Hakikat Pembelajaran Pendidikan Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran

48 sebagainya, sementara kita lebih bangga pergi ke luar negeri. Yang penting adalah kita mengenali negeri kita dulu baru setelah itu banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari negeri ini untuk kita sendiri dan rakyat Indonesia pada umumnya. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa nilai nasionalisme mengandung beberapa unsur, yaitu rela berkorban, toleransi, tanggungjawab, sopan santun, gotong royong, menggunakan produk dalam negeri, serta hafal dengan lagu kebangsaan, lagu wajib dan lagu daerah.

C. Pendidikan Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran

1. Hakikat Pembelajaran

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008: 11. Proses belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Seorang bayi sudah menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Menurut Sugihartono, dkk., 2012: 74 belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan Sri Anitah W., dkk., 2010: 1.3 menjelaskan bahwa belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang 49 dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan orang yang sedang belajar itu. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses mental dan emosional yang dilakukan sepanjang hayat untuk memperoleh kompetensi, keterampilan, sikap, pengetahuan, dan pengalaman. Sugihartono, dkk., 2012: 80 menyatakan pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Nasution 2005 mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Sugihartono, dkk., 2012: 80. Menurut Winkel dalam Daryanto dan Muljo Rahardjo 2012: 212 pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian- 50 kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik. Pengaturan pembelajaran perlu dilakukan dengan seksama agar terjadi suasana belajar yang kondusif. Oleh karena itu, pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012: 212. Dewi Salma Prawiradilaga 2009: 136 menjelaskan hakikat pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isimateri ajar, strategi pembelajaran metode, media, waktu, sistem penyampaian, serta asesmen belajar. Strategi pembelajaran pada tahap perencanaan mengacu pada upaya secara strategis dalam memilih, menetapkan, dan merumuskan komponen-komponen pembelajaran. Tahap ini tercermin pada saat guru mengembangkan rancangan pembelajaran. Sementara itu, dalam tahap pelaksanaan, strategi pembelajaran merupakan upaya mengaktualisasi berbagai gagasan yang telah dirancang dengan memodifikasi dan memberikan perlakuan yang selaras sehingga komponen-komponen pembelajaran berfungsi mengembangkan potensi siswa Sri Anitah W, dkk., 2010: 1.24. Dari beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh pendidik dengan sengaja dalam rangka mengorganisasi, memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa melalui 51 berbagai cara dengan memanfaatkan lingkungan dan alam sekitar untuk membantu ketercapaian tujuan siswa dalam belajar.

2. Komponen-komponen Pembelajaran

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI NILAI – NILAI DEMOKRASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 GRINGSING BATANG

0 15 153

PENGELOLAAN NILAI NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pengelolaan Pembelajaran Nilai Nasionalisme dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kwarganegaraan di SMK PGRI Sukoharjo Tahun 2012/2013.

0 3 15

PENGELOLAAN NILAI NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pengelolaan Pembelajaran Nilai Nasionalisme dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kwarganegaraan di SMK PGRI Sukoharjo Tahun 2012/2013.

0 1 16

NILAI NASIONALISME DALAM FILM SANG KIAI Nilai Nasionalisme Dalam Film Sang Kiai (Analisis Isi Film sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).

0 3 14

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013).

0 2 23

PENDAHULUAN Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013).

0 2 10

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013).

0 1 12

Pembelajaran Sejarah yang Mengintegrasikan Nilai-Nilai Nasionalisme Kelas XI SMA Negeri 1 Teras Boyolali.

0 0 17

PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI KELAS V SD NEGERI 1 PANDOWAN GALUR KULON PROGO.

0 0 367

PELAKSANAAN PENANAMAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI II KLATEN.

1 1 190