Materi Pelajaran Materi Pelajaran Proses Pembelajaran Proses Pembelajaran Penilaian Penilaian Pendidik dan Tenaga Pengelolaan Kurikulum Penelitian yang Relevan

transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS dan Program for International Student Assessment PISA sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. 3 Penyempurnaan Pola Pikir Majid 2014:34-35 mengungkapkan bahwa kesenjangan kurikulum dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum KONDISI SAAT INI KONDISI IDEAL A. Kompetensi Lulusan A. Kompetensi Lulusan 1 Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter 1 Berkarakter mulia 2 Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan 2 Keterampilan yang relevan 3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait

B. Materi Pelajaran

B. Materi Pelajaran

1 Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 1 Relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan 2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial 3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

C. Proses Pembelajaran

C. Proses Pembelajaran

1 Berpusat pada guru teacher centered learning 1 Berpusat pada peserta didik student centered active learning 2 Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks 2 Sift pembelajaran yang kontekstual 3 Buku teks yang hanya memuat materi bahasan 3 Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. Penilaian

D. Penilaian

1 Menekankan aspek kognitif 1 Menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara porposional 2 Tes menjadi cara penilaian yang dominan 2 Penilaian tes tes dan portofolio saling melengkapi

E. Pendidik dan Tenaga

Kependidikan E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1 Memenuhi kompetensi profesi saja 1 Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal 2 Fokus pada ukuran kinerja PTK 2 Motivasi mengajar

F. Pengelolaan Kurikulum

F. Pengelolaan Kurikulum

1 Satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum 1 Pemerintah pusat dan Daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum ditingkat satuan pendidikan 2 Masih tersapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 2 Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 3 Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran 3 Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman Berdasarkan tantangan internal dan eksternal serta kesenjangan kurikulum tersebut maka perlu adanya penyempurnaan pola pikir. Pola pikir dapat berupa pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik, pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif dan lain sebainya. Penyempurnaan pola pikir sangat berpengaruh terhadap perubahan pendidikan. Dimana dalam kegiatan belajar dan pembelajaran antara siswa dan guru bukan lagi sebatas tranfer ilmu yang penyampaian pengetahuan hanya dari guru ke siswa. Namun, pembelajaran tersebut menuju perubahan dimana siswa belajar lebih aktif, peserta didik dapat belajar dari siapa saja dan dimana saja seperti dari lingkungan siswa. Menurut Daryanto dan Sudjendro 2014:32 Penyempurnaan pola pikir tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3. Penyempurnaan Pola Pikir No Penyempurnaan Pola Pikir 1 Berpusat pada guru Berpusat pada siswa 2 Satu arah Interaktif 3 Isolasi Lingkungan jejaring 4 Pasif Aktif-menyelidiki 5 Mayaabstrak Konteks dunia nyata 6 Pribadi Pembelajaran berbasis tim 7 Luas semua materi di ajari Prilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan 8 Stimulasi rasa tunggal beberapa panca indra Stimulasi ke segala penjuru semua panca indera 9 Alat tunggal papan tulis Alat multimedia berbagai peralatan teknologi pendidikan 10 Hubungan satu arah Kooperatif 11 Produksi masa siswa memperoleh dokumen yang sama Kebutuhan pelanggan siswa mendapat dokumen sesuai dengan ketertarikan sesuai potensinya Menuju 12 Usaha sadar tunggal mengikuti cara yang seragam Jamak keberagaman inisiatif individu siswa 13 Satu ilmu pengetahuan bergeser mempelajarai satu sisi pandangan ilmu Pengetahuan disiplin jamak pendekatan multidisiplin 14 Kontrol terpusat kontrol oleh guru Otonomi dan kepercayaan siswa diberi tanggungjawab 15 Pemikiran faktual Kritis membutuhkan pemikiran kreatif 16 Penyampaian pengetahuan pemindahn ilmu dari guru ke siswa Pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya 4 Penguatan Tata Kelola Kurikulum Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: a Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; b Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan educational leader; dan c Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. Menuju 5 Penguatan Materi Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Materi yang digunakan tidak hanya diperoleh dari buku sumber, melainkan guru dapat mengembangkan sendiri materi ajar dari berbagai sumber atau referensi yang tersedia melalui media cetak maupun internet sesuai kreatifitas guru. Berlandaskan hal-hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013 adalah hal yang sangat mendesak untuk segera diimplementasikan oleh sekolah-sekolah agar dapat mempersiapkan sejak dini siswa yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia, dimasa yang akan datang. Maka implementasi Kurikulum 2013 harus segera dilaksanakan, karena mengingat begitu penting dan mendesaknya kebutuhan pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Berdasarkan elemen perubahan di atas, pemerintah melakukan perubahan dalam Standar Nasional Pendidikan pada Kurikulum 2013.

