Analisis human capital buruh jahit pada industri konfeksi (Suatu studi perbandingan antara industri besar dan industri sedang)

(1)

ANALISIS

HUMAN CAPITAL

BURUH JAHIT

PADA INDUSTRI KONFEKSI

(SUATU STUDI PERBANDINGAN ANTARA INDUSTRI SEDANG DAN INDUSTRI BESAR)

Oleh:

RIZKY OKTARINA COSTA

A14301012

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

RIZKY OKTARINA COSTA. Analisis Human Capital Buruh Pada Industri Konfeksi (Suatu Studi Perbandingan: Industri Sedang dan Industri Besar), Pembimbing: EKA INTAN KUMALA PUTRI

Konsep sumberdaya manusia saat ini mengacu kepada kepada potensi yang dimiliki manusia dan dapat ditingkatkan melalui pendidikan, peningkatan kesehatan dan migrasi. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada dasarnya merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan nasional. Studi ini menitikberatkan pada industri konfeksi. Tahun 2000, hanya 4.4 persen jumlah tenaga kerja di Indonesi merupakan lulusan perguruan tinggi dan meningkat menjadi 4.8 persen ditahun 2003. Artinya, lebih dari 95 persen tenaga kerja di Indonesia bukan tenaga kerja yang terdidik, terampil dan berkualitas. Rendahnya tingkat pendidikan berimplikasi pada tingkat upah dan tingkat produktivitas. Semakin tinggi kualitas yang dimiliki tenaga kerja, maka semakin tinggi tingkat produktivitasnya yang nantinya akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan produktivitas nasional.

Tujua n yang ingin dicapai pada studi ini adalah: 1) Mengidentifikasi karakteristik buruh pada industri konfeksi. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh pada masing- masing industri konfeksi. 3) Menganalisis Human Capital dalam meningkatkan produktivitas buruh konfeksi dan membandingkan Human Capital buruh pada industri sedang dengan industri besar.

Studi ini melibatkan 32 orang responden pada industri sedang serta 40 orang responden pada industri besar. Pengambilan sampel dilakukan secara Multiple Stage Sampling. Data yang dikumpulkan akan dianalisis menggunakan metode statistika deskriptif untuk menggambarkan karakteristik buruh dan statistika inferensia untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh, yaitu dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (OLS/ Ordinary Least Square). Alat yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh adalah SPSS 12 for Windows dengan Enter Method dan Microsoft Exel.

Pada industri sedang rata-rata jenis kelamin adalah laki- laki dan industri besar adalah perempuan. Umur rata-rata buruh pada industri sedang adalah 25.937 tahun dan pada industri besar adalah 18.625 tahun. Lama pendidikan formal buruh pada industri sedang adalah setara dengan kelas 2 SLTP sedangkan pada industri besar setara dengan kelas 1 SLTP. Pengalaman kerja rata-rata pada industri sedang adalah selama 5,569 tahun dan industri besar selama 1.173 tahun. Alokasi waktu bekerja rata-rata pada industri sedang adalah 3588 jam per tahun dan 2496 jam per tahun pada industri besar. Pendapatan rata-rata buruh pada industri sedang adalah Rp. 10.406.250 per tahun dan pada industri besar adalah Rp. 7.537.200 per tahun sehingga pendapatan buruh pada industri sedang lebih besar dari pada buruh pada industri besar. Jumlah tanggungan buruh pada industri sedang adalah 1,156 orang dan pada industri besar adalah 0.125 orang. Biaya pelatihan pada industri sedang rata-rata adalah Rp. 180.468 dan pada industri besar sebasar Rp. 102.750.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas antara buruh jahit pada industri sedang dan industri besar berbeda. Pada industri sedang, umur, lama pendidikan formal, pengalaman kerja, pendapatan, status pekerjaan dan lamanya pelatihan mempunya i hubungan yang positif dengan produktivitas. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh adalah pendapatan pada á = 99% dan alokasi waktu bekerja pada á = 90%. R2 = 48.3 %, sebanyak 48.3 persen variasi produktivitas buruh jahit oleh


(3)

peubah bebasnya. VIF= 1.169-4.654 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikoliniaritas pada model. Model yang diperoleh adalah P = 5526.541 – 417.799 JK + 23.292 UM + 9.025 PEND + 21.870 PENG – 1.158 ALO + 0.000 PENDP – 180.317 TANGG + 519.470 STA – 45.696 CAR – 0.003 BIAYPLT + 473.396 LAMPLT.

Pada industri besar, peubah yang berpengaruh positif terhadap produktivitas adalah lama pendidikan formal, pengalaman kerja, jumlah tanggungan, spesifikasi kerja, status pekerjaan dan biaya pelatihan. Dari peubah-peubah terseb ut, alokasi waktu bekerja pada á = 99%, pengalaman kerja pada á = 95%, lama pendidikan formal pada á = 85% dan spesifikasi kerja pada á = 80% berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh. R2 = 58.5%, sebanyak 58.5 persen variasi produktivitas buruh jahit oleh peubah bebasnya. VIF= 1.066-2.305 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikoliniaritas pada model. Model yang diperoleh adalah P = 1281.520 – 0.589 UM + 2.830 PEND + 5.676 PENG – 0.069 ALO + 3.988 TANGG + 8.508 SPE – 0.484 STA – 16.510 CAR + 0.000 BIAYPLT

NPV merupakan nilai dari pelatihan dapat meningkatkan nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup dengan menggunakan beberapa tingkat suku bunga. Pada berbagai tingkat suku bunga yang dianalisis menunjukkan bahwa, NPV industri besar lebih besar dari pada NPV industri sedang. Hal ini terjadi karena tingkat upah yang diterima buruh dan tingkat produktivitas buruh masing-masing industri berbeda.

Analisis Net B/C dilakukan untuk menyatakan apakah latihan menjahit yang dilakukan buruh layak atau tidak dan apakah dapat mempengaruhi tingkat produktivitas buruh sehingga keputusan untuk mengikuti pelatihan tersebut adalah tepat atau tidak. Pada tingkat suku bunga 12 persen dan 17 persen, pelatihan yang diikti buruh layak dilaksanakan dan memepengaruhi produktivitas pada masing-masing industri. Menggunakana tingkat suku bunga 18 persen pada industri sedang dan 89 persen pada industri besar, pelatihan sudah tidak layak lagi dikuti karena Net B/C yang diperoleh < 1.

Analisis terhadap tingkat internal dari pelatihan yang dilakukan adalah untuk mengetahui bahwa pelatihan yang dilakukan buruh menguntungkan atau tidak. Dengan menggunakan tingkat suku bunga 12 persen dan 17 persen, pelatihan menjahit yang dilakukan layak dan dapat menguntungkan buruh. Lebih mengunt ungkan.

Dari hasil studi, disarankan: 1) Peningkatkan produktivitas buruh jahit adalah meningkatkan human capital, yaitu peningkatan pelatihan dan pembinaan-pembinaan dari Departeman Tenaga Kerja. 2) Peningkatan human capital buruh harus sejalan dengan peningkatan upah. 3) Perlu adanya kerja sama yang baik antar (stake holder) dalam penetapan kebijakan yang tidak merugikan buruh. 4) Untuk penelitian selanjutnya agar memasukkan peubah bebas lainnya, seperti pengeluaran rata-rata, pernah bekerja atau belum sebelum di industri konfeksi, alasan responden memilih bekerja pada industri konfeksi, cara mendapatkan keterampilan dan sebagainya untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh. Selain itu diharapkan dapat melakukan analisis produktivitas dan human capital buruh jahit perempuan.


(4)

ANALISIS

HUMAN CAPITAL

BURUH JAHIT

PADA INDUSTRI KONFEKSI

(SUATU STUDI PERBANDINGAN ANTARA INDUSTRI SEDANG DAN INDUSTRI BESAR

)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

RIZKY OKTARINA COSTA

(A14301012)

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul : Analisis Human Capital Buruh Jahit Pada Industri Konfeksi (Suatu Studi Perbandingan antara Industri Besar dan Industri Sedang)

Nama : Rizky Oktarina Costa

NRP : A 14301012

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri. MS NIP 131.918.659

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham. M. Agr NIP 130.422.698


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

BOGOR, FEBRUARI 2006

RIZKY OKTARINA COSTA A 14301012


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 24 Oktober 1983 dari ayah (Alm) Kosfi Syafrisno dan ibu Dra. Sastra Ermita Hamid, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikannya pada TK Aisyah I, Muara Panas, pada tahun 1988. Tahun 1995 penulis lulus dari SDN 01 Muara Panas, Solok. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di MTsN Koto Baru, Solok. Selanjutnya lulus dari SMUN 01 Bukit Sundi, Solok pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Insitut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama di IPB, penulis aktif terlibat diberbagai kepanitiaan di kampus dan di external penulis aktif pada HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Bogor. Penulis dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Umum Bidang Keperempuanan Tahun 2005-2006 dan sebagai Sekretaris Umum KOHATI (Korps HMI-Wati) Cabang Bogor Tahun 2005-2006.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk mengabdi pada-Nya dalam mendapatkan ridho-Nya. Shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Rasullullah SAW yang telah berjuang keras untuk memberikan pencerahan pada umat manusia.

Human Capital merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja. Human Capital berhubungan dengan pendidikan dan latihan, migrasi penduduk untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak, tingkat konsumsi pangan dan gizi serta tingkat kesehatan yang dimiliki setiap sumberdaya manusia. Untuk itu diperlukan kerja keras dari berbagai pihak dalam peningkatan human capital ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2006


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Prof. Sjafri Mangkuprawira dan Adi Hadianto, SP, selaku dosen-dosen

penguji

3. Ayahanda (Alm) Prof. Kadirun Yahya dan Ibunda Herlina atas

bimbingannya

4. Keluarga tercinta, papa (Alm) Kosfi Syafrisno, mama Dra. Sastra Ermita

Hamid, (Alm) Hj. Nurkalat, Redho Apraldo Costa, Resti Rahmi Khairati Costa dan Reynaldho Revilla Costa

5. Keluarga Besar H. Abdul Hamid Daud, terutama Mak Dang Muchlis

Hamid, SE, MBA, Mak Unyiang Helfi Hamid, Mak Ngah (Alm) Abrar Hamid, Mak Etek Azwar Hamid dan Mak Uncu Drs. Asnawi Hamid

6. Bapak Indra, Bapak Zainal, Bapak Jhon dan Uda Irwan selaku pemilik

perusahaan serta Aa Sudrajat dan Teguh F. S atas bantuannya selama penelitian yang penulis lakukan.

