pertemuan keenam sebesar 87,50. Hasil pengamatan keterampilan guru dan aktivitas siswa memiliki kriteria sangat baik.
4.2.1.3 Hasil Belajar
Nilai hasil belajar siswa diperoleh dari nilai hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Posttest dalam pembelajaran di kelas eksperimen dengan
menerapkan model PBL dan kelas kontrol dengan menerapkan model GI pada materi daur air, cara menghemat air dan peristiwa alam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model PBL dibandingkan dengan model pada kelas kontrol. Menurut Blomm dalam Suprijono
2012:6 hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun dalam penelitian ini hanya mengukur hasil belajar pada ranah kognitif
saja. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil posttest siswa pada kelas eksperimen sebesar 78,09, sedangkan kontrol sebesar 73,04.
Berdasarkan rata-rata nilai tersebut, terlihat bahwa rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Perbandingan nilai
rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada diagram dibawah ini:
Gambar 4.11 Diagram perbandingan rata-rata nilai posttest
70 72
74 76
78 80
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
78.09
73.04
Selanjutnya, dari data nilai hasil belajar siswa dilakukan uji prasyarat analisis yang bertujuan menentukan rumus yang digunakan untuk menguji
hipotesis. Uji prasyarat analisis yang pertama yaitu uji normalitas. Berdasarkan uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh t
hitung
5,067 t
tabel
7,814 sehingga data dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh t
hitung
6,730 t
tabel
7,814 sehingga data dinyatakan berdistribusi normal. Setelah uji normalitas terpenuhi dilakukan uji homogenitas dengan uji F dan diperoleh
F
hitung
1,794 F
tabel,
sehingga data dinyatakan homogen. Dari hasil uji perbedaan dua rata-rata pihak kanan diperoleh t
hitung
yaitu 2,37 dengan t
tabel
untuk taraf signifikan 5 yaitu 1,667. Dengan demikian, t
hitung
t
tabel
diperoleh -t
tabel
-1,667 t
hitung
2,37 t
tabel
1,667 sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar yang menggunakan model PBL
lebih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar model GI. Berdasarkan hasil perhitungan N-gain diperoleh rata-rata baik kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mengalami peningkatan nilai. Nilai pretest yang diperoleh siswa lebih rendah dari nilai posttest. Peningkatan nilai pretest-
postest pada kelas eksperimen dengan model PBL dalam kategori sedang sedangkan kelompok kontrol dengan model GI dalam kategori rendah. Sehingga
peningkatan rata-rata nilai pretest-postest model PBL lebih tinggi dibanding dengan model GI. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran IPA dengan model PBL
lebih efektif dari pada dengan model GI. Model PBL dapat menunjang peran aktif siswa melalui pemasalahan dunia
nyata dalam pembelajaran yang dikerjakan secara kolaboratif. Materi
pembelajaran IPA yang dekat permasalahan dunia nyata anak adalah daur air, menghemat air dan peristiwa alam. Ketiga materi tersebut saling berkaitan. Pada
materi daur air siswa dapat mengetahui siklus air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan terjadinya hujan. Anak dapat memahami apabila
terjadi hujan lebat mengakibatkan banjir dan berdampak pada kekerusakan lingkungan dan kekurangan air bersih. Dampak banjir tersebut masuk dalam
materi peristiwa alam. Oleh karena itu, penyampaian materi tersebut dengan model PBL kenyataannya dalam pembelajaran dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam memecahkan masalah dalam suatu permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari Hal tersebut sesuai pendapat dari Sesuai dengan pendapat
Panen dalam Rusmono 2012:74 menyatakan bahwa dengan PBL, siswa dapat terlibat aktif dalam penelitian yang diharuskan untuk mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa disebabkan model
pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran konstruktivisme. Slavin Trianto, 2010:74 menyatakan bahwa teori pembelajaran konstruktivisme
merupakan teori pembelajaran di mana siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk
dirinya, dan dapat mencurahkan semua idenya. Oleh karena itu, model PBL termasuk pembelajaran konstruktivisme, dalam proses pembelajarannya siswa
belajar menemukan masalah, menerapkan pengetahuan yang diperolehnya melalui proses pencarian informasi, dan dapat mencurahkan idenya, sehingga siswa
melakukan proses belajar dengan lebih bermakna.
Selain itu model PBL merupakan pembelajaran yang merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif dan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
memecahkan masalah karena melalui model PBL siswa dihadapakan dengan permasalahan yang nyata sehingga membentuk siswa untuk berfikir kritis dan
mandiri menemukan pengetahuan barunya dengan mengaitkan pengetahuan lamanya. Sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna dan dapat
mendorong siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Arends 2008:41 melalui
kegiatan penyelidikan dan investigasi dalam PBL, siswa akan menjadi lebih paham dengan materi yang diajarkan dan siswa mejadi lebih mandiri karena siswa
harus berusaha menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dengan mengembangkan kemampuan berpikir yang mereka miliki.
Pembelajaran PBL berawal dari masalah seputar dunia nyata siswa, sehingga dapat menimbulkan minat belajar siswa. Pada saat tahap kelompok
menentukan jawaban sementara, siswa tertarik belajar karena merasa pengetahuan awalnya dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Proses pemecahan masalah yang
merupakan ciri model PBL, memudahkan siswa menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila merea dapat saling mendiskusikan masalah dengan
temannya, dapat menumbuhkan berpikir kritis, siswa mau belajar mandiri, dan mau mencari informasi. Di samping itu melalui proses pencarian informasi inilah,
siswa mendapatkan pengetahuan. Hasil belajar dengan menerapkan Model PBL lebih tinggi daripada model
GI diperkuat dengan penelitian oleh yang dilakukan oleh Ni L. Sudewi 2014:67-
75 dengan judul “Studi Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL dan Kooperatif Group Investigation GI terhadap Hasil
Belajar Berdasarkan Taksonomi Bloom.” Berdasarkan data yang dikumpulkan dengan tes hasil belajar dan dianalisis dengan uji Scheffe, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar PBL lebih tinggi dari pada kelompok GI dengan F
hitung
97,250 pada taraf signifikasi 0,05. Pada aspek mengingat remember dan memahami
understand tidak terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara kelompok PBL dan GI. Pada aspek mengaplikasi apply, menganalisis analyze,
mengevaluasi evaluate dan mencipta create terdapat perbedaan yang signifikan antara model PBL dan GI.
Selain itu, model PBL dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan
berfikir dalam pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Sesuai dengan pendapat Rusman 2012:229 pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu alternatif
model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berfikir siswa penalaran, komunikasi, dan koneksi dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup baik untuk lebih memahami isi pelajaran, karena jika siswa mampu menyelesaikan masalah yang diberikan
berarti siswa telah memahami materi.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian 4.2.2.1