b. Karakteristik Kurikulum 2013

Kunandar 2014:24 menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang dengan karateristik sebagai berikut. 1 Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotor. 2 Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar 3 Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat 4 Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan 5 Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran 6 Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian organizing elements kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. 7 Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat reinforced dan memperkaya enriched antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan organisasi horisontal dan vertikal. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013, kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang SMPMTs. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Dengan demikaian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi organisasi elemen kompetensi dasar. Kemdikbud dalam Kunandar 2014:27 memaparkan bahwa pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut. 1 Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya disatu satuan atau jenjang pendidikan tertentu. 2 Standar kompetensi kelulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta standar kompetensi satuan pendidikan. 3 Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. 4 Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik mastery learning sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi. 5 Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual perserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan diatas standar yang telah ditentukan. Oleh karena itu, beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik 6 Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar. 7 Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan budaya, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 8 Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup. 9 Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlansung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar. 10 Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, standar kemampuanSK dan Kemampuan DasarKD serta silabus. 11 Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekuarangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik.

c. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurinasih dan Sani 2014:40 menjelaskan beberapa hal terkait kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013. 1. Kelebihan Kurikulum 2013 a Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan yang mereka hadapi di sekolah b Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bukan hanya didapat dari nilai ujian, tetapi juga didapat dari nilai religi, praktek, dan sikap c Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diitegrasikan ke dalam semua program studi d Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional e Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan f Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial g Mengharuskan adanya remedial secara berkala h Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulumn yang lebih rinci karena pemerintah telah meyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan i Sifat pembelajaran sangat kontekstual j Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI k Kelengkapan dokumen disiapkan sehingga memicu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan saintifik secara benar 2. Kekurangan Kurikulum 2013 a Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan bahwa dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa b Banyak guru yang belum sia secara mental menghadapi kurikulum 2013 c Kurangnya pemahaman guru terkait pendekatan saintifik d Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP e Guru kurang menguasai penilaian autentik f Banyak guru yang menjadi plagiator dalam hal menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa, dan buku guru g Guru tidak pernah dilibatkan dalam proses pengembangan kurikulum 2013 h Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi dapat terserap dengan baik i Waktu belajar di sekolah terlalu lama

d. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter saat ini sangat dibutuhkan mengingat pendidikan karakter sangat penting bagi pembentukan watak generasi penerus bangsa Indonesia di tengah perkembangan dunia yang semakin modern. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjadi salah satu alasan diterapkannya kurikulum 2013, karena di dalam kurikulum 2013 termuat pula pendidikan karakter. Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Kertajaya dalam Hidayatullah 2010:13 menjelaskan bahwa karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu”. Gunawan 2012:3 mengemukakan bahwa karakter merupakan keadaan asli dari dalam diri individu yang membedakannya dengan orang lain. Pentingnya penerapan pendidikan karakter bagi siswa atau pelajar menjadi salah satu alasan penerapan kurikulum 2013. Pemerintah mengupayakan agar sistem pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan generasi penerus yang tidak mudah tunduk di bawah kekuasaan dunia. Lincona dalam Salahudin dan Alkrienchie-chie 2013:45 mengatakan bahwa pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak cerdas dalam emosinya. Adapun pendidikan karakter menurut Salahudin dan Alkrienchiechie 2013:45 adalah pendidikan budi pekerti yaitu, melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan. Salahudin dan Alkrienchichi mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Sejalan dengan pendapat tersebut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Kementerian Pendidikan Nasional dalam Salahudian dan Alkrienchiechie 2013:54-56 menjelaskan terdapat 18 delapan belas butir nilai karakter di antaranya 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai prestasi, 13 bersahabatkomunikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, 18 tanggung jawab. Delapan belas butir nilai karakter ini ditanamkan pada siswa melalui pengintegrasian butir nilai karakter pada semua muatan pelajaran dan setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

e. Pendekatan Tematik Integratif

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif menurut Ahmadi 2014:225 adalah “pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa”. Daryanto 2014:45-46 juga menjelaskan bahwa tematik integratif adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sentral untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam topik- topik tertentu, sehingga topik tersebut dapat dikembangkan ke dalam konsep-konsep yang sesuai dengan tema sentralnya. Kurikulum 2013 SDMI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema Majid, 2014:86. Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut Majid 2014:89 adalah sebagai berikut. 1 Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. 2 Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. 3 Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat di dalam kurikulum. 4 Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. 5 Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan. Selain itu, Majid 2014:89-90 menjelaskan bahwa pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut. 1 Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. 2 Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak 3 Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4 Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes fleksibel di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. 6 Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Hesty dalam Majid 2014:90 adalah sebagai berikut. 1 Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang sekaligus. 2 Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara schemata yang dimiliki oleh siswa. 3 Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. 4 Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa penjelasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengalaman belajar, dan konten belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik.

f. Pendekatan Saintifik

Barringer dalam Abidin 2014:125 mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin 2014:127 juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian akrivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa. Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain: 1 Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira- kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2 Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur berpikir logis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7 Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah- langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik soft skill dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skill dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Kemendikbud, 2013. Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain: 1 Mengamati Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2 Menanya Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. 3 Menalar Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta- fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru. 4 Mencoba Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran. 5 Membentuk jejaring Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.

g. Penilaian Autentik

Penilaian autentik authentic assessment adalah suatu proses pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjtan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten sebagai akuntibilitas publik pusat kurikulum, 2009. Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson dalam Majid 2014:56, yang mengatakan bahwa penilaian autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran. Kunandar 2014:35 mengatakan bahwa salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik authentik assesment. Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian authentik menjadi penekanan yang serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik. Jadi dari pemaparan para ahli diatas dapat menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di standar komptensi SK atau Kompetensi Inti KI dam Kompetensi Dasar KD. Dalam penilaian autentik memerhatikan keseimbangan antara peilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karateristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut. 1 Penilaian Kompetensi Sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”peer evaluation oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian rating scale yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. b Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. c Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. d Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. 2 Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. a Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. b Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. c Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah danatau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. 3 Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan performancekinerjaunjuk kerja, produk, proyek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian rating scale yang dilengkapi rubrik. a Performancekinerjaunjuk kerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. b Produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni 3 dimensi. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan dalam setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: 1 Tahap persiapan atau perencanaan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. 2 Tahap pembuatan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan dan alat serta dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menentukan teknik yang tepat. 3 Tahap penilaian meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk sesuai dengan kegunaan. c Proyek adalah tugas-tugas belajar learning tasks yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. d Portofolio kumpulan karya peserta didik selama satu semester atau satu tahun. Portofolio yang dibuat dan disusun peserta didik berupa produk atau hasil kerja. Kunandar 2014:38 mengungkapkan bahwa ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut. 1 Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja performance dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja dan produk pastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan objektif. 2 Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuandalam kompetensi proses dan kemampuan atau kompetensi peserta didik seteah melalkukan kegiatan pembelajaran 3 Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya dalam melakukan penilaian terhdap peserta didik menggunakan bebagai teknik penilaian dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik 4 Tes hanya salah satu alat mengumpul data penilaian. Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara kompherensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-infomasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapa dijadikan bahan dalam melakukan penilaian 5 Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari 6 Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan kelausannya. Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentuu secara objektif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Majid 2009:176 mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa student work sheet merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktik. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat rangkuman yang selanjutnya dipresentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei tentang harga bawang merah dan bawang putih dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat atau dapat berupa menyelesaikan suatu permasalahan. Tim Penyusun Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas 2004:23 menjelaskan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, dari kedua pendapat ahli di atas, ditemukan kesamaan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Trianto 20 10:212 mengatakan bahwa “lembar kegiatan siswa merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram”. Depdikbud dalam Trianto 2010:212 menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan. Belawati 2003:322 mengemukakan bahwa LKS bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi Lembar Kerja Siswa”. LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS, siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus dikerjakan oleh siswa.

b. Karakteristik Lembar Kerja Siswa

Trianto 2010:212 menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa dibagi dalam dua karakteristik, yaitu 1 lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan konsep dalam suatu tema, dan lembar kegiatan ini tidak terstruktur; 2 lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kegiatannya terstruktur. Dalam menyusun lembar kegiatan siswa, ada beberapa kriteria yang harus ditentukan yaitu 1 mengacu pada kurikulum; 2 mendorong siswa untuk belajar dan bekerja; 3 bahasa yang digunakan mudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dipahami oleh peserta didik; dan 4 tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi. Ibrahim dalam Trianto 2010:213 mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan lembar kegiatan, siswa harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis. Maksud dari persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu. Maksud dari persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek, serta jelas. Selain itu, harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas untuk memudahkan mengadministrasinya. Maksud dari persyaratan teknis adalah dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, harus mencakup tulisan, gambar, dan tampilan.

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Prastowo 2014:208 mengemukakan ada 5 jenis LKS yaitu sebagai berikut. 1 LKS yang Penemuan Membuat Siswa Menemukan Suatu Konsep Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya. 2 LKS yang Aplikatif-Integratif Membuat Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan Di dalam suatu pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh LKS yang membantu siswa menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan memberikan tugas kepada mereka untuk bertanya dan menonton video, kemudian meminta mereka berlatih mencuci tangan dan menggosok gigi. Dengan siswa dilatih untuk mencuci tangan sebelum makan dan gosok gigi setelah makan, maka hal ini telah memberikan jalan bagi terimplementasikannya keterampilan merawat anggota tubuh bagi siswa. 3 LKS yang Penuntun Berfungsi sebagai Penuntun Belajar LKS penuntun berisi pertanyaan atau jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. 4 LKS yang Penguatan Berfungsi sebagai Penguatan LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. 5 LKS yang Praktikum Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum Kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

d. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Prastowo 2014:280 mengemukakan bahwa ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun LKS, antara lain. 1 Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa ke dalam LKS Dalam langkah ini harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran. 2 Pengumpulan materi Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan di masukkan ke dalam LKS. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau dapat memanfaatkan materi yang sudah ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Menyusun elemen atau unsur-unsur LKS Pada bagian ini, guru mengintegrasikan desain hasil langkah pertama dengan tugas sebagai hasil langkah kedua hasilnya akan menjadi produk LKS. 4 Pemeriksaan dan penyempurnaan Pada langkah ini, sebelum LKS dibagikan kepada siswa, guru harus melakukan pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan dan memperbaiki jika ada kesalahan. Guru harus mencermati kembali apakah LKS yang sudah dikembangkan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai siswa, sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Jadi, LKS yang sudah dikembangkan segera dilakukan evaluasi. Cara menevaluasinya dengan meminta siswa untuk mengomentari LKS setelah menggunakan LKS ini. Masukan siswa akan digunakan untuk penyempurnaan LKS yang dikembangkan. Dalam menyusun Lembar Kerja Siswa, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. 1 Lembar Kerja Siswa disusun oleh guru mata pelajaran sehingga sesuai dengan tingkat kesiapan, situasi, keadaan siswa dan keadaan sekolah. 2 Materi Lembar Kerja Siswa disesuaikan dengan Standar Kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD dan Indikator. 3 Materi sesuai dengan standar materi belajar yang disusun secara baik sesuai dengan materi ajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Menentukan jenis atau macam Lembar Kerja Siswa agar penulisannya sesuai. 5 Guru memperkaya sumber sebanyak mungkin untuk memperkaya materi dalam pengajaran. 6 Membuat gambaran teknik pelaksanaan secara singkat. 7 Siswa secara efektif dijadikan subjek dalam proses belajar. 8 Waktu yang digunakan harus tepat. 9 Rangkaian pembelajaran siswa terangkai dengan baik. Tim Penyusun Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Atas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas 2008:23 mengemukakan bahwa keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjadi harapan semua siswa, karena LKS ini akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Berikut ini adalah empat langkah penyusunan LKS. Bagan 2.1. Langkah-langkah Penyusunan LKS 1 Lakukanlah Analisis Kurikulum Tematik Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah analisisnya, dilakukan dengan cara melihat mater pokok dan pengalaman belajar, serta pokok bahasan yang akan dajarkan. Kemudian setelah itu, kita harus mencermati kompetensi antarmata pelajaran yang hendaknya dicapai siswa. 2 Menyusun Peta Kebutuhan LKS Peta ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui materi apa saja yang harus ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi atau urutan Analisis Kurikulum Tematik Menyusun Peta Kebutuhan Menentukan Judul LKS Menulis LKS Memetakan KD dan Indikator antar-mata pelajaran Menentukan tema sentral dan pokok bahasan Menentukan alat penilaian Menyusun materi Memerhatikan struktur bahan ajar materi dalam LKS. Sekuens LKS ini sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan materi. 3 Menentukan Judul LKS Perlu diketahui bahwa judul LKS tematik ditentukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar antarmata pelajaran di SDMI. 4 Penulisan LKS Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: pertama, merumuskan indikator danatau pengalaman belajar antarmata pelajaran dari tema sentral yang telh disepakati. Kedua, menentukan alat peniilaian. Penilaian kita dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan PAP. Dengan demikian, guru dapat menilainya melalui proses dan hasilnya. Ketiga, menyusun materi. Untuk penyusunan materi LKS, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan, yaitu. a Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. b Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti: buku, majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c Supaya pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja di dalam LKS kita tunjukkan referensi yang digunakan agar siswa bisa membacanya lebih jauh tentang materi tersebut. d Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya. Keempat, perhatikan struktur LKS. Ini merupakan langkah terakhir dalam penyusunan LKS, yaitu menyusun materi berdasarkan struktur LKS. Kita harus memahami bahwa struktur LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian.

e. Kekuatan dan Kelemahan Lembar Kerja Siswa

Lismawati 2010:40 menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahannya adalah sebagai berikut. 1 Keunggulan Lembar Kegiatan Siswa a Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus. b Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis. c Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d Secara ekonomis, lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya. 2 Kelemahan Lembar Kerja Siswa a Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu. b Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan. c Memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam. d Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.

3. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Barringer dalam Abidin 2014:125 mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin 2014:127 juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian akrivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa. Sani 2014:50 menegaskan bahwa pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik ilmiah pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Daryanto 2014:51 menjelaskan secara detail bahwa pendekatan dengan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan, mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang “ditemukan”. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang melibatkan proses mengamati mengindera, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan atau membentuk jejaring. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pelaksanaan proses tersebut, bantuan guru sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diperlukan, akan tetapi, dalam hal ini, guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing jika siswa melakukan kekeliruan.

b. Karakteristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik memiliki berbagai karakteristik. Daryanto 2014:53 menjelaskan karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik adalah sebagai berikut. 1 Berpusat pada siswa. 2 Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip. 3 Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4 Dapat mengembangkan karakter siswa.

c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik

Hosnan 2014:36 mengatakan bahwa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, sebagai berikut. 1 Untuk meningkatkan kemampuan intelek. 2 Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 3 Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5 Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6 Untuk mengembangkan karakter siswa. Hosnan 2014:37 mengemukakan pendapatnya mengenai prinsip- prinsip pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, antara lain. 1 Pembelajaran berpusat pada siswa. 2 Pembelajaran membentuk students self concept. 3 Pembelajaran terhindar dari verbalisme. 4 Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 5 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. 6 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. 7 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. 8 Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

d. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Sani 2014:54 menjelaskan langkah-langkah pendekatan saintifik sebagai berikut. 1 Mengamati observing PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Menanya 3 Mencoba 4 Menalar 5 Mengomunikasikan

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti memilih tiga penelitian lain yang dianggap relevan dengan penelitian ini sendiri. Pertama penelitian yang dilakukan oleh Deti Fitri, 2014 tentang pengembangan LKS tematik integratif pada materi garis paralel untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mustofa 2013 tentang pengembangan LKS berbasis observasi pada taman sekolah sebagai sumber belajar sains pada siswa SD N Tinjomoyo. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ery Oktavianingrum, 2014 tentang pengembangan LKS dengan media gambar untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran ekonomi SMA kelas X. Penelitian yang dilakukan oleh Deti Fitri, tentang pengembangan LKS tematik integratif pada materi garis paralel untuk siswa kelas IV sekolah dasar dilakukan dengan tujuan menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa LKS Tematik Integratif pada Materi Garis Paralel untuk Sekolah dasar Kelas IV yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektifi yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mustofa menunjukkan penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90 sangat layak, pakar desain sebesar 96 sangat layak, dan guru sebesar 93,18 sangat layak. Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas IVB menunjukkan: rerata aktivitas siswa sebesar 94,6 , siswa tuntas belajar sebanyak 90, dengan rerata nilai sebesar 7,08. Selanjutnya pengujian pada kelas skala besar kelas IVA menunjukkan peningkatan, yaitu: rata-rata aktivitas siswa sebesar 100 , siswa tuntas belajar sebanyak 92,11, dengan rerata nilai sebesar 7,84. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SD N 1 Tinjomoyo Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Ery Oktavianingrum bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja siswa dengan media gambar sebagai media pendukung pembelajaran yang layak dan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran ekonomi SMA kelas X semester kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk LKS dengan media gambar sebagai media pendukung pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan dan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran ekonomi SMA kelas X. Hal ini ditunjukkan dengan: 1 hasil penilaian produk oleh ahli materi termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor 4,87, 2 hasil penilaian produk oleh ahli media pembelajaran termasu k dalam kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor 4,72, 3 hasil penilaian produk oleh guru mata pelajaran termasuk dalam kriteria “baik” dengan rata-rata skor 4,10, 4 hasil penelitian pada uji coba perorangan termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor 4,46, 5 hasil produk pada uji coba kelompok kecil termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor 4,52, 6 hasil penilaian produk pada uji coba lapangan termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor 4,72, 7 hasil pengukuran minat siswa mengikuti pembelajaran ekonomi menggunakan LKS dengan media gambar dikategorikan “sangat tinggi” dengan nilai mean 46,2. Peneliti mengambil tiga penelitian yang dirasa mirip dengan penelitian ini sebagai bahan referensi dalam penelitian pengembangan lembar kerja siswa. Berdasarkan kajian ketiga penelitian di atas, diketahui bahwa penelitian tersebut hanya fokus pada pengembangan media lembar kerja siswa menyelesaikan masalah dalam materi garis paralel, pengembangan lembar kerja siswa berbasis observai, dan pengembangan lembar kerja siswa untuk meningkatkan minat siswa. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti mengambil judul penelitian pengembangan media lembar kerja siswa yang diperluas sesuai tuntutan kurikulum SD 2013 menggunakan pedekatan saintifik. Pengembangan lembar kerja siswa yang dilakukan dapat membantu guru dalam proses pembelajaran. Penelitian yang relevan dapat dilihat dalam bagan di bawah ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bagan 2.2 Literature map hasil penelitian yang relevan

C. Kerangka Pikir