7. Teman-teman HMI Cabang Bogor dan KOHATI, Ba Jay, Ummi, Apit,

Risti, Achi, Eko Bule, Ba Day, Hendra Rambe, Eka Yee, Febria Carolina dan Efan Efendi.


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .1

1.2. Perumusan Masalah...3

1.3. Tujuan Penelitian...6

1.4. Kegunaan Penelitian...6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumberdaya Manusia ...7

2.2. Teori Human Capital...10

2.2.1. Pendidikan dan Pelatihan...11

2.2.2. Pangan, Gizi dan Kesehatan...17

2.3. Produktivitas Tenaga Kerja ...17

2.4. Industri Besar dan Industri Sedang ...21

2.5. Penelitian Terdahulu ...24

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis...27

3.1.1. Regresi Linear Berganda ...27

3.1.2. Analisa Kelayakan Human Capital...30

3.2. Kerangka Operasional...31

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...36

4.2 Jenis dan Sumber Data ...36

4.3 Metode Pengambilan Sampel...36

4.4 Metode Analisis Data ...37

4.5 Asumsi dan Hipotesis...39

4.6 Definisi Operasional...41

V. IDENTIFIKASI UMUM 5.1. Karakteristik Umum Industri 5.1.1. Industri Sedang...43


(11)

ANALISIS

HUMAN CAPITAL

BURUH JAHIT

PADA INDUSTRI KONFEKSI

(SUATU STUDI PERBANDINGAN ANTARA INDUSTRI SEDANG DAN INDUSTRI BESAR)

Oleh:

RIZKY OKTARINA COSTA

A14301012

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

RIZKY OKTARINA COSTA. Analisis Human Capital Buruh Pada Industri Konfeksi (Suatu Studi Perbandingan: Industri Sedang dan Industri Besar), Pembimbing: EKA INTAN KUMALA PUTRI

Konsep sumberdaya manusia saat ini mengacu kepada kepada potensi yang dimiliki manusia dan dapat ditingkatkan melalui pendidikan, peningkatan kesehatan dan migrasi. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada dasarnya merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan nasional. Studi ini menitikberatkan pada industri konfeksi. Tahun 2000, hanya 4.4 persen jumlah tenaga kerja di Indonesi merupakan lulusan perguruan tinggi dan meningkat menjadi 4.8 persen ditahun 2003. Artinya, lebih dari 95 persen tenaga kerja di Indonesia bukan tenaga kerja yang terdidik, terampil dan berkualitas. Rendahnya tingkat pendidikan berimplikasi pada tingkat upah dan tingkat produktivitas. Semakin tinggi kualitas yang dimiliki tenaga kerja, maka semakin tinggi tingkat produktivitasnya yang nantinya akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan produktivitas nasional.

Tujua n yang ingin dicapai pada studi ini adalah: 1) Mengidentifikasi karakteristik buruh pada industri konfeksi. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh pada masing- masing industri konfeksi. 3) Menganalisis Human Capital dalam meningkatkan produktivitas buruh konfeksi dan membandingkan Human Capital buruh pada industri sedang dengan industri besar.

Studi ini melibatkan 32 orang responden pada industri sedang serta 40 orang responden pada industri besar. Pengambilan sampel dilakukan secara Multiple Stage Sampling. Data yang dikumpulkan akan dianalisis menggunakan metode statistika deskriptif untuk menggambarkan karakteristik buruh dan statistika inferensia untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh, yaitu dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (OLS/ Ordinary Least Square). Alat yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh adalah SPSS 12 for Windows dengan Enter Method dan Microsoft Exel.

Pada industri sedang rata-rata jenis kelamin adalah laki- laki dan industri besar adalah perempuan. Umur rata-rata buruh pada industri sedang adalah 25.937 tahun dan pada industri besar adalah 18.625 tahun. Lama pendidikan formal buruh pada industri sedang adalah setara dengan kelas 2 SLTP sedangkan pada industri besar setara dengan kelas 1 SLTP. Pengalaman kerja rata-rata pada industri sedang adalah selama 5,569 tahun dan industri besar selama 1.173 tahun. Alokasi waktu bekerja rata-rata pada industri sedang adalah 3588 jam per tahun dan 2496 jam per tahun pada industri besar. Pendapatan rata-rata buruh pada industri sedang adalah Rp. 10.406.250 per tahun dan pada industri besar adalah Rp. 7.537.200 per tahun sehingga pendapatan buruh pada industri sedang lebih besar dari pada buruh pada industri besar. Jumlah tanggungan buruh pada industri sedang adalah 1,156 orang dan pada industri besar adalah 0.125 orang. Biaya pelatihan pada industri sedang rata-rata adalah Rp. 180.468 dan pada industri besar sebasar Rp. 102.750.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas antara buruh jahit pada industri sedang dan industri besar berbeda. Pada industri sedang, umur, lama pendidikan formal, pengalaman kerja, pendapatan, status pekerjaan dan lamanya pelatihan mempunya i hubungan yang positif dengan produktivitas. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh adalah pendapatan pada á = 99% dan alokasi waktu bekerja pada á = 90%. R2 = 48.3 %, sebanyak 48.3 persen variasi produktivitas buruh jahit oleh


(13)

peubah bebasnya. VIF= 1.169-4.654 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikoliniaritas pada model. Model yang diperoleh adalah P = 5526.541 – 417.799 JK + 23.292 UM + 9.025 PEND + 21.870 PENG – 1.158 ALO + 0.000 PENDP – 180.317 TANGG + 519.470 STA – 45.696 CAR – 0.003 BIAYPLT + 473.396 LAMPLT.

Pada industri besar, peubah yang berpengaruh positif terhadap produktivitas adalah lama pendidikan formal, pengalaman kerja, jumlah tanggungan, spesifikasi kerja, status pekerjaan dan biaya pelatihan. Dari peubah-peubah terseb ut, alokasi waktu bekerja pada á = 99%, pengalaman kerja pada á = 95%, lama pendidikan formal pada á = 85% dan spesifikasi kerja pada á = 80% berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh. R2 = 58.5%, sebanyak 58.5 persen variasi produktivitas buruh jahit oleh peubah bebasnya. VIF= 1.066-2.305 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikoliniaritas pada model. Model yang diperoleh adalah P = 1281.520 – 0.589 UM + 2.830 PEND + 5.676 PENG – 0.069 ALO + 3.988 TANGG + 8.508 SPE – 0.484 STA – 16.510 CAR + 0.000 BIAYPLT

NPV merupakan nilai dari pelatihan dapat meningkatkan nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup dengan menggunakan beberapa tingkat suku bunga. Pada berbagai tingkat suku bunga yang dianalisis menunjukkan bahwa, NPV industri besar lebih besar dari pada NPV industri sedang. Hal ini terjadi karena tingkat upah yang diterima buruh dan tingkat produktivitas buruh masing-masing industri berbeda.

Analisis Net B/C dilakukan untuk menyatakan apakah latihan menjahit yang dilakukan buruh layak atau tidak dan apakah dapat mempengaruhi tingkat produktivitas buruh sehingga keputusan untuk mengikuti pelatihan tersebut adalah tepat atau tidak. Pada tingkat suku bunga 12 persen dan 17 persen, pelatihan yang diikti buruh layak dilaksanakan dan memepengaruhi produktivitas pada masing-masing industri. Menggunakana tingkat suku bunga 18 persen pada industri sedang dan 89 persen pada industri besar, pelatihan sudah tidak layak lagi dikuti karena Net B/C yang diperoleh < 1.

Analisis terhadap tingkat internal dari pelatihan yang dilakukan adalah untuk mengetahui bahwa pelatihan yang dilakukan buruh menguntungkan atau tidak. Dengan menggunakan tingkat suku bunga 12 persen dan 17 persen, pelatihan menjahit yang dilakukan layak dan dapat menguntungkan buruh. Lebih mengunt ungkan.

Dari hasil studi, disarankan: 1) Peningkatkan produktivitas buruh jahit adalah meningkatkan human capital, yaitu peningkatan pelatihan dan pembinaan-pembinaan dari Departeman Tenaga Kerja. 2) Peningkatan human capital buruh harus sejalan dengan peningkatan upah. 3) Perlu adanya kerja sama yang baik antar (stake holder) dalam penetapan kebijakan yang tidak merugikan buruh. 4) Untuk penelitian selanjutnya agar memasukkan peubah bebas lainnya, seperti pengeluaran rata-rata, pernah bekerja atau belum sebelum di industri konfeksi, alasan responden memilih bekerja pada industri konfeksi, cara mendapatkan keterampilan dan sebagainya untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh. Selain itu diharapkan dapat melakukan analisis produktivitas dan human capital buruh jahit perempuan.


(14)

ANALISIS

HUMAN CAPITAL

BURUH JAHIT

PADA INDUSTRI KONFEKSI

(SUATU STUDI PERBANDINGAN ANTARA INDUSTRI SEDANG DAN INDUSTRI BESAR

)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

RIZKY OKTARINA COSTA

(A14301012)

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

Judul : Analisis Human Capital Buruh Jahit Pada Industri Konfeksi (Suatu Studi Perbandingan antara Industri Besar dan Industri Sedang)

Nama : Rizky Oktarina Costa

NRP : A 14301012

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri. MS NIP 131.918.659

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham. M. Agr NIP 130.422.698


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

BOGOR, FEBRUARI 2006

RIZKY OKTARINA COSTA A 14301012


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 24 Oktober 1983 dari ayah (Alm) Kosfi Syafrisno dan ibu Dra. Sastra Ermita Hamid, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikannya pada TK Aisyah I, Muara Panas, pada tahun 1988. Tahun 1995 penulis lulus dari SDN 01 Muara Panas, Solok. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di MTsN Koto Baru, Solok. Selanjutnya lulus dari SMUN 01 Bukit Sundi, Solok pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Insitut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama di IPB, penulis aktif terlibat diberbagai kepanitiaan di kampus dan di external penulis aktif pada HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Bogor. Penulis dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Umum Bidang Keperempuanan Tahun 2005-2006 dan sebagai Sekretaris Umum KOHATI (Korps HMI-Wati) Cabang Bogor Tahun 2005-2006.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk mengabdi pada-Nya dalam mendapatkan ridho-Nya. Shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Rasullullah SAW yang telah berjuang keras untuk memberikan pencerahan pada umat manusia.

Human Capital merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja. Human Capital berhubungan dengan pendidikan dan latihan, migrasi penduduk untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak, tingkat konsumsi pangan dan gizi serta tingkat kesehatan yang dimiliki setiap sumberdaya manusia. Untuk itu diperlukan kerja keras dari berbagai pihak dalam peningkatan human capital ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2006


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Prof. Sjafri Mangkuprawira dan Adi Hadianto, SP, selaku dosen-dosen

penguji

3. Ayahanda (Alm) Prof. Kadirun Yahya dan Ibunda Herlina atas

bimbingannya

4. Keluarga tercinta, papa (Alm) Kosfi Syafrisno, mama Dra. Sastra Ermita

Hamid, (Alm) Hj. Nurkalat, Redho Apraldo Costa, Resti Rahmi Khairati Costa dan Reynaldho Revilla Costa

5. Keluarga Besar H. Abdul Hamid Daud, terutama Mak Dang Muchlis

Hamid, SE, MBA, Mak Unyiang Helfi Hamid, Mak Ngah (Alm) Abrar Hamid, Mak Etek Azwar Hamid dan Mak Uncu Drs. Asnawi Hamid

6. Bapak Indra, Bapak Zainal, Bapak Jhon dan Uda Irwan selaku pemilik

perusahaan serta Aa Sudrajat dan Teguh F. S atas bantuannya selama penelitian yang penulis lakukan.

7. Teman-teman HMI Cabang Bogor dan KOHATI, Ba Jay, Ummi, Apit,

Risti, Achi, Eko Bule, Ba Day, Hendra Rambe, Eka Yee, Febria Carolina dan Efan Efendi.


(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .1

1.2. Perumusan Masalah...3

1.3. Tujuan Penelitian...6

1.4. Kegunaan Penelitian...6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumberdaya Manusia ...7

2.2. Teori Human Capital...10

2.2.1. Pendidikan dan Pelatihan...11

2.2.2. Pangan, Gizi dan Kesehatan...17

2.3. Produktivitas Tenaga Kerja ...17

2.4. Industri Besar dan Industri Sedang ...21

2.5. Penelitian Terdahulu ...24

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis...27

3.1.1. Regresi Linear Berganda ...27

3.1.2. Analisa Kelayakan Human Capital...30

3.2. Kerangka Operasional...31

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...36

4.2 Jenis dan Sumber Data ...36

4.3 Metode Pengambilan Sampel...36

4.4 Metode Analisis Data ...37

4.5 Asumsi dan Hipotesis...39

4.6 Definisi Operasional...41

V. IDENTIFIKASI UMUM 5.1. Karakteristik Umum Industri 5.1.1. Industri Sedang...43


(21)

5.1.2. Industri Besar ...50

5.2. Karakteristik Umum Buruh Jahit Industri Konfeksi 5.2.1. Industri Sedang...53

5.2.2. Industri Besar ...54

5.3. Karakteristik Umum Responden Industri Konfeksi 5.3.1. Industri Sedang...55

5.3.2. Industri Besar ...66

5.4. Karakteristik Pelatihan Menjahit yang Dilakukan Buruh Jahit 5.4.1. Industri Sedang...76

5.4.2. Industri Besar ...77

VI. PRODUKTIVITAS BURUH INDUSTRI KONFEKSI 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Buruh Jahit Pada Industri Sedang...78

6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Buruh Jahit Pada Industri Besar...90

6.3. Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Buruh Jahit Pada Industri Sedang dan Industri Besar...100

VII. ANALISIS HUMAN CAPITAL 7.1. Human Capital Buruh Jahit ... 103

7.2. Net Pre sent Value... 104

7.3. Net Benefit Cost Ratio ...107

7.4. Internal Rate of Return ...109

7.5. Perbandingan Analisis Human Capital Buruh Jahit Industri Sedang dan Industri Besar ... 111

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan...114

7.2. Saran... 116


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Sasaran Pengembangan Ekspor Industri Kecil Menengah Pakaian Jadi Tahun 2003-2004...3 2. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja , Bukan Angkatan Kerja (Jutaan Orang) Tahun 1999-2003...9 3. Struktur Angkatan Kerja menurut Pendidikan (Jutaan Orang) Tahun 1999-2003 ...15 4. Perbandingan Indeks Penegembangan Sumberdaya Manusia Indonesia Dengan Beberapa Negara Dunia Tahun 2001-2002...16 5. Perbandingan 4 Perusahaan Pada Industri Sedang di Jakarta Tahun 2005...45 6. Contoh Orderan Pada Perusahaan Asa Konfeksi Dengan Merk ‘S’ Fashion Tahun 2005...49 7. Analisis Regresi Linier Berganda Pada Industri Sedang Tahun 2005 ...79 8. Analisis Regresi Linier Berganda Pada Industri Besar Tahun 2005...91 9. Perbandingan Analisis Human Capital Buruh Jahit Pada Industri Sedang dan Industri Besar ... 111


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Penelitian...35 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Industri Sedang

Tahun 2005...55 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur (Tahun) pada Industri Sedang Tahun 2005...56 4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pendidikan Formal (Tahun)

pada Industri Sedang Tahun 2005 ...57 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ( Tahun) pada

Industri Sedang Tahun 2005 ...58 6. Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Bekerja (Jam per Hari) pada Industri Sedang Tahun 2005...59 7. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan (Rp per Bulan)

pada Industri Sedang Tahun 2005 ...60 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan (Orang) pada

Industri Sedang Tahun 2005 ...62 9. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan pada Industri Sedang Tahun 2005...63 10. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mendapatkan Pekerjaan pada Industri Sedang Tahun 2005 ...64 11. Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Pelatihan (Rupiah) pada Industri Sedang Tahun 2005...65 12. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pelatihan (Bulan) pada Industri Sedang Tahun 2005...65 13. Distribusi Responden Berdasarkan Umur (Tahun) pada Industri Besar

Tahun 2005...67 14. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pendidikan Formal (Tahun)

pada Industri Besar Tahun 2005...68 15. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja (Tahun) pada


(24)

16. Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Bekerja (Jam per Hari) pada Industri Besar Tahun 2005...70 17. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan (Rp per Tahun) pada

Industri Besar Tahun 2005...71 18. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan (Orang) pada

Industri Besar Tahun 2005 ...72 19. Distribusi Responden Berdasarkan Spesifikasi Kerja pada Industri

Besar Tahun 2005...73 20. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan pada Industri Besar Tahun 2005...74 21. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mendapatkan Pekerjaan pada

Industri Besar Tahun 2005 ...75 22. Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Pelatihan (Rupiah) pada Industri Besar Tahun 2005...75


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Ouput Analisis Regresi Linier Berganda Pada Industri Sedang Tahun 2005 ...1 2. Ouput Analisis Regresi Linier Berganda Pada Industri Besar Tahun 2005 ...2 3. Ouput Analisis Regresi Linier Berganda pada Industri Besar Ditransformasi

Tahun 2005...3 4. Ouput Analisis Human Capital Industri Sedang Tahun 2005 ...4 5. Ouput Analisis Human Capital Industri Besar Tahun 2005 ...6


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini konsep tentang sumberdaya manusia semakin berkembang. Konsep ini mengacu kepada potensi yang dimiliki manusia dan dapat ditingkatkan melalui pendidikan, baik secara formal maupun non-formal serta peningkatan kesehatan dan migrasi. Pengembangan sumberdaya manusia adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas nasional melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja yang berimplikasi terhadap peningkatan produktivitas perusahaan yang nantinya akan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada dasarnya merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan nasional.

Sektor industri merupakan sektor utama penunjang perekonomian Indonesia. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia tahun 2001 terutama industri pengolahan sebanyak 26.11 persen (BPS, 2001). Pada tahun 2001 diperkirakan jumlah perusahaan pada industri besar dan sedang di Indonesia mencapai 22.648 perusahaan (0.88 persen dari keseluruhan jumlah perusahaan) atau secara neto bertambah 474 perusahaan dari tahun 2000, demikian juga pada penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 4.466.646 orang.

Studi ini menitikberatkan pada industri pakaian jadi atau industri konfeksi. Pada tahun 1998 terdapat 1.764 perusahaan dan menyerap 348.805 orang tenaga kerja, kemudian meningkat sebanyak hampir 450 perusahaan di tahun 1999 yaitu


(27)

2.214 perusahaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak 436.256 orang. Begitu halnya pada tahun 2000 jumlah perusahaan meningkat menjadi 2.258 perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 484.844 orang. Di tahun 2001 terjadi penurunan jumlah perusahaan sebanyak 135 perusahaan menjadi 2.123 perusahaan, tetapi menyerap tenaga kerja lebih besar, yaitu sebanyak 497.816 orang. Pada tahun 2002 terjadi peningkatan jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja, yaitu sebanyak 2.127 perusahaan dan 498.799 orang tenaga kerja. (BPS, 2002). Dari data diatas terlihat penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat setiap tahun, walaupun terjadi penurunan jumlah perusahaan.

Jenis produk yang mudah tumbuh dan berkembang yang merupakan produk andalan untuk komoditi ekspor dan pasaran lokal adalah pakaian jadi pria dan wanita, jeans, baju santai, pakaian dalam, baju tidur dan busana muslim serta jaket, tas dan sepatu cukup dominan permintaanya dari negara-negara Asia, Timur Tengah dan Eropa serta pasar lokal sendiri. Sedangkan produk assesoris rumah tangga berupa sarung bantal, bed cover, taplak meja, pakaian anak-anak dan selimut kebanyakan untuk pasar lokal antara lain untuk Tanah Abang, Jatinegara dan Blok M serta pulau-pulau di luar Jawa.

Pada Tabel 1, terlihat bahwa laju pertumbuhan nilai tambah bagi pengembangan ekspor industri kecil menengah pakaian jadi pertahun adalah 8.66 persen, begitu juga dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebesar 5 persen per tahun. Selain itu terlihat bahwa laju pertumbuhan unit usaha mencapai 3 persen per tahun yang merupakan lahan subur bagi penyerapan tenaga kerja.

Laju pertumbuhan tenaga kerja yang cukup besar tidak diikuti dengan kualitas yang dimiliki tenaga kerja. Hal ini tercermin dengan rendahnya tingkat


(28)

pendidikan, keterampilan dan tingkat kesehatan yang dimiliki tenaga kerja yang berimplikasi terhadap tingkat pendapatan tenaga kerja.

Tabel 1. Sasaran Pengembangan Ekspor Industri Kecil Menengah Pakaian Jadi Indonesia Tahun 2003-2004.

Sasaran No Uraian Posisi 2002 2003 2004

Laju Pertumbuhan per Tahun (%)

1 Nilai Ekspor (US$. juta) 1.039 1.184,46 1.362,13 14.50 %

2 Nilai Tambah (Rp. Juta) 2.666.930 2.927.811 3.127.038 8.66 %

3 Nilai Produksi(Rp. Juta) 7.656. 219 8.268. 537 8.930.507 8.46 %

4 Unit Usaha (Unit) 108.252 111.500 114.850 3.00 %

5 Tenaga Kerja (Orang) 765.580 803.860 844.050 5.00 %

Sumber: Rencana Induk Pengembangan Industri Menengah Kecil 2003-2004, Deperindag , 2002

1.2. Perumusan Masalah

Umumnya permasalahan yang dihadapi hampir semua pengusaha pada industri sedang dan besar adalah kualitas tenaga kerja yang digunakan. Tenaga kerja yang digunakan bukan tenaga kerja yang terdidik, terlatih, dan terampil. Tenaga kerja yang terdidik, terlatih dan terampil identik dengan tenaga kerja dengan tingkat pendidika n yang tinggi dan pelatihan yang diikutinya. Menurut BPS (2000) hanya sekitar 4.4 persen dari keseluruhan tenaga kerja di Indonesia yang merupakan lulusan perguruan tinggi dan perlu disikapi dengan pengembangan sumberdaya manusia untuk menciptakan tenaga kerja Indonesia yang berkualitas, sedangkan menurut data BPS tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi, yaitu menjadi 4.8 persen dari total angkatan kerja, tetapi peningkatan ini tidak sejalan dengan peningkatan kualitas


(29)

lulusan perguruan tinggi tersebut. Hal ini akan menimbulkan masalah baru dalam ketenagakerjaan.

Dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang tinggi, akan meningkatkan tingkat upah, kapasitas diri dan produktivitas. Hal ini dipicu dari saling bersinerginya antara kapasitas diri, produktivitas, skill, dan tingkat upah yang berimpikasi kuat pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut adalah akibat keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang diikutinya.

Di Amerika Serikat seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar US $ 55 juta, master sebesar US $ 40 juta, dan sarjana sebesar US $ 33 juta . Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata US $ 19 juta per tahun. (Nurkolis, 19991). Menurut data BPS Desember tahun 2002 rata-rata upah nominal perbulan buruh dibawah mandor pada industri pakaian jadi adalah Rp 640 ribu. Untuk industri besar adalah sebanyak Rp 598 ribu dan pada industri menengah Rp 323 ribu dan untuk daerah Jabotabek adalah Rp 983 ribu.

Penelitian yang dilakukan Mathias (2004) tentang tingkat upah dan produktivitas tenaga kerja propinsi DKI Jakarta rata-rata per bulan menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi adalah pekerja laki-laki sebesar Rp 2. 273 juta dengan tingkat pendidilan tertinggi universitas atau D.IV dan perempuan dengan tingkat pendidikan yang sama mencapai Rp. 2.097 juta. Penerimaan pendapatan terendah


(30)

adalah perempuan dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari sekolah menengah sebesar Rp. 461.2 ribu da n laki-laki dengan tingkat pendidikan yang sama sebesar Rp. 636.9 ribu. Dari penelitian tersebut, terlihat jelas bagaimana perbedaan tingkat upah yang cukup mencolok antara tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dan tenaga kerja dengan pendidikan rendah.

Simanjuntak (1998) menyatakan bahwa kualitas dan kemampuan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental, dan kemampuan fisik tenaga kerja tersebut. Hal ini merupakan investasi jangka panjang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dan tingkat konsumsi tinggi. Investasi yang demikian merupakan human capital yang dapat memperbaiki kualitas keahlian tenaga kerja itu sendiri. Terdapat beberapa aktivitas mayoritas yang dapat meningkatkan kualitas keahlian tenaga kerja, yaitu: pengetahuan yang didapat dari pendidikan formal, memperbaiki keahlian melalui pengalaman kerja dan pelatihan khusus.

Kualitas tenaga kerja yang ditampakkan melalui etos kerja, motivasi kerja dan keterampilan yang dimilikinya berkorelasi positif dengan produktivitas tenaga kerja dan berimplikasi kuat terhadap tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri. Semakin tinggi kualitas yang dimiliki tenaga kerja, maka semakin tinggi tingkat produktivitasnya yang nantinya akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan produktivitas nasional.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dirumuskan beberapa masalah: 1. Bagaimana karakteristik buruh pada industri konfeksi


(31)

2. Bagaimana faktor -faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh pada industri konfeksi

3. Bagaimana Human Capital dalam meningkatkan produktivitas buruh pada

industri konfeksi dan bagaimana Human Capital buruh pada industri

konfe ksi

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik buruh pada industri konfeksi.

2. Menganalisis faktor -faktor yang mempengaruhi produktivitas buruh pada masing-masing industri konfeksi

3. Menganalisis Human Capital dalam meningkatkan produktivitas buruh

konfeksi dan membandingkan Human Capital buruh pada industri sedang

dengan industri besar.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi:

1. Sebagai sarana bagi peneliti dalam meningkatkan kemampuan analisa

dalam Ekonomi Sumberdaya Manusia pada Industri Konfeksi. 2. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Sebagai masukan bagi perusahaan konfeksi untuk meningkatkan


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumberdaya Manusia

Menurut Simanjuntak (1998) sumberdaya manusia (human resource)

memiliki dua pengertian. Pertama, sumberdaya manusia merupakan usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi yang mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam batas waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, menyangkut kemampuan bekerja dalam memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yang menghasilkan barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat. Kedua pengertian diatas mengandung aspek kuantitas dalam arti jumlah penduduk yang mampu bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan diberikan dalam proses produksi, dengan kata lain sumberdaya manusia merupakan faktor produksi selain tanah dan modal fisik.

Menurut Simamora dalam Zusana (2000) sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang paling penting bagi organisasi. Hal ini terjadi karena sumberdaya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi serta sumberdaya manusia juga merupakan pengeluaran pokok perusahaan dalam menjalankan bisnis. Sumberdaya manusia merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitasnya, memasarkan produk, mengalokasikan sumberdaya finansial dan menentukan seluruh tujuan dan strategi organisasi, sehingga sumberdaya manusia perlu dikembangkan. Pengembangan sumberdaya manusia adalah usaha meningkatkan kemampuan ketrampilan dan produktivitas


(33)

kerja, sehingga dapat mengurangi dan menghapus pengangguran dan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Tenaga kerja adalah penduduk yang telah bekerja, sedang bekerja, mencari kerja dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Batas umur minimum di Indonesia dapat disebut tenaga kerja pada mulanya adalah 10 tahun tanpa batasan maksimum karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional dan atas pertimbangan meningkatnya kegiatan pendidikan maka usia minimum untuk menjadi tenaga kerja adalah 15 tahun berdasarkan UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan. Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah pekerja, penganggur dan pencari pekerjaan. Menurut BPS (2001) , angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang disebut bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan. Angkatan kerja dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu; menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak

bekerja (open unemployed) dan berusaha mencari pekerjaan; setengah

menganggur (under-employed), yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja (under-utilized) dilihat dari jumlah jam bekerja, produktivitas kerja dan pendapatan; bekerja penuh atau yang cukup dimanfaatkan. (Simanjuntak, 1998).

Menurut Hauser dalam Mumu (1992), angkatan kerja dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu:

a. Unemployed : Angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan selama referensi waktu penelitian


(34)

b. Low Hour : Bila seorang bekerja kurang dari 35 jam per minggu

c. Low Income (individu) : Seseorang mencurahkan waktunya untuk bekerja sama atau lebih besar dengan 35 jam per minggu, tetapi pendapatannya tidak cukup untuk menghidupi satu orang anggota keluarga

d. Low Income (household) : Seseorang mencurahkan waktunya untuk bekerja sama atau lebih besar dengan 35 jam per minggu, tetapi pendapatannya tidak cukup untuk menghidupi anggota keluarga

e. Adequately utilized : Seseorang mencurahkan waktunya untuk bekerja 35 jam per minggu dengan pendapatan yang mencukupi untuk menghidupi anggota keluarga

Tabel 2. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, Bukan Angkatan Kerja di Indonesia Tahun 1999-2003

Uraian 1999 2000 2001 2002 2003

Tenaga Kerja (Juta Orang) 141.0 141.1 144.0 148.7 152.7

Angkatan Kerja (AK-Juta Orang)) 94.5 95.6 98.8 100.7 100.4

AK terhadap Penduduk Usia Kerja (%) 67.76 67.76 68.60 67.76 65.72

Bekerja (Juta Orang) 88.8 89.9 90.8 91.6 90.8

Bekerja terhadap Angkatan Kerja (%) 93.92 93.92 91.90 90.94 90.50

Bukan Angkatan Kerja (Juta Orang) 46.2 45.5 45.2 47.9 52.4

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2001, 2002, 2003

Dari Tabel 2, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia, demikian pula dengan jumlah angkatan kerja, walaupun terjadi penurunan pada tahun 2003 sebesar 2.04 persen. Jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami peningkatan. Dengan begitu diperlukan usaha untuk


(35)

meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja.

2.2. Teori Human Capital

Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital

investment) yang menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth), telah ada sejak jaman Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen (1875) dan para teoritisi klasik lainnya sebelum abad ke-19 yang menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia. Schultz (1961) dan Deninson (1962) kemudian memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan sumberdaya manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Penemuan dan cara pandang ini telah mendorong ketertarikan sejumlah ahli untuk meneliti mengenai nilai ekonomi dari pendidikan (Nurulpaik, 2005).

Human capital merupakan stock dari kemampuan dan pengetahuan

produktif yang terdapat pada masyarakat. Alfred Marshal pernah berkata “the

most valuable of all capital is tha t invested in human beings” (Becker, 1975).

Dalam hal ini human capital merupakan investasi jangka panjang pada

pengembangan sumberdaya manusia untuk meningkatkan produktivitas.

Pentingnya human capital adalah pengetahuan yang ada pada sumberdaya

manusia merupakan basis penggerak dalam peningkatan produktivitas. Menurut Simanjuntak (1998) human capital dapat diterapkan dalam hal pendidikan dan latihan, migrasi serta perbaikan gizi dan kesehatan.


(36)

Menurut Olgaard dalam Ananta dan Djadjanegara (1986) terdapat tiga jenis perubahan kualitas human capital, yaitu:

a. Efek Tahunan. Efek ini berarti bahwa semua tenaga kerja mempunyai kualitas

human capital yang lebih tinggi seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan kesehatan dan lingkungan.

b. Efek Kohor. Tenaga kerja dengan usia yang lebih muda (kohor muda) kualitas

human capital yang dimilikinya lebih baik karena perbaikan fasilitas pelayanan pendidikan.

c. Efek Usia. Peningkatan usia dapat meningkatkan kualitas human capital dalam usia yang relatif muda, sedangkan pada usia yang lebih tua akan menurunkan kualitas human capital

2.2.1. Pendidikan dan Latihan

Pendidikan dan latihan merupakan usaha dalam pengembangan sumberdaya manusia, terutama aspek kemampuan intelektual dan kepribadiannya (Notoatmojo dalam Zusana, 2000). Upaya meningkatkan pendidikan dan pelatihan merupakan karakteristik dari investasi sumberdaya manusia yang membutuhkan opportunity cost yang tidak sedikit.

Dalam Dictionary of Education, pengertian pendidikan adalah:

a. Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk

tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup.

b. Proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang


(37)

atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.

Tilaar dalam Bahri (2001) menyatakan bahwa pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang berkualitas bukan saja pendidikan yang meningkatkan kualitas intelejensi akademik tetapi juga meliputi berbagai aspek kehidupan lainnya. Selain itu pendidikan merupakan suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kebudayaan pada masyarakat lokal, bangsa dan masyarakat global. Dengan demikian fungsi pendidikan tidak hanya untuk menggali potensi yang ada pada manusia tetapi juga mengontrol potensi tersebut agar dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi masyarakat (Raharto, dalam Bahri 2001). Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja semakin tinggi tingkat produktivitasnya dan semakin tinggi tingkat pendapatan, tetapi tingginya tingkat pendapatan ini tidak hanya dipengaruhi ole h faktor tenaga kerja saja, tetapi juga tergantung pada faktor lain seperti: lingkungan eksternal, lingkungan internal dan sebagainya. Pendidikan dan pelatihan juga merupakan sebuah indikator untuk mengukur tingkat kemiskinan.

Combs dalam Latif (1990) mengklasifikasikan pendidikan kedalam tiga bagian, yaitu:

a. Pendidikan Informal, yaitu: proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistimatik, sejak seorang lahir sampai kemudian meninggal, seperti dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal dan sebagainya


(38)

b. Pendidikan Formal, yaitu: pendidikan disekolah yang teratur, sistimatis, mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu tertentu dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi

c. Pendidikan Nonformal, yaitu: semua bentuk pendidikan yang

diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan.

Pelatihan adalah bagian dari pendidikan. Menurut Becker (1975) pelatihan terdiri dari General Training dan Specific Tra ining dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas yang tercermin dalam tingkat pendapatan. Latihan dapat diartikan sebagai proses pendidikan dalam jangka pendek yang ditujukan pada tenaga kerja bukan manajer. Pelatihan merupakan kunci untuk menggali potensi tenaga kerja yang tersimpan.

Menurut Moelyono (1990) tujuan dilaksanakan latihan adalah: a. Peningkatan produktivitas

Kegiatan latihan dan pengembangan tidak saja bermanfaat bagi tenaga kerja baru, tetapi juga pada buruh yang sudah lama bekerja. Hal ini dapat meningkatkan prestasi kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas.

b. Peningkatan kualitas

Program pelatihan dapat membantu tenaga kerja dalam memperbaiki hasil yang lebih tinggi kualitasnya, dapat juga mengurangi kesalahan dalam bekerja.


(39)

Ketika terjadi permasalahan dalam jumlah tenaga kerja yang bekerja atau pergantian tenaga kerja secara mendadak, maka perusahaan akan dapat mencari penggantinya dengan lebih mudah karena adanya program latihan d. Memperbaiki etika kerja

Iklim kerja biasanya mudah diperbaiki apabila program pelatihan dapat dilaksanakan. Reaksi-reaksi positif akan tumbuh dari program pelatihan yang terencana dengan baik yang pada gilirannya akan membentuk etika kerja yang lebih baik.

e. Kompensasi tidak langsung

Pelatihan bagi tenaga kerja merupakan bagian balas jasa tehadap pekerjaanya. Mereka mengharapkan perusahaan membayar biaya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka.

f. Kesehatan dan keselamatan

Latihan yang tepat akan mencegah kecelakaan dan menciptakan lingkungan kerja yang segar dan dapat mengarahkan sikap mental tenaga kerja yang stabil

g. Mencegah keausan

Mengadakan pelatihan yang berkesinambungan perlu agar tenaga kerja dapat tetap menguasai bidangnya masing-masing yang dapat mendorong menciptakan kreatifitas baru para buruh dalam berproduksi sehingga membantu dalam pencegahan keausan pengetahuan dan keterampilan.

h. Pengembangan pribadi

Kegiatan latihan sebenarnya meningkatkan proses nilai tambah dan member i keuntungan pada perusahaan dan merupakan pengembangan nilai


(40)

tambah pribadi karena berbagai pengalaman yang diperoleh selama mengikuti pelatihan.

Tabel 3. Struktur Angkatan Kerja Menurut Pendidikan (Jutaan Orang) di Indonesia Tahun 1999-2003

Pendidikan 1999 2000 2001 2002 2003

Tidak Bersekolah 7,603 7,129 6,995 6,849 5,066

Belum Lulus SD 16,107 14,633 15,591 15,245 12,589

SD 34,102 35,508 35,724 36,959 37,169

SLTP 14,035 15,364 16,851 17,490 20,570

SLTA Umum 11,571 13,378 11,489 12,212 14,156

SLTA Kejuruan 6,559 4,854 7,259 7,121 6,137

Diploma I/II/III 2,009 2,144 2,238 2,216 1,933

Universitas 2,366 2,294 2,669 2,686 2,698

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2001, 2002, 2003

Tabel 3, menunjukkan trend penurunan jumlah tenaga kerja yang tidak lulus SD dan peningkatan tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja , tetapi peningkatan ini tidak cukup menggembirakan karena 62 persen tenaga kerja di Indonesia hanya lulusan SD dan bahkan tidak lulus sama sekali. Tenaga kerja lulusan Perguruan Tinggi hanya berkisar 4.8 persen dari total tenaga kerja di Indonesia

Kualitas Pendidikan di Indonesia dapat diketahui dari Human

Development Index. Pada Tabel 4, terdapat peningkatan HDI (indeks pengembangan sumberdaya manusia) Indonesia pada tahun 2002, yaitu menjadi 0.692 dari 0.682 dari tahun 2001. Demikian juga dengan peringkat HDI Indonesia mengalami peningkatan satu peringkat.


(41)

Tabel 4. Perbandingan Indeks Penegembangan Sumberdaya Manusia Indonesia Dengan Beberapa Negara Dunia Tahun 2001-2002

Indices Indonesia World Developing

Countries

South Asia

East Asia & The Pacific

HDI Value, 2002 0.692 0.729 0.663 0.584 0.740

HDI Rank, 2002 (177

Countries) 111 - - - -

HDI Value, 2001 0.682 0.722 0.655 0.582 0.722

HDI Rank, 2001 (175

Countries) 112 - - - -

Sumber: Laporan UNDP, 2001-2002 2)

Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan-perbaikan dalam berbagai bidang yang mempengaruhi tingkat HDI terutama bidang pendidikan, walaupun tidak terjadi peningkatan secara drastis dan lebih tinggi lagi. Ini membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam dan konsep yang matang untuk meningkatakan kualitas pendidikan di Indonesia.

2.2.2. Pangan, Gizi dan Kesehatan

Manusia dalam pembangunan berkelanjutan adalah sebagai subjek dan sebagai objek. Sebagai subjek manusia harus mampu memberikan potensi terbaik yang ada pada dirinya. Sedangkan sebagai objek, pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia itu sendiri.

Kualitas manusia merupakan faktor utama dalam peningkatan kesejahteraan. Kualitas sumberdaya manus ia bersifat statis dan dinamis. Kualitas statis ini meliputi kemampuan dalam melaksanakan kegiatan fisik atau mental secara optimal untuk menghindari gangguan dan penyakit. Sedangkan kualitas bersifat dinamis adalah kemampuan untuk meningkatkan taraf ekonomi, sosial dan kecerdasan.


(42)

) http://hdrc.undp.org.in/APRI/hds/hdfct/indonsia.htm, 18 Mei 2005

Salah satu faktor penentu dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia

adalah pangan dan gizi. Pangan merupakan basic needs untuk memenuhi

kebutuhan manusia agar tetap melaksanakan kegiatannya yang secara langsung dapat mempengaruhi tingkat produktivitasnya. Demikian pula dengan kualitas yang dimiliki oleh pangan, juga harus lebih diperhatikan. Dengan kualitas pangan yang baik dan peningkatan gizi masyarakat Indonesia diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja yang nantinya akan meningkatkan pendapatan dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas merupakan istilah mencakup bidang yang luas dan menarik. Hingga saat ini belum ada definisi yang tepat tentang produktivitas. Menurut Mathis dan Jakson dalam Manubowo (2003), menyebutkan bahwa sistem manajemen produktivitas berusaha mendefinisikan, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan dan memberi penghargaan terhadap produktivitas karyawannya.

