Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

(1)

1

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Renaldo Desantos Watu Universitas Sanata Dharma

2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan gandapada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Validasi media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategorikan dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, dan (3) aspek cakupan kecerdasan ganda. Validasi dari dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 4,27 (Sangat Baik) dan 4,14 (Baik). Validasi dari dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,77 (Sangat Baik) dan 3,36 (Cukup Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memperoleh rerata skor 4,13 dengan kategori “Baik”. Dengan demikian, media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.


(2)

2

THE DEVELOPMENT OF CONVENTIONAL LEARNING MEDIA BASED MULTIPLE INTELLIGENCES ON SUBTHEME MY JOB EVERYDAY AT HOME TO ELEMENTARY

SCHOOL STUDENTS IN GRADES II

Renaldo Desantos Watu Sanata Dharma University

2016

The teacher needs to conventional learning media that accommodates the concept of multiple intelligences by Howard Gardner's theory is the reason of this research. The main objective of this research is to produce a product in the form of conventional learning media based multiple intelligences on the subtheme my job everyday at home to second grade elementary school.

This research is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedures used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme my job everyday at home to second grade elementary school. Instruments in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers II SD Negeri 1 Kalasan, Sleman, while questionnaires were used to validate the quality of conventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Validation conventional learning media based multiple intelligences based on the 14 aspects of assessment are categorized in three main aspects, namely: (1) aspects of the content, (2) aspects of the use and presentation, and (3) the aspect of multiple intelligences coverage. Validation of two conventional learning based media multiple intelligences experts resulted in a score of 4.27 (Very Good) and 4.14 (Good). Validation of two classroom teachers II SD resulted in a score of 4.77 (Very Good) and 3.36 (Good). Conventional learning media based multiple intelligences obtain mean score of 4.13 with the categories "Good". Thus, conventional learning media based on multiple intelligences developed is already fit for use as a media of learning.


(3)

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Renaldo Desantos Watu NIM. 121134251

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

BERBASIS KECERDASAN GANDA

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Renaldo Desantos Watu NIM. 121134251

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

ii

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

BERBASIS KECERDASAN GANDA

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Oleh:

Renaldo Desantos Watu NIM. 121134251

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing


(6)

iii

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

BERBASIS KECERDASAN GANDA

PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Renaldo Desantos Watu

NIM. 121134251

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 21 Maret 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ... Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ... Anggota : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. ... Anggota : Rohandi, Ph.D. ... Anggota : Drs. Puji Purnomo, M.Si. ...

Yogyakarta, 21 Maret 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(7)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Juruselamatku Tuhan Yesus Kristus

Yang selalu memberi berkat, kekuatan, perlindungan, dan petunjuk dalammmm

pengerjaan penelitian dan pengembangan ini

Bapak Herman Yoseph Minggu dan Mama Maria Romana Doy Tercinta

Yang selalu memberikan perhatian, doa, kasih sayang dan dukungan

Opa Fransiskus Doy (alm), Opa Wilhelmus Watu, Oma Yuliana Sama (alm),

Oma Bergita Gae, dan Oma Veronika Sengu

Yang selalu memberikan doa dan motivasi

Saudara - saudari Tersayang

Andriska Beatrix Watu, Osvaldus Karlen Wio, Yuliani Rona Sengu,

KalistusJevier Franlyano, Tika, Yohan, Herlin Watu, Aris Watu, Elvierra,

Rico, Alfa Doy, Bagas Wio, Noldy Doy, Angelina, Michel, Gilbert, dan Fandy

Doy

Yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

Keluarga Besarku

Yang selalu memberikan pelajaran hidup terbaik

Teman

teman PPGT Angkatan 2012


(8)

v

Yang selalu memberikan contoh, semangat dan dukungan

Teman-teman Tercinta

Rahma, Ofin, Yanti, Yaris, Widy, Esan, Edo, Willy, Paul, Nadi, Syaiful,

Sohan, Oskar, Oca, Alvaro, Dance, Yoan, Ricky, Arman

Yang selalu mendukung dan menemaniku dalam suka maupun duka

Hilda Maria Lena Tersayang

Yang selalu memberikan doa, dukungan, masukan dan perhatian yang tulus

Dosen-dosen Terbaik

Pak Puji, Ibu Maslichah, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Pak Rusmawan,

dan Pak Paulus Wahana

Yang selalu menasehati dan memperbaiki kesalahan selama mengikuti

perkuliahan

Keluarga Besar

Student Residence

Pamong dan teman-teman SR

Yang selalu memberikan perlindungan, nasihat, dan kasih sayang

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma


(9)

vi

“Junjunglah Dia, maka engkau akan ditinggikan-Nya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluk-Nya”

(Amsal 4:8)

“If you cannot do great things, do small things in a great way” (Napoleon Hill)

Tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa usaha dan kerja

keras


(10)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Maret 2016


(11)

viii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Renaldo Desantos Watu

Nomor Mahasiswa : 121134251

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 21 Maret 2016

Yang menyatakan


(12)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA TUGASKU SEHARI-HARI DI

RUMAH UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Renaldo Desantos Watu Universitas Sanata Dharma

2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema tugasku sehari-hari di rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Validasi media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategorikan dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, dan (3) aspek cakupan kecerdasan ganda. Validasi dari dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 4,27 (Sangat Baik) dan 4,14 (Baik). Validasi dari dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,77 (Sangat Baik) dan 3,36 (Cukup Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memperoleh rerata skor 4,13 dengan kategori “Baik”. Dengan demikian, media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.


