179 beberapa  siswa  yang  dominan  dan  ada  pula  siswa  yang  pasif  saat
diskusi  berlangsung.  Hal  tersebut  sesuai  dengan  pernyataan  Sri Anitah  dkk.  2010:  5.22  bahwa  kekurangan  metode  diskusi
diantaranya  yaitu:  a relatif memerlukan waktu  yang cukup banyak, b apabila siswa tidak memahami konsep dasaar permasalahan maka
diskusi  tidak  akan  efektif,  c  materi  pelajaran  dapat  menjadi  luas, dan d yang aktif hanya siswa tertentu saja.
Berdasarkan  pemaparan  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa hambatan  yang  dialami  guru  dalam  melakukan  pendidikan  nilai
nasionalisme di kegiatan pembelajaran berkaitan dengan penggunaan metode.  Metode  pembelajaran  yang  digunakan  guru  memiliki
beberapa  kekurangan.  Kekurangan  metode  permainan  dan  ceramah yaitu  anak  belum  mengerti  definisi  unsur  nilai  nasionalisme  yang
diberikan    guru.  Padahal  siswa  sudah  mempraktekkannya. Sedangkan  pada  metode  diskusi  kekurangannya  adalah  pembagian
kelompok tidak merata.
b. Hambatan  pelaksanaan  pendidikan  nilai  nasionalisme  dalam
kegiatan pendukung
Berdasarkan  hasil  penelitian  diatas,  diketahui  bahwa  pihak sekolah  tidak  mengalami  kesulitan  dalam  melakukan  pendidikan  nilai
nasionalisme  kepada  siswa.  Terutama  di  kelas  3,  guru  dan  pihak sekolah  tidak  mengalami  kendala  yang  berarti  dalam  melakukan
180 pendidikan  nilai  nasionalisme  kepada  siswa  di  luar  kegiatan
pembelajaran. Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  seluruh  aspek  telah
dilaksanakan  dengan  baik.  Secara  keseluruhan  kegiatan-kegiatan  yang diselenggarakan  pihak  sekolah  sudah  berjalan  dengan  baik.
Pelaksanaannya sudah
disesuaikan dengan
keterampilan dan
kemampuan  siswa  berdasarkan  tahapan  perkembangannya  masing- masing.  Dimana  menurut  Rita  Eka  Izzaty,  dkk.  2008:  104  masa
kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini  dialami anak pada usia  6 tahun sampai masuk
ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun.  Pada  masa  ini  anak  sudah  matang  bersekolah  dan  sudah  siap
masuk sekolah dasar. Dari  pemaparan  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa  secara
keseluruhan pihak sekolah tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pendidikan  nilai  nasionalisme  kepada  siswa  melalui  kultur  sekolah.
Dalam pelaksanaannya, tidak dipungkiri bahwa ada juga kendala  yang dialami  guru  dan  pihak  sekolah.  Namun,  kendala  tersebut  masih  bisa
teratasi.  Sehingga,  pelaksanaan  pendidikan  nilai  nasionalisme  di  luar jam pelajaran di SD N Mejing dapat berjalan dengan baik.
181
c. Keterbatasan Penelitian
Dalam  penelitian  “Pendidikan  Nilai  Nasionalisme  dalam Pembelajaran  di  Kelas  III  SD  Negeri  Mejing  Kalibawang
”  masih  ada keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah dalam penelitian ini peneliti tidak
dapat  mengamati  aspek-aspek  nilai  nasionalisme  satu  persatu,  karena penelitian lebih difokuskan kepada proses pembelajarannya.
182
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pendidikan  nilai  nasionalisme  dalam  proses  pembelajaran  di  kelas  III  SD
Negeri Mejing dilakukan dalam tiga kegiatan pokok yaitu: a.
Kegiatan  awal,  meliputi  kegiatan  memotivasi  dan  menarik  perhatian siswa,
melakukan apersepsi
yang berhubungan
dengan nilai
nasionalisme,  serta  memberikan  acuan  terkait  dengan  penanaman  nilai nasionalisme.  Metode  yang  digunakan  dalam  kegiatan  awal  yaitu
penanaman,  keteladanan  guru,  fasilitasi,  pengembangan  keterampilan. Adapun  nilai  yang  diberikan  adalah  tanggung  jawab,  tidak  malu
bertanya,  menjaga  kelestarian  dan  keindahan  alam,  hafal  lagu kebangsaan  dan  lagu  daerah,  bangga  sebagai  anak  Indonesia,  serta
menghargai dan melestarikan kebudayaan. b.
Kegiatan inti,  yang dilakukan adalah penyampaian materi, tanya jawab, memberikan  penugasan,  memantau  dan  membimbing  siswa,  serta
membahas hasil pekerjaan siswa bersama-sama. Metode yang digunakan guru  untuk  dalam  pendidikan  nilai  nasionalisme  adalah  penanaman
diskusi,  bercerita,  permainan,  dan  ceramah  dan  pengembangan keterampilan.  Nilai  nasionalisme  yang  diberikan  adalah  toleransi,  sopan
santun,  gotong  royong,  menggunakan  barang-barang  produk  sendiri, tanggung  jawab,  menghargai  keindahan  alam,  kerja  sama,  dan  percaya
diri.