Filosofi dari produktivitas adalah keinginan dan usaha manusia untuk meningkatkan mutu hidup dan penghidupannya. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan masukan sebenarnya. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa. Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan sumberdaya secara baik dalam proses produksi (Sinungan dalam Tutuhatunewa,

1998). Dalam Koehler’s Dictionary for Accountants (1983) produktivitas


(43)

menggunakan satu atau lebih faktor produksi. Pendefinisian tentang produktivitas sekarang ini tidak hanya mengacu pada proses produksi fisik saja tetapi lebih menenekan pada aspek sumberdaya manusia yang mengacu pada motivasi terhadap peningkatan taraf hidup.

Peningkatan produktivitas sifatnya sangat spesifik. Usaha peningkatan produktivitas tergantung pada setiap perusahaan dan setiap usaha yang dilakukan tidak bisa diterapkan begitu saja pada perusahaan lain. Usaha peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pemanfatan tenaga manusia secara maksimal dan pengefektifan pengelolaan kerja. Sumberdaya manusia merupakan unsur penting dalam proses peningkatan produktivitas, karena teknologi yang digunakan dalam proses produksi merupakan hasil karya manusia. Produktivitas tenaga kerja merupakan tingkat kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan produk. Perubahan kualitas tenaga kerja adalah perubahan produktivitas pekerja dalam jumlah tenaga kerja yang tidak berubah dan perubahan produktivitas yang terjadi karena perubahan jumlah satuan tenaga kerja tidak disebut sebagai perubahan kualitas tenaga kerja (Ananta dan Djadjanegara, 1986). Selain itu dalam teori ekonomi, produktivitas merupakan suatu pengukuran output yang merupakan pengukuran relatif (output terhadap input atau faktor produksi). Produktivitas tenaga kerja mengacu pada kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan output.

Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (Simanjuntak, 1998). Pada dasarnya, orang berproduktivitas rendah disebabkan oleh kurangnya


(44)

keterampilan, kurangnya sarana -sarana penunjang, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi, salah penempatan posisi kerja, rendahnya tingkat upah dan sebagainya.

Menurut Soeprihanto dalam Manubowo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah: bakat, pendidikan dan latihan, nutrisi, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemauan, hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan berprestasi, investasi, perijinan, moneter dan distribusi. Sedangkan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja adalah pengetahuan, keterampilan, abilitas, sikap dan perilaku karyawan (Bernadin dan Russel, 1993). Menurut Ananta dan Djadjanegara (1986) terdapat empat faktor yang mempengaruhi produktivitas.

a. Perubahan jumlah tenaga kerja b. Perubahan jumlah jam kerja c. Pergeseran fungsi produksi d. Perubahan kondisi pasar

Pada abad ke 18, Adam Smith telah mengemukakan arti efisiensi dan spesialisasi yang pada hakikatnya merupakan faktor terpenting dala m peletakan dasar produktivitas dapat pula diartikan sebagai ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas dari sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi dengan membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap atau seluruh sumber-sumber masukan yang dig unakan (Aroef dalam Tutuhatunewa, 1998). Efisiensi adalah penghematan penggunaan sumber-sumber dalam kegiatan produksi atau organisasi. Efektivitas merupakan pencapaian keluaran atau target.

Produktivitas =

kan SumberMasu umber

enggunaanS EfisiensiP

nTugas sPelaksana Efektivita


(45)

Produktivitas =

kan SumberMasu umber

enggunaanS EfisiensiP

n kanKeluara sMenghasil

Efektivita

Menurut Ravianto dalam Tutuhatunewa (1998), peningkatan produktivitas dapat dilihat dari tiga cara, yaitu:

a. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumberdaya yang sama

b. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dengan menggunakan

sumberdaya yang lebih sedikit

c. Jumlah produksi meningkat jauh lebih besar dengan menggunakan

sumberdaya yang relatif sedikit

Melalui pendekatan sistem, Simanjuntak (1998) menyatakan bahwa faktor -faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja adalah:

a. Kualitas dan kemampuan tenaga kerja, yang dapat dipengaruhi oleh

pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, sikap mental dan kondisi fisik tenaga kerja

b. Sarana pendukung tenaga kerja, mencakup lingkungan kerja dan

kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja meliputi keselamatan dan kesehatan kerja, sarana produksi dan teknologi, sedangkan kesejahteraan tenaga kerja tercermin pada tingkat upah dan jaminan sosial

c. Supra sarana, yang meliputi kebijakan pemerintah, Hubungan Industrial

Pancasila dan kemampuan dalam mencapai kerja yang optimal.

Ross (1977) mengemukakan 9 faktor atau dorongan yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan produktivitas, yaitu:

a. Kerja yang bersifat menantang, kreatif, menarik dan memberikan


(46)

b. Partisipasi dalam mengambil keputusan yang berpengaruh terhadap individu

c. Kompensasi yang dikaitkan dengan produktivitas

d. Komunikasi dan saluran komando yang sederhana

e. Pengawasan yang kompeten

f. Pengakuan terhadap prestasi

g. Kesempatan untuk pengembangan diri

h. Kesempata n untuk memimpin

i. Pola atau tipe organisasi yang lebih fleksibel

2.4. Industri Besar dan Industri Sedang

Industrialisasi merupakan sebagian dari kegiatan pembagunan dunia. Lahirnya industrialisasi didorong laju perkembanagn evolusi budaya yang pesat yang secara timbal balik menghasilkan berbagai teknologi baru, yang kemudian dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan. Sektor Industri merupakan sektor utama penunjang perekonomian Indonesia. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia tahun 1999 (BPS, 2001). Peranan sektor Industri Pengolahan mencapai 25,8 persen dari pembentukan PDB pada tahun 1999 dan 26,11 persen pada tahun 2001, sedangkan sektor pertanian 19,4 persen tahun 1999 dan 16,39 persen tahun 2001. Terlihat penurunan yang cukup tinggi pada sektor pertanian dalam pembentukan PDB Indonesia.

BPS membagi Industri pengolahan menjadi empat kelompok berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat didalamnya tanpa memperhatikan penggunaan teknologi dan jumlah modal yang ditanamkan. Keempat kelompok tersebut yaitu, industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga.


(47)

a. Industri Besar adalah perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih jumlah tenaga kerja.

b. Industri Sedang adalah perusahaan yang mempekerjakan 20-99 orang

tenaga kerja.

c. Industri Kecil adalah perusahaan yang mempekerjakan 5-19 orang tenaga

kerja.

d. Industri Rumah Tangga adalah perusahaan yang mempekerjakan 1-4 orang

tenaga kerja.

Sesuai dengan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), ruang lingkup industri kecil sebagaimana halnya dengan industri besar dan menengah terdiri atas 10 sektor lapangan usaha (BPS, 2001) yaitu:

a. Pertanian dan petenakan, kehutanan, perkebunan dan perikanan

b. Pertambangan dan Penggalian

c. Industri Pengolahan, listrik, gas dan air

d. Bangunan/kontruksi

e. Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel

f. Angkutan/ penggudangan dan komunikasi

g. Keuangan, asuransi, usaha sewa banguna, tanah dan jasa perusahaan h. Jasa kemasyarakatan, sosial dan dan perorangan

i. Kegiatan yang belum jelas batasnya

BPS Indonesia membagi Industri Pengolahan menjadi 9 bagian dengan kode masing-masing:

a. Industri makanan, minuman dan tembakau (3.1) b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (3.2)


(48)

c. Industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk perabot rumah tangga (3.3) d.Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan (3.4) e.Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,

karet dan plastik (3.5)

f. Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara (3.6) g. Industri logam dasar (3.7)

h. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya (3.8) i. Industri pengolahan lainnya (3.9)

Pada industri tekstil, pakaian jadi dan kulit termasuk kedalamnya industri konfeksi. Jenis produk yang mudah tumbuh dan berkembang yang merupakan produk andalan untuk komoditi ekpor dan pasaran lokal seperti pakaian jadi pria dan wanita, blue jeans, baju santai, pakaian dalam, baju tidur dan busana muslim cukup dominan permintaanya dari negara-negara Asia, Timur Tengah dan Eropa serta pasaran lokal sendiri. Sedangkan produk assesoris rumah tangga berupa sarung bantal, bed cover, taplak meja, pakaian anak- anak dan selimut kebanyakan untuk pasaran lokal antara lain untuk Tanah Abang dan Jatinegara serta pulau-pulau di luar Jawa.

2.5. Penelitian Terdahulu

Studi Bank Dunia tahun 1980 mengenai 83 negara sedang berkembang menunjukan bahwa di 10 negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan riil tertinggi dari GNP perkapita antara tahun 1960 dan 1977, adalah negara yang tingkat melek huruf pada tahun 1960 rata-rata 16 persen lebih tinggi daripada negara-negara lain. Juga telah digambarkan bahwa investasi dalam bidang pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap produktivitas individu dan


(49)

penghasilannya. Kebanyakan bukti berasal dari pertanian. Kajian antara petani yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan di negara-negara berpendapatan rendah menunjukkan, ketika masukan-masukan seperti pupuk dan bibit unggul tersedia untuk teknik-teknik usaha tani yang lebih baik, hasil tahunan seorang petani yang berpendidikan selama empat tahun rata-rata 13 persen lebih tinggi daripada seorang petani yang tidak berpendidikan. Meskipun masukan ini kurang, penghasilan para petani yang berpendidikan tetap lebih tinggi 8 persen (World Development Report, 1980).

Penelitian yang dilakukan Sulaeman (1996) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan pekerja pada industri kecil tas kulit di desa Bojong Rangkas menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata dalam penyerapan tenaga kerja adalah pesanan, upah, produksi dompet perminggu. Permintaan tenaga kerja oleh pengusaha ditentukan oleh berapa banyak produksi yang dihasilkan oleh pengrajin. Perlu atau tidaknya pengusaha menambah pekerja yang berhubungan dengan proses produksi adalah perhitungan yang dilakukan pengusaha atas tambahan pekerja dibandingkan dengan biaya marjinal atau upah pekerja, apakah masih menguntungkan apa tidak apabila melakukan penambahan tenaga kerja. Faktor-faktor yang berpangaruh terhadap tingkat pendapatan pekerja adalah pengalaman kerja dan kemampuan bekerja sesuai dengan keahlian. Sedangkan untuk pekerja perempuan, tingkat pendapatan dipengaruhi oleh tingkat umur.

Hasil penelitian yang dilakukan Tutuhanewu (1998) mengenai analisis faktor -faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di industri sepatu Kotabatu, diketahui bahwa faktor -faktor yang berpengaruh nyata adalah jenis


(50)

kelamin pada taraf kepercayaan 80 persen, jumlah tanggungan keluarga, umur, tingkat pendapatan, dan alokasi waktu kerja pada taraf kepercayaan 95 persen. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja. Sedangkan tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan pengeluaran rata-rata tidak berpengaruh nyata.

Dalam penelitian yang dila kukan Santoso (2001) terhadap faktor -faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada undustri kecil tahu, diketahui bahwa variabel yang berpengaruh adalah umur yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, jumlah tanggungan keluarga pada taraf kepercayaan 90 persen dan upah pada taraf kepecayaan 99 persen. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan jumlah pengeluaran rata-rata perbulan.

Kurnia (2003) melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pemetik teh pada PT. Perkebunan Nusantara VII Kebun Papandayan, terdapat enam variabel yang berpengaruh secara signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen yaitu, jenis kelamin, status keja, pendapatan, pengeluaran kelurga, hubungan dengan sesama pemetik dan pengalaman kerja. Sedangkan variabel yang tidah berpengaruh adalah umur, tingkat pendidikan formal, pendapatan dari luar usaha pemetikan teh, jarak tempuh, hubungan atasan dan jumlah tanggungan keluarga.

Penelitian yang dilakukan Mathias (2004) tentang tingkat upah dan produktivitas tenaga kerja propinsi DKI Jakarta rata-rata per bulan menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi adalah pekerja laki-laki sebesar Rp 2,273 juta dengan tingkat pendidilan tertinggi universitas atau D.IV dan perempuan dengan tingkat


(51)

pendidikan yang sama mencapai Rp. 2,097 juta. Penerimaan pendapatan terendah adalah perempuan dengan tingkat pendidikan lebih rendah dari sekolah menengah sebesar Rp. 461,2 ribu dan laki-laki dengan tingkat pendidikan yang sama sebesar Rp. 636,9 ribu. Dari penelitian tersebut, terlihat jelas bagaimana perbedaan tingkat upah yang cukup mencolok antara tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dan tenaga kerja dengan pendidikan rendah.


(52)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Regresi Linier Berganda

Persamaaan Regresi merupakan persamaan matematika yang memungkinkan untuk meramalkan nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (Walpole, 1982). Analisis regresi merupakan salah satu alat analisis yang menjelaskan tentang akibat dan besarnya akibat yang ditimbulkan oleh peubah bebas terhadap peubah tak bebas (Sudarmanto, 2005)

Biasanya peubah tak bebas dilambangkan dengan huruf Y dan peubah bebas dengan huruf X. Hubungan antara peubah tak bebas dengan peubah bebas saling berhubungan secara linear disebut garis regresi linear yang dapat dituliskan dalam bentuk:

= á + bx

dimana á menyatakan intersep atau berpotongan dengan sumbu tegak, dan b adalah kemiringan atau gradiennya. Lambang digunakan untuk membedakan nilai ramalan yang dihasilakan garis regresi dan nilai y yang sesungguhnya untuk nilai x tertentu.

Regresi berganda merupakan peramalan peubah tak bebas Y dengan beberapa peubah bebas X1, X2,...X dan dapat dituliskan sebagai berikut:


(53)

Metode yang digunakan merupakan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (OLS/ Ordinary Least Square), dengan asumsi-asumsi:

a. Nilai rata-rata pengganggu sama dengan nol, yaitu E(åi) = 0, untuk setiap i.

dimana i = 1,2,3….,k.

b. Varian (åi) = E(åi2) = ä2 , sama untuk semua kesalahan pengganggu

(asumsi homoskedasitas).

c. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti Cov (åi, åj) =

0, untuk i j.

d. Peubah bebas X1,X2,…..,Xk konstan dalam sampling yang berulang dan

bebas dari kesalahan pengganggu åi, E(Xi åi) = 0.

e. Tidak ada kolinearitas ganda (multikolineraritas) yang berarti tidak ada hubungan linear yang nyata antara peubah-peubah bebas.

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji– t dan uji-f. Uji-t bertujuan untuk mengetahui peubah bebas mana yang berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas pada berbagai tingkat á . Uji-f digunakan menguji apakah keseluruhan model dapat digunakan untuk menduga hubungan antar peubah bebas dan peubah tak bebasnya.

Untuk mengetahui apakah peubah bebas yang digunakan pada model berpengaruh atau tidak terhadap peubah yang dijelaskan, maka dilakukan uji hipotesa bagi koefisien regresi secara serentak. Dalam hal ini digunakan uji F, yaitu:

hitung

F =

k n ratSisa JumlahKuad

k gresi ratTengah

JumlahKuad

−1 Re


(54)

dimana:

n = Jumlah Pengamatan

k = Jumlah Variabel Bebas

Hipotesis yang digunakan untuk menguji kesesuaian model: Ho : b1 = b2 =...= bk = 0

H1 : b1 = b2 =...= bk 0 dimana:

bk = salah satu peubah bebas (jenis kelamin, umur buruh, lama pendidikan formal, pengalaman kerja, alokasi waktu kerja, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga , spesifikasi kerja, status pekerjaan, cara mendapatkan pekerjaan, biaya pelatihan dan lama pelatihan).

Kaidah pengujian yang digunakan adalah: Fhitung > Ftabel (k-1;n-k) = tolak Ho

Fhitung < Ftabel (k-1;n-k) = terima Ho

Jika Ho ditolak berarti bahwa peubah yang digunakan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas, demikian juga sebaliknya. Apabila Fhitung > Ftabel (k-1;n-k)

berarti tolak Ho dan terima H1 yang mengidentifikasikan bahwa model dugaan dapat digunakan untuk meramalkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah tak bebas pada berbagai tingkat kepercayaan

Goodnes of fit (R2) memperlihatkan persentase variasi total dari peubah tak bebas yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik model yang digunakan, tetapi jika R2 bernilai rendah belum tentu

model yang digunakan buruk.

Uji T digunakan untuk mengetahui peubah bebas mana yang berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas pada berbagai tingkat kepercayaan


(55)

Thitung =

i i

Sb b −0

Dengan Hipotesis: Ho : b1 = b2 =...= bk = 0 H1 : b1 = b2 =...= bk 0 dimana:

bk = salah satu peubah bebas (jenis kelamin, umur buruh, lama pendidikan formal, pengalaman kerja, alokasi waktu kerja, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga , spesifikasi kerja, status pekerjaan, cara mendapatkan pekerjaan, biaya pelatihan dan lama pelatihan).

Kriteria ujinya adalah:

Thitung > Ttabel ( 2α ;n-k) = tolak Ho

Thitung < Ttabel ( 2α ;n-k) = terima Ho

Penolakan atas Ho mengidentifikasikan bahwa peubah bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas dan apabila bi lebih besar dari nol maka peningkatan peubah i akan meningkatkan peubah tak bebasnya, demikain pula sebaliknya.

3.1.2 Analisa Kelayakan Human Capital

Pendidikan yang ditamatkan dan latihan yang diikuti buruh merupakan bekal dalam menghadapi persaingan di pasar tenaga kerja. Pelatihan merupakan investasi yang imbalannya diperoleh beberapa tahun kemudian dalam bentuk

peningkatan jumlah penghasilan dan produktivitas yang dikenal sebagai human


(56)

Untuk menganalisis penggunaan Human Capital dalam peningkatan produktivitas buruh adalah menggunakan Net Present Value (NPV), yaitu:

Y(sla) =

+

n

t t

r V

0 (1 )

dimana

Y(sla) = nilai sekarang (NPV) dari arus penghasilan seumur hidup Vt = besarnya penghasilan pada tahun t

r = tingkat discount yang menggambarkan time preference seseorang atas konsumsi barang saat sekarang dibanding satu tahun yang akan datang

t = periode waktu (lamanya) seseorang bekerja

Jika:

Y (Sla) > 0 = Pendidikan dan Pelatihan dapat meningkatkan nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup

Y (Sla) < 0 = Pendidikan dan Pelatihan dapat meningkatkan nilai sekarang dari arus penghasilan seumur hidup

Y (Sla) = 0 = Pendidikan dan Pelatihan dapat mengembalikan opportunity cost

yang telah dikeluarka n

3.2 Kerangka Operasional

Perekonomian Indonesia didominasi oleh perindustrian. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar PDB selama sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2001 PDB dari industri pengolahan sebanyak 26,11 persen dan dari sektor pertanian hanya sebesar 16,39 persen.

Dari tahun ketahun terdapat peningkatan jumlah tenaga kerja pada industri besar dan industri sedang, walaupun terjadi penurunan jumlah perusahaan. Hal ini terjadi karena tidak semua sub sektor perindustrian mengalami peningkatan, bahkan ada yang mengalami penurunan jumlah yang cukup signifikan. Peningkatan penyerapan tenaga kerja banyak terjadi pada sub sektor industri


(1)

Lampiran 2.

Output

Analisis Regresi Linier Berganda Pada Industri

Besar Tahun 2005

M odel Summary(b)

Model R R 2 Adj R 2 Std.

Error Change Statistics D-W

R 2 Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change 1 ,944(a) ,892 ,855 3,9375 ,892 23,904 10 29 ,000 1,127 a Predictors: (Constant), biayapelat, Spesifikasi Kerja, Jumlah tanggungan, Cara Mendapat Pekerjaan, Status

Pekerjaa, Lama Pendidikan Formal, Alokasi Waktu Bekerja, Pengalaman Kerja, Umur, Pendapatan b Dependent Variable: Produktivitas

A N O V A(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3706,155 10 370,616 23,904 ,000(a)

Residual 449,620 29 15,504

Total 4155,775 39

a Predictors: (Constant), biayapelat, Spesifikasi Kerja, Jumlah tanggungan, Cara Mendapat Pekerjaan, Status Pekerjaa, Lama Pendidikan Formal, Alokasi Waktu Bekerja, Pengalaman Kerja, Umur, Pendapatan b Dependent Variable: Produktivitas

Coefficientsa

1135,439 37,827 30,017 ,000 1058,074 1212,804

,434 ,562 ,089 ,773 ,446 -,715 1,582 ,071 ,142 ,047 ,280 3,568

-,398 ,543 -,062 -,734 ,469 -1,508 ,712 ,008 -,135 -,045 ,524 1,907 ,764 1,125 ,074 ,679 ,502 -1,537 3,065 ,434 ,125 ,041 ,315 3,178 ,059 ,039 1,680 1,523 ,139 -,020 ,138 ,938 ,272 ,093 ,003 326,263 ,000 ,000 -1,063 -,705 ,486 ,000 ,000 ,180 -,130 -,043 ,002 609,644 -,701 2,008 -,031 -,349 ,729 -4,808 3,405 ,215 -,065 -,021 ,459 2,178 23,155 34,806 1,100 ,665 ,511 -48,032 94,342 -,469 ,123 ,041 ,001 732,557 -2,032 2,480 -,093 -,819 ,419 -7,103 3,040 ,007 -,150 -,050 ,287 3,480 1,960 1,501 ,095 1,306 ,202 -1,110 5,029 ,080 ,236 ,080 ,704 1,420

,000 ,000 ,076 ,873 ,390 ,000 ,000 -,184 ,160 ,053 ,489 2,046

(Constant) Umur

Lama Pendidikan Formal Pengalaman Kerja Alokasi Waktu Bekerja Pendapatan Jumlah tanggungan Spesifikasi Kerja Status Pekerjaa Cara Mendapat Pekerjaan biayapelat Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B

Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Produktivitas a.


(2)

Lampiran 3.

Output

Analisis Regresi Linier Berganda Pada Industri

Besar Setelah Ditransformasi Tahun 2005

M odel Summary(b)

Model R R 2 Adj R 2 Std. Error Change Statistics D-W R 2 Change F Change df1 df2

Sig. F

Change 1 ,751(a) ,565 ,434 7,7654 ,565 4,324 9 30 ,001 1,830 a Predictors: (Constant), biaya, Car, Um, Pend, Spe, Peng, Sta, Alo, Tangg

b Dependent Variable: Produktivitas

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2346,725 9 260,747 4,324 ,001(a)

Residual 1809,050 30 60,302

Total 4155,775 39

a Predictors: (Constant), biaya, Car, Um, Pend, Spe, Peng, Sta, Alo, Tangg b Dependent Variable: Produktivitas

Coefficientsa

1281,520 12,035 106,480 ,000 1256,941 1306,099

-,589 1,271 -,072 -,464 ,646 -3,185 2,006 ,180 -,084 -,056 ,609 1,643 2,830 1,873 ,198 1,511 ,141 -,994 6,654 ,329 ,266 ,182 ,849 1,178 5,676 2,461 ,339 2,306 ,028 ,649 10,702 ,404 ,388 ,278 ,673 1,486 -,069 ,018 -,560 -3,911 ,000 -,104 -,033 -,506 -,581 -,471 ,707 1,414 3,988 4,809 ,150 ,829 ,414 -5,834 13,810 ,382 ,150 ,100 ,442 2,261 8,508 5,892 ,180 1,444 ,159 -3,525 20,541 ,250 ,255 ,174 ,932 1,073 -,484 8,789 -,008 -,055 ,956 -18,433 17,466 -,022 -,010 -,007 ,726 1,377 -16,510 20,074 -,115 -,822 ,417 -57,506 24,486 ,102 -,148 -,099 ,747 1,339

,000 ,000 ,007 ,052 ,959 ,000 ,000 ,177 ,010 ,006 ,792 1,263

(Constant) Um Pend Peng Alo Tangg Spe Sta Car biaya Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B

Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Produktivitas a.


(3)

Lampiran 4. Analisis

Human Capital

Buruh Industri Sedang

uraian 0 1 2 3 4 5

inflow 2546400 2546400 10965000 10965000 10965000 10965000

outflow 3017100 5034600 1620250 1620250 1620250 1620250

net benefit -470700 -2488200 9344750 9344750 9344750 9344750

df 12% 1 0,892857143 0,797193878 0,711780248 0,635518078 0,567426856

npv per tahun -470700 -2221607,143 7449577,487 6651408,471 5938757,563 5302462,11

npv Rp 62.256.340,29

net b/c 24,12378826

irr 28,42%

df 17% 1 0,854700855 0,730513551 0,624370556 0,533650048 0,456111152

npv per tahun -470700 -2126666,667 6826466,506 5834586,757 4986826,288 4262244,691

npv Rp 43.299.679,03

net b/c 17,67060703

irr 36,18%

df 231% 1 0,302114804 0,091273355 0,027575032 0,008330825 0,002516866

npv per tahun -470700 -751722,0544 852926,6801 257681,7765 77849,4793 23519,48015

npv Rp (263,05)

net b/c 0,999784816

irr

6 7 8 9 10 11 12

10965000 10965000 10965000 10965000 10965000 10965000 10965000

1620250 1620250 1620250 1620250 1620250 1620250 1620250

9344750 9344750 9344750 9344750 9344750 9344750 9344750

0,506631121 0,452349215 0,403883228 0,360610025 0,321973237 0,287476104 0,256675093

4734341,17 4227090,33 3774187,795 3369810,531 3008759,403 2686392,324 2398564,575

0,389838592 0,333195378 0,284782374 0,243403738 0,208037383 0,177809729 0,151974128

3642944,18 3113627,504 2661220,089 2274547,085 1944057,337 1661587,468 1420160,229

0,000760382 0,000229723 6,94026E-05 2,09676E-05 6,33461E-06 1,91378E-06 5,78181E-07


(4)

13 14 15 16 17 18 19

10965000 10965000 10965000 10965000 10965000 10965000 10965000

1620250 1620250 1620250 1620250 1620250 1620250 1620250

9344750 9344750 9344750 9344750 9344750 9344750 9344750

0,22917419 0,204619813 0,182696261 0,163121662 0,145644341 0,13003959 0,116106777

2141575,513 1912120,994 1707250,887 1524331,15 1361009,955 1215187,46 1084988,803

0,129892417 0,11101916 0,094888171 0,081101001 0,069317094 0,05924538 0,050637077

1213812,162 1037446,292 886706,2324 757868,5747 647750,9185 553633,2637 473190,8237

1,74677E-07 5,27726E-08 1,59434E-08 4,81673E-09 1,4552E-09 4,39639E-10 1,32821E-10

1,632314235 0,493146295 0,148986796 0,045011117 0,013598525 0,004108316 0,001241183

20 21 22 23 24 25

10965000 10965000 10965000 10965000 10965000 10965000

1620250 1620250 1620250 1620250 1620250 1620250

9344750 9344750 9344750 9344750 9344750 9344750

0,103666765 0,092559612 0,08264251 0,073787956 0,065882103 0,058823307

968740,003 864946,4312 772273,5993 689529,9994 615651,7852 549689,0939

0,043279553 0,036991071 0,0316163 0,027022478 0,023096135 0,019740287

404436,6014 345672,3089 295446,4179 252518,3059 215827,6119 184468,0443

4,01273E-11 1,21231E-11 3,66255E-12 1,10651E-12 3,34294E-13 1,00995E-13


(5)

Lampiran 5. Analisis

Human Capital

Buruh Industri Besar

Uraian 0 1 2 3 4 5 6

inflow 115200 115200 7537200 7537200 7537200 7537200 7537200

outflow 1094700 2357700 3928200 3928200 3928200 3928200 3928200

net benefit -979500 -2242500 3609000 3609000 3609000 3609000 3609000

df 12% 1 0,892857143 0,797193878 0,711780248 0,635518078 0,567426856 0,506631121

npv per tahun -979500 -2002232,143 2877072,704 2568814,914 2293584,745 2047843,522 1828431,716

npv Rp22.101.835,48

net b/c 8,412414806

irr 27,20%

df 17% 1 0,854700855 0,730513551 0,624370556 0,533650048 0,456111152 0,389838592

npv per tahun -979500 -1916666,667 2636423,406 2253353,338 1925943,024 1646105,149 1406927,478

npv Rp14.829.555,04

net b/c 6,120408024

irr 34,19%

df 89% 1 0,529100529 0,27994737 0,148120302 0,07837053 0,041465889 0,021939624

npv per tahun -979500 -1186507,937 1010330,058 534566,1682 282839,2424 149650,3928 79180,10203

npv Rp (20.476,06)

net b/c 0,990546635

irr

7 8 9 10 11 12

7537200 7537200 7537200 7537200 7537200 7537200

3928200 3928200 3928200 3928200 3928200 3928200

3609000 3609000 3609000 3609000 3609000 3609000

0,452349215 0,403883228 0,360610025 0,321973237 0,287476104 0,256675093

1632528,318 1457614,57 1301441,58 1162001,411 1037501,26 926340,4104

0,333195378 0,284782374 0,243403738 0,208037383 0,177809729 0,151974128

1202502,118 1027779,588 878444,092 750806,9163 641715,3131 548474,6265

0,011608267 0,00614194 0,003249704 0,00171942 0,000909746 0,000481347


(6)

13 14 15 16 17 18 19

7537200 7537200 7537200 7537200 7537200 7537200 7537200

3928200 3928200 3928200 3928200 3928200 3928200 3928200

3609000 3609000 3609000 3609000 3609000 3609000 3609000

0,22917419 0,204619813 0,182696261 0,163121662 0,145644341 0,13003959 0,116106777

827089,6522 738472,9037 659350,8069 588706,0776 525630,4264 469312,8807 419029,3578

0,129892417 0,11101916 0,094888171 0,081101001 0,069317094 0,05924538 0,050637077

468781,7321 400668,1471 342451,4078 292693,5109 250165,3939 213816,576 182749,2103

0,000254681 0,000134752 7,12973E-05 3,77234E-05 1,99595E-05 1,05606E-05 5,58761E-06

919,1437275 486,3194326 257,3118691 136,1438461 72,03378099 38,11311164 20,16566753

20 21 22 23 24 25

7537200 7537200 7537200 7537200 7537200 7537200

3928200 3928200 3928200 3928200 3928200 3928200

3609000 3609000 3609000 3609000 3609000 3609000

0,103666765 0,092559612 0,08264251 0,073787956 0,065882103 0,058823307

374133,3552 334047,6386 298256,8201 266300,7323 237768,5109 212293,3133

0,043279553 0,036991071 0,0316163 0,027022478 0,023096135 0,019740287

156195,9062 133500,7745 114103,2261 97524,12488 83353,95289 71242,69477