini memang perlu kita sempurnakan mengatur bahwa siapapun institusi yang menyelenggarakan pendidikan itu harus berbadan hukum.”
Risalah Rapat Panja ke 14 dan 15 tanggal 25 Maret 2003 Ketua Rapat:
Prof. Dr. H. Anwar Arifin, ”Teman-teman di DPR di komisi ini Komisi X
ingin menambahkan satu realitas sekarang ini bahwa badan hukum yang namanya yayasan yang selama ini menjadi badan hukum yang
menyelenggarakan pendidikan itu dianggap tidak lagi memadai di dalam proses pengembangan kelembagaan pendidikan itu, khususnya pada tingkat
pendidikan tinggi, karena itu dipikirkan pengertian badan hukum pendidikan ini, itu yang saya tangkap. Ini memang sudah langkah antisipasi, jadi langkah
terobosan. Jadi ini dicoba digali oleh DPR RI untuk mengatasi segala macam persoalan. Saya ini bekas rektor di universitas yang kacau antara Rektor
dengan rektorat punya yayasan yang sampai saat ini belum selesai, juga di beberapa tempat lain, Trisaktilah yang paling terkenal, kita mengalami nasib
yang sama. DPR juga menerima sejumlah utusan yang merasa sulit dengan UU Yayasan yang ada sekarang. Jadi perlu ada suatu terobosan untuk semua
lembaga pendidikan itu diatur oleh badan hukum itu sendiri. Dan ini merupakan salah satu yang ingin ikut menyelesaikan berbagai kemelut yang
267 terjadi di dunia pendidikan. Berdasarkan laporan IKK bahwa yang bermasalah
di Jakarta ini sekarang tidak hanya Trisakti, tapi juga Tarumanegara, Pancasila, dan berbagai macam lainnya. Masalahnya yayasan yang dulu tidak
lagi bisa menampung dinamika yang ada.”
Pemerintah:
”Usulan tentang suatu bentuk baru dalam dunia pendidikan adalah suatu hal yang tidak bisa ditunda-tunda lagi karena keberadaan suatu lembaga
pendidikan harus mempunyai tuntutan suatu visi yang cukup, kemandirian yang cukup untuk mengambil keputusan dan sentral karena itu bentuk yang
terbaik menurut kami dan Pemerintah juga adalah dalam bentuk badan hukum pendidikan. Kemudian Pemerintah menjelaskan mengapa harus
membentuk suatu badan hukum pendidikan, pertama, sudah menjadi tuntutan perubahan
global di mana setiap negara itu sudah ada perubahan perguruan tinggi yang semula seperti sekarang ini dan sekarang sudah badan hukum yang terakhir
adalah negara Jepang, disana semua satuan pendidikan itu berbadan hukum. Jadi tujuan yang hendak dicapai sebenarnya adalah memposisikan lembaga
pendidikan tinggi sebagai lembaga yang mempunyai wibawa, kredibel dan bertanggung jawab. Pemerintah mencontohkan sebelum lembaga pendidikan
tinggi misalnya kalau negeri, maka dia berada di bawah Depdiknas yang birokratis, kaku tidak bisa mengikuti perkembangan secara umum. Dan kalau
dia berbadan swasta selalu ada persoalan antara yayasan dan perguruan tinggi karena hal tersebut merupakan dua hal yang berbeda. Kita ingin
menyatukan itu semua di mana semua unsur pendidikan berbadan hukum dalam satu kesatuan.”
E. Risalah Rapat Pembahasan RUU Tentang Badan Hukum Pendidikan.