á = 0.2, yaitu sebesar 0.028, yang berarti pengalaman kerja berpengaruh nya ta terhadap produktivitas buruh.
Pengalaman kerja yang berhubungan positif diduga sebagai akibat dari masa kerja yang lama akan meningkatkan spesifikasi kerja sebagai operator atau
quality control yang upahnya lebih besar dari pada helper. Dalam hal ini buruh
akan mengalami jenjang karir tidak jauh berbeda dengan pekerjaan lain, dimulai sebagai helper karena buruh baru mulai bekerja, kemudian menjadi operator dan
akhirnya menjadi quality control. Semakin lama pengalaman kerja buruh maka semakin tinggi produktivitasnya, karena buruh mengejar jenjang karir tersebut
agar dapat meningkatkan tingkat upah yang diterima karena produktivitas yang meningkat dan berpengaruh nyata terhadap produktivitaas buruh
c. Alokasi Waktu Bekerja
Pada industri besar, koefisie n alokasi waktu bekerja bernilai negatif sebesar 0.069 yang berarti bahwa terjadi penurunan produktivitas buruh sebesar
0.069 potong per tahun ketika terjadi peningkatan jumlah jam kerja. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal, yaitu semakin lama alokasi waktu bekerja maka
semkian tinggi tingkat produktivitas buruh. Signifikansi t 0.000 yang kecil dari berbagai tingkat á yang diuji sampai pada tingkat á yang masih bisa ditoleransi
menunjukkan bahwa alokasi waktu bekerja berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas buruh. Semakin lama buruh bekerja dalam satu hari
akan meningkatkan upah. Peningkatan upah merupakan implikasi dari peningkatan produktivitas. Denagn demikian peningkatan alokasi waktu buruh
untuk bekerja lembur akan meningkatkan produktivitas dan berpengaruh nyata terhadap produktivitas.
Hubungan negatif ini diduga terjadi karena buruh yang bekerja pada industri ini kebanyakan dalam usia muda dan belum menikah, sehingga buruh
hanya terpaku pada biaya hidup sendiri. Asalkan dapat memenuhi biaya hidup minimum, buruh tidak tertarik untuk meningkatkan alokasi waktu bekerja. Selain
itu tingkat pendidikan yang cenderung rendah juga memberi andil dalam penurunan jumlah jam kerja ini. Hal lain yang berpengaruh adalah jarak antara
perusahaan dengan tempat tinggal buruh dan jenis kelamin buruh yang hampir semuanya perempuan. Jam kerja selesai sampai pukul 18.00 WIB, apabila
dilanjutkan sampai malam untuk lembur, maka buruh akan khawatir untuk pulang karena tempat tinggal buruh yang berada di kampung-kampung yang susah
transportasinya.
d. Spesifikasi Kerja
Pada industri besar, helper bernilai nol dan operator bernilai satu. Diharapkan produktivitas operator lebih besar daripada produktivitas helper.
Koefisien spesifikasi kerja bernilai positif terhadap produktivitas sebesar 8.508. Hal ini berarti bahwa produktivitas operator lebih besar sebesar 8.508 potong per
tahun dari pada produktivitas operator dan hal ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu produktivitas operator lebih besar dari pada produktivitas helper.
Signifikansi t bernilai 0.000 dan diuji pada á = 0.2 agar spesifikasi kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh.
Tingkat upah yang diterima operator lebih tinggi dari pada helper, hal ini akan memacu helper untuk meningkatkan jam kerjanya agar upah yang diterima
dari peningkatan produktivitas dapat sama dengan upah yang diterima operator. Dengan demikian tingkat produktivitas helper akan meningkat. Selain itu helper
juga ingin meningkatkan jenjang karir, karena jenjang karir yang lebih tinggi memperoleh gaji pokok yang tinggi pula. Dengan demikian spesifikasi kerja
buruh berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh
pada industri besar adalah:
a. Umur