artinya pelatihan yang dilakukan buruh tidak lagi layak dilaksanakan, karena setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam mengikuti pelatihan tidak
memberikan kontribusi apa-apa terhadap buruh 0,990546635 = 0. Dengan demikian latihan menjahit yang dilakukan buruh tidak layak dila ksanakan dan
mempengaruhi tingkat produktivitas buruh sehingga keputusan yang diambil adalah tidak mengikuti pelatihan tersebut pada tingkat suku bunga 89 persen
7.4. Internal Rate of Return
Analisis terhadap tingkat internal dari pelatihan yang dilakukan adalah untuk mengetahui bahwa pelatihan yang dilakukan buruh menguntungkan atau tidak.
Nilai IRR yang diperoleh pada saat tingkat suku bunga 12 persen adalah 17.07
17 12
.19 51.573.201
Rp -
758.190 Rp
758.190 Rp
17 =
− +
= x
IRR ,
artinya pada tingkat suku bunga 12 persen, pelatihan yang dilakukan buruh menguntungkan dan layak dilaksanakan karena lebih besar dari pada suku bunga
pada industri sedang dan tingkat pengembaliannya setara dengan sekitar 17.07 persen tingkat suku bunganya
Nilai IRR yang diperoleh pada saat tingkat suku bunga 17 persen adalah 17.13
22 17
758.190 Rp
- 6
27.417.01 Rp
6 27.417.01
Rp 22
= −
+ =
x IRR
, artinya pada tingkat suku bunga 17 persen, pelatihan yang dilakukan menguntungkan dan
layak dilaksanakan karena lebih besar dari pada suku bunga pada industri sedang
5 0,99054663
7 2166007,93
- 3
2145531,87 =
= C
B Net
dan tingkat pengembaliannya setara dengan sekitar 28.42 persen tingkat suku bunganya
Kelayakan untuk melakukan pelatihan pada industri besar dapat dilihat pada nilai IRR yang bernilai lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku. Pada
tingkat suku bunga 12 persen, IRR bernilai: 27.20
17 12
22.101.835 Rp
- 14.829.555
Rp 14.829.555
Rp 17
= −
+ =
x IRR
Ini memperlihatkan kelayakan buruh untuk melakukan pelatihan yang merupakan investasi buruh untuk peningkatan kesejahteraannya pada tingkat suku bunga 12
dan tingkat pengembaliannya setara dengan sekitar 27.20 persen tingkat suku bunganya
IRR pada tingkat suku bunga 17 persen.sebesar, 34.19
22 17
14.829.555 Rp
- 10.514.979
Rp 10.514.979
Rp 22
= −
+ =
x IRR
Artinya pada tingkat suku bunga 17 persen, pelatihan yang dilakukan buruh menguntungkan dan layak dilaksanakan karena lebih besar dari tingkat suku
bunga yang analisis dan tingkat pengembaliannya setara dengan sekitar 34.19 persen tingkat suku bunganya
7.5. Perbandingan Analisis Human Capital Buruh Jahit Industri Sedang dan
Industri Besar
Dari uraian diatas, pada tingkat berbagai suku bunga yang dianalisis, pelatihan yang dilakukan buruh dapat meningkatkan nilai sekarang dari ar us
penghasilan seumur hidup asumsi bahwa buruh pensiun rata -rata pada umur 50 tahun dan memberikan keuntungan serta manfaat bersih. Hal ini dapat dirasakan
dari produktivitas masing-masing buruh dan keputusan untuk tetap bekerja pada perusahaan konfekesi industri sedang adalah tepat dan layak untuk terus dilakukan
Untuk mengidentifikasi penggunaan human capital pada kedua industri, diperlukan perbandingan antara keduanya. Hal ini perlu dilakukan untuk
menganalisis bagaimana penggunaan human capital pada kedua industri
Tabel 9. Perbandingan Analisis Human Capital Buruh Jahit Pada Berbagai Tingkat Suku Bunga Pada Industri Sedang dan Industri Besar
Industri Sedang Industri Besar
r
Uraian
12 17
12 17
NPV
Rp.51.573.20 1
Rp. 758.190 Rp.22.101.83
5 Rp.14.829.55
5
NetBC
1.410 1.006
8.412 6.120
IRR
17.07 17.13
27.20 34.19
Sumber: Data Primer, 2005 diolah
Dari Tabel 9, terlihat bagaimana Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio dan Internal Rate of Return
kedua industri. NPV merupakan nilai dari pelatihan dapat meningkatkan nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup dengan
menggunakan beberapa tingkat suku bunga. Pada berbagai tingkat suku bunga yang dianalisis menunjukkan bahwa, NPV industri besar lebih besar dari pada
NPV industri sedang. Hal ini terjadi karena tingkat upah yang diterima buruh dan tingkat produktivitas buruh masing-masing industri berbeda. NPV industri sedang
pada tingkat suku bunga 12 persen adalah Rp 51.573.201 lebih kecil dari pada industri besar pada saat tingkat suku bunga 12 persen, yaitu Rp. 22.101.835. Pada
saat tingkat suku bunga 17 persen adalah Rp 758.190,75 dan 14.829.555 pada
industri besar. Artinya pelatihan yang dilakukan oleh buruh kedua industri dapat meningkatkan nilai sekarang dari arus penghasilan se umur hidup dan layak
dilaksanakan. Pada industri sedang, NPV pada suku bunga 18 persen bernilai negatif sebesar Rp.6.206.781 dan ini merupakan batas tingkat suku bunga yang
dapat meningkatkan arus penghasilan seumur hidup dari buruh. Pada industri besar, NPV bernilai negatif adalah saat suku bunga sebesar 88 persen, yaitu Rp.
9.136. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa buruh pada industri besar melakukan pelatihan sampai tingkat suku bunga yang berlaku 88 persen, apabila
lebih dari 88 persen mengakibatka n pelatihan yang dilakukan tidak dapat meningkatkan arus penghasilan seumur hidup
Analisis Net BC dilakukan untuk menyatakan apakah latihan menjahit yang dilakukan buruh layak atau tidak dan apakah dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas buruh sehingga keputusan untuk mengikuti pelatihan tersebut adalah tepat atau tidak. Pada tingkat suku bunga 12 persen yang berlaku, Net BC pada
industri sedang adalah 1.410 dan 8.412 pada industri besar. Dengan menggunakan tingkat suku bunga 17 persen, nampak bahwa Net BC pada industri sedang
sebesar 1.006 dan 6.120 pada industri besar. Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada berbagai tingkat suku bunga yang di analisis nampak
pelatihan menjahit yang dilakukan layak dan dapat meningkatkan produktivitas buruh sehingga keputusan untuk mengikuti pelatihan tersebut adalah tepat.
Dengan menggunakan tingkat suku bunga 18 persen, Net BC pada industri sedang adalah 0.94797164 dan lebih kecil dari 1 sehingga keputusan untuk
mengikuti pelatihan tidak tepat dan tidak layak. Pada industri besar, saat suku
bunga 89 persen Net BC bernilai 0.990546635 yang lebih kecil dari 1, sehingga keputusan untuk mengikuti pelatihan tidak tepat dan tidak layak
Analisis terhadap tingkat internal dari pelatihan yang dilakukan adalah untuk mengetahui bahwa pelatihan yang dilakukan buruh menguntungkan atau
tidak. Dengan menggunakan tingkat suku bunga 12 persen, nampak bahwa IRR pada industri sedang sebesar 17.07 dan 27.20 pada industri besar. 17.13
merupakan IRR di industri sedang dan 34.19 pada industri besar dengan menggunakan tingkat suku bunga 17 persen. Dari uraian diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa pada berbagai tingkat suku bunga yang di analisis nampak pelatihan menjahit yang dilakukan layak dan dapat menguntungkan buruh. Lebih
menguntungkan, apabila buruh mengikuti pelatihan pada tingkat suku bunga 17 persen, karena tingkat pengembaliannya lebih besar daripada saat suku bunga 12
persen. Pada industri sedang, pelatihan yang diikuti buruh menguntungkan sampai pada saat tingkat suku bunga sebesar 18 persen dan 88 persen pada industri besar.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN