Ahli Yulia Bambang, SP.d., M.Pd Ahli Dra. Rahmintha. P. Soendjojo., PSI.

223 4. Bukti P-4 : Fotokopy Pungutan dana dari masyarakat di lingkup pendidikan dasar; 5. Bukti P-5 : Fotokopi laporan ke Polisi oleh penyelenggara pendidikan dasar terhadap orang tua peserta didik; Bahwa di samping mengajukan bukti-bukti tertulis, para Pemohon juga telah mengajukan dua orang ahli yang keterangannya sebagai berikut:

1. Ahli Yulia Bambang, SP.d., M.Pd

• Bahwa anak usia dini adalah anak usia 0 sampai dengan 6 tahun. Pasal 28 UU Sisdiknas menyebutkan bahwa bentuk pelayanannya taman kanak- kanakraudatul athfal adalah formal, kelompok bermaintaman penitipan anak adalah non formal, pendidikan keluarga atau sederajat namanya informal. Namun, dalam pengelolaan PAUD di Indonesia dibatasi dengan PAUD formal dan non formal. Hal ini menyebabkan timbulnya konflik di masyarakat terutama para pengelola taman kanak-kanak dan guru taman kanak-kanak, yang menurut pendapatnya bahwa PAUD non formal adalah anak usia 1,2,3 dan 4 tahun. • Bahwa PAUD adalah untuk anak usia 0 sampai 6 tahun dan pengelolaannya harus berkesinambungan, tidak dibatasi oleh adanya formal dan non formal. Dengan demikian anak usia dini sifatnya non formal kalau. Kalau begitu apabila diformalkan berarti: 1. Harus mengikuti kaidah-kaidah pendidikan formal yang apabila masuk ke lembaga formal berarti anak tersebut harus melalui tes, evaluasi dan hasil kelulusan; 2. Formal, berarti masuk ke dalam kategori pendidikan dasar, sementara pendidikan dasar dimulai dari usia 7 tahun. 3. PAUD diformalkan berarti anak tidak boleh masuk sekolah dasar bila tesnya tidak lulus. Menurut ahli, taman kanak-kanak adalah taman bermain anak. Taman bermain berarti non formal. Sebagai ahli dalam pengelolaan taman bermain sebaiknya taman kanak-kanak adalah PAUD non formal sehinga mengelola anak usia nol sampai enam tahun adalah pendidikan non formal. 224

2. Ahli Dra. Rahmintha. P. Soendjojo., PSI.

• Bahwa adanya inkonsistensi mengenai Pasal 28 UU Sisdiknas dalam pendidikan usia dini yang nonformal dan formal. Definisi pendidikan anak usia dini yang telah disepakati ditingkat internasional dikatakan bahwa pendidikan anak usai dini merupakan sebuah bentuk pendidikan dan pengasuhan bagi anak usia 0 hingga 8 tahun. Anak baru lahir hingga SD awal kelas dua atau tiga. • Pendidikan dan pengasuhan tersebut dapat berupa pengasuhan bagi bayi dalam bentuk child care atau tempat penitipan anak, kemudian pendidikan anak usia balita satu sampai tiga tahun kemudian disebut lagi playgroup atau kelompok bermain untuk usia empat lima, dan kemudian kindergarden atau atau taman kanak-kanak usia lima enam tahun, dan SD awal dimulai dengan tujuh tahun ke atas. • Di sini jelas bahwa pendidikan anak usia dini mencakup mulai pelayanan bagi bayi hingga anak sekolah dasar dan pembagian bentuk pelayanan betul-betul hanya mengacu pada usia, tidak dibedakan atas jalur formal, nonformal ataupun informal. • Apabila kita memperhatikan karakteristik dari sasaran pendidikan anak usia ini sendiri baik dari aspek fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional maka bentuk stimulasi yang tepat harus bersifat sangat fleksibel, penuh dengan kegiatan bermain. Stimulasi seperti ini tentunya besifat terstruktur yang tidak terstruktur atau artinya memiliki perencanaan yang baik namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kondisi anak pada saat itu, sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan dari perencanaan semula. • Kondisi seperti ini hanya dapat terjadi apabila pendidikan dan pengasuhan anak usia dini dilaksanakan secara nonformal. Anak usia dini harus distimulasi secara tepat agar berkembang secara optimal, bukan untuk semata-mata dilatih mencapai kemampuan tertentu yang kemudian di tes untuk melihat sejauh mana anak tersebut mencapai kemampuan tersebut. Cara-cara seperti ini merupakan bentuk-bentuk pendidikan yang bersifat formal. • Dalam pendidikan formal kita melihat adanya perencanaan yang mangacu pada kurikulum yang sudah baku dilaksanakan dengan tata cara yang diatur 225 dan dilakukan evaluasi dan penilaian yang umumnya berupa tes formal dan cara-cara seperti ini, karakteristik pendidikan seperti ini tentulah tidak cocok untuk anak usia 0 sampai 6 tahun. Sehingga kembali ahli tegaskan bahwa pendidikan anak usia dini haruslah pendidikan yang bersifat nonformal. [2 .1 4 ] Menimbang bahwa, Mahkamah telah mendengar keterangan Dewan Perwalian Rakyat DPR kemudian diikuti dengan keterangan tertulis yang pada pokoknya sebagai berikut. A. Ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, yang dimohonkan Pengujian terhadap UUD 1945. 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Para Pemohon Perkara Nomor 11PUU-VII2009, Nomor 14PUU- VII2009 dan Nomor 21PUU-VII2009 dalam permohonannya mengajukan pengujian atas Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 7 ayat 2, Pasal 9, Pasal 11 ayat 2, Pasal 12 ayat 1 huruf c dan huruf d, Pasal 12 ayat 2 huruf b, Pasal 24 ayat 3, Pasal 46 ayat 1 dan Penjelasannya, Pasal 47 ayat 2, Pasal 53 ayat 1 dan Pasal 56 ayat 2 dan ayat 3 yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 6 1 Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. 2 Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Pasal 7 ayat 2, ”Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Pasal 9, ” Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.” Pasal 11 ayat 2, ”Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima betas tahun.” 226 Pasal 12 ayat 1, ”Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: ... c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya”. 2 Setiap peserta didik berkewajiban: …b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 24 ayat 3 “Perguruan tinggi dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitaspublik. Pasal 46 ayat 1, “Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat. Penjelasan Pasal 46 ayat 1, ”Sumber pendanaan pendidikan dari pemerintah meliputi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, dan sumber pendanaan pendidikan dari masyarakat mencakup antara lain sumbangan pendidikan, hibah, wakaf, zakat, pembayaran nadzar, pinjaman, sumbangan perusahaan, keringanan dan penghapusan pajak untuk pendidikan, dan lain-lain penerimaan yang sah” Pasal 47 ayat 2, ”Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.” Pasal 53 ayat 1, ”Penyelenggara danatau satuan pendidikan formal yang dikirim oleh Pemerintah atau Masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan” Pasal 56 ayat 2 ”Dewan Pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam penguatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga sarana dan 227 prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, provinsi, dan kabupatenkota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.” ayat 3 ”Komite sekolahmadrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam penguatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum