Pendidikan dan Latihan Teori Human Capital

Menurut Olgaard dalam Ananta dan Djadjanegara 1986 terdapat tiga jenis perubahan kualitas human capital, yaitu: a. Efek Tahunan. Efek ini berarti bahwa semua tenaga kerja mempunyai kualitas human capital yang lebih tinggi seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan kesehatan dan lingkungan. b. Efek Kohor. Tenaga kerja dengan usia yang lebih muda kohor muda kualitas human capital yang dimilikinya lebih baik karena perbaikan fasilitas pelayanan pendidikan. c. Efek Usia. Peningkatan usia dapat meningkatkan kualitas human capital dalam usia yang relatif muda, sedangkan pada usia yang lebih tua akan menurunkan kualitas human capital

2.2.1. Pendidikan dan Latihan

Pendidikan dan latihan merupakan usaha dalam pengembangan sumberdaya manusia, terutama aspek kemampuan intelektual dan kepribadiannya Notoatmojo dalam Zusana, 2000. Upaya meningkatkan pendidikan dan pelatihan merupakan karakteristik dari investasi sumberdaya manusia yang membutuhkan opportunity cost yang tidak sedikit. Dalam Dictionary of Education, pengertian pendidikan adalah: a. Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup. b. Proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol khususnya sekolah, sehingga dapat me mperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Tilaar dalam Bahri 2001 menyatakan bahwa pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang berkualitas bukan saja pendidikan yang meningkatkan kualitas intelejensi akademik tetapi juga meliputi berbagai aspek kehidupan lainnya. Selain itu pendidikan merupakan suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kebudayaan pada masyarakat lokal, bangsa dan masyarakat global. Dengan demikian fungsi pendidikan tidak hanya untuk menggali potensi yang ada pada manusia tetapi juga mengontrol potensi tersebut agar dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi masyarakat Raharto, dalam Bahri 2001. Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja semakin tinggi tingkat produktivitasnya dan semakin tinggi tingkat pendapatan, tetapi tingginya tingkat pendapatan ini tidak hanya dipengaruhi ole h faktor tenaga kerja saja, tetapi juga tergantung pada faktor lain seperti: lingkungan eksternal, lingkungan internal dan sebagainya. Pendidikan dan pelatihan juga merupakan sebuah indikator untuk mengukur tingkat kemiskinan. Combs dalam Latif 1990 mengklasifikasikan pendidikan kedalam tiga bagian, yaitu: a. Pendidikan Informal, yaitu: proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistimatik, sejak seorang lahir sampai kemudian meninggal, seperti dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal dan sebagainya b. Pendidikan Formal, yaitu: pendidikan disekolah yang teratur, sistimatis, mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu tertentu dari Taman Kanak- Kanak sampai Perguruan Tinggi c. Pendidikan Nonformal, yaitu: semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan. Menurut Becker 1975 pelatihan terdiri dari General Training dan Specific Tra ining dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas yang tercermin dalam tingkat pendapatan. Latihan dapat diartikan sebagai proses pendidikan dalam jangka pendek yang ditujukan pada tenaga kerja bukan manajer. Pelatihan merupakan kunci untuk menggali potensi tenaga kerja yang tersimpan. Menurut Moelyono 1990 tujuan dilaksanakan latihan adalah: a. Peningkatan produktivitas Kegiatan latihan dan pengembangan tidak saja bermanfaat bagi tenaga kerja baru, tetapi juga pada buruh yang sudah lama bekerja. Hal ini dapat meningkatkan prestasi kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. b. Peningkatan kualitas Program pelatihan dapat membantu tenaga kerja dalam memperbaiki hasil yang lebih tinggi kualitasnya, dapat juga mengurangi kesalahan dalam bekerja. c. Mempermudah perencanaan sumberdaya manusia Ketika terjadi permasalahan dalam jumlah tenaga kerja yang bekerja atau pergantian tenaga kerja secara mendadak, maka perusahaan akan dapat mencari penggantinya dengan lebih mudah karena adanya program latihan d. Memperbaiki etika kerja Iklim kerja biasanya mudah diperbaiki apabila program pelatihan dapat dilaksanakan. Reaksi-reaksi positif akan tumbuh dari program pelatihan yang terencana dengan baik yang pada gilirannya akan membentuk etika kerja yang lebih baik. e. Kompensasi tidak langsung Pelatihan bagi tenaga kerja merupakan bagian balas jasa tehadap pekerjaanya. Mereka mengharapkan perusahaan membayar biaya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. f. Kesehatan dan keselamatan Latihan yang tepat akan mencegah kecelakaan dan menciptakan lingkungan kerja yang segar dan dapat mengarahkan sikap mental tenaga kerja yang stabil g. Mencegah keausan Mengadakan pelatihan yang berkesinambungan perlu agar tenaga kerja dapat tetap menguasai bidangnya masing-masing yang dapat mendorong menciptakan kreatifitas baru para buruh dalam berproduksi sehingga membantu dalam pencegahan keausan pengetahuan dan keterampilan. h. Pengembangan pribadi Kegiatan latihan sebenarnya meningkatkan proses nilai tambah dan member i keuntungan pada perusahaan dan merupakan pengembangan nilai tambah pribadi karena berbagai pengalaman yang diperoleh selama mengikuti pelatihan. Tabel 3. Struktur Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Jutaan Orang di Indonesia Tahun 1999-2003 Pendidikan 1999 2000 2001 2002 2003 Tidak Bersekolah 7,603 7,129 6,995 6,849 5,066 Belum Lulus SD 16,107 14,633 15,591 15,245 12,589 SD 34,102 35,508 35,724 36,959 37,169 SLTP 14,035 15,364 16,851 17,490 20,570 SLTA Umum 11,571 13,378 11,489 12,212 14,156 SLTA Kejuruan 6,559 4,854 7,259 7,121 6,137 Diploma IIIIII 2,009 2,144 2,238 2,216 1,933 Universitas 2,366 2,294 2,669 2,686 2,698 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2001, 2002, 2003 Tabel 3, menunjukkan trend penurunan jumlah tenaga kerja yang tidak lulus SD dan peningkatan tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja , tetapi peningkatan ini tidak cukup menggembirakan karena 62 persen tenaga kerja di Indonesia hanya lulusan SD dan bahkan tidak lulus sama sekali. Tenaga kerja lulusan Perguruan Tinggi hanya berkisar 4.8 persen dari total tenaga kerja di Indonesia Kualitas Pendidikan di Indonesia dapat diketahui dari Human Development Index . Pada Tabel 4, terdapat peningkatan HDI indeks pengembangan sumberdaya manusia Indonesia pada tahun 2002, yaitu menjadi 0.692 dari 0.682 dari tahun 2001. Demikian juga dengan peringkat HDI Indonesia mengalami peningkatan satu peringkat. Tabel 4. Perbandingan Indeks Penegembangan Sumberdaya Manusia Indonesia Dengan Beberapa Negara Dunia Tahun 2001-2002 Indices Indonesia World Developing Countries South Asia East Asia The Pacific HDI Value, 2002 0.692 0.729 0.663 0.584 0.740 HDI Rank, 2002 177 Countries 111 - - - - HDI Value, 2001 0.682 0.722 0.655 0.582 0.722 HDI Rank, 2001 175 Countries 112 - - - - Sumber: Laporan UNDP, 2001-2002 2 Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan-perbaikan dalam berbagai bidang yang mempengaruhi tingkat HDI terutama bidang pendidikan, walaupun tidak terjadi peningkatan secara drastis dan lebih tinggi lagi. Ini membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam dan konsep yang matang untuk meningkatakan kualitas pendidikan di Indonesia.

2.2.2. Pangan, Gizi dan Kesehatan