(13)

x

THE DEVELOPMENT OF CONVENTIONAL LEARNING MEDIA BASED MULTIPLE INTELLIGENCES ON SUBTHEME MY JOB EVERYDAY AT HOME TO

ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN GRADES II

Renaldo Desantos Watu Sanata Dharma University

2016

The teacher needs to conventional learning media that accommodates the concept of multiple intelligences by Howard Gardner's theory is the reason of this research. The main objective of this research is to produce a product in the form of conventional learning media based multiple intelligences on the subtheme my job everyday at home to second grade elementary school.

This research is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedures used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme my job everyday at home to second grade elementary school. Instruments in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers II SD Negeri 1 Kalasan, Sleman, while questionnaires were used to validate the quality of conventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Validation conventional learning media based multiple intelligences based on the 14 aspects of assessment are categorized in three main aspects, namely: (1) aspects of the content, (2) aspects of the use and presentation, and (3) the aspect of multiple intelligences coverage. Validation of two conventional learning based media multiple intelligences experts resulted in a score of 4.27 (Very Good) and 4.14 (Good). Validation of two classroom teachers II SD resulted in a score of 4.77 (Very Good) and 3.36 (Good). Conventional learning media based multiple intelligences obtain mean score of 4.13 with the categories "Good". Thus, conventional learning media based on multiple intelligences developed is already fit for use as a media of learning.


(14)

xi

Puji dan syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat serta bimbingan-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Tugasku sehari-hari di Rumah untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd.selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

8. Catur Eny Rahayu, S.Pd.,SD. selaku guru kelas II B SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

9. Purwanti, S.Pd. selaku guru kelas II A SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.


(15)

xii ini.

11.Keluarga besarku, Opa, Oma, Paman, Bibi, Adik, Kakak, yang selalu memberi motivasi, dan nasihat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Hilda Maria Lena, yang selalu memberi semangat, dukungan dan perhatian yang tulus.

13.Rahmania, Yanti Boro, Sofia Wangge yang selalu mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Saudara-saudari tercinta, Tommy, Esta, Fitri, Idda, Ayu, Oskar, Syaiful, Della, Susan, Hermin, Fany, Etty, Yeni, Lekin, dan Anno, yang telah memberikan dukungan dan semangat.

15.Teman-teman seperjuangan mahasiswa PPGT Angkatan 2012 yang selama ini selalu mendukung, berbagi kebahagian dan berjuang bersama-sama.

16.Para pamong asrama dan segenap keluarga besar Student Residence Sanata Dharma yang memberi rasa nyaman dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

17.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata peneliti mengucapkan selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 21 Maret 2016 Peneliti


(16)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah ... 9

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 14

1. Media Pembelajaran ... 14

a. Pengertian ... 14

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 16

c. Fungsi Media ... 20

d. Ciri-ciri Media ... 22

e. Kriteria Pemilihan Media ... 23


(17)

xiv

c. Pengertian Kecerdasan Ganda ... 31

d. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda ... 33

3. Media Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ganda ... 41

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Pikir ... 47

D. Pertanyaan Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Setting Penelitian ... 52

C. Prosedur Pengembangan ... 53

D. Teknik Pengujian Instrumen ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 60

F. Instrumen Penelitian ... 60

G. Teknik Analisis Data ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 82

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 83

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 87

B. Deskripsi Produk Awal ... 88

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 89

2. Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 90

C. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda dan Revisi Produk ... 92

D. Data Hasil Validasi Guru SD Kelas II dan Revisi Produk ... 95

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 100

1. Kajian Produk Akhir... 100

2. Pembahasan ... 103

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 123

B. Keterbatasan Pengembangan ... 125

C. Saran ... 126


(18)

xv


(19)

xvi

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 52

Tabel 2. Panduan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 62

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk... 65

Tabel 4. Kuesioner Instrumen Validasi Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 71

Tabel 5. Kriteria Kelayakan ... 76

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima ... 78

Tabel 7. Kriteria Skor Skala Lima ... 81

Tabel 8. Komentar & Saran Perbaikan Validator G.K dan Revisi... 94

Tabel 9. Komentar & Saran Perbaikan Validator M.M dan Revisi ... 95

Tabel 10. Komentar Validator C.R dan Revisi ... 97

Tabel 11. Komentar & Saran Perbaikan Validator P dan Revisi ... 99


(20)

xvii

Bagan 1. Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 46

Bagan 2. Kerangka Berpikir ... 49

Bagan 3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D) ... 54


(21)

xviii

Gambar 1. Kartu Kegiatan Keluarga ... 106

Gambar 2. Kotak Penyimpanan Kartu Kegiatan Keluarga ... 107

Gambar 3. Kartu Dokumen Keluarga ... 108

Gambar 4. Kartu Dokumen Pribadi ... 108

Gambar 5. Kotak Penyimpanan Kartu Dokumen ... 109

Gambar 6. Kartu Akivitas Fisik ... 110

Gambar 7. Kartu Kegiatan Sebelum Aktivitas Fisik ... 111

Gambar 8. Kotak Penyimpanan Kartu Aktifitas Fisik “A”... 111

Gambar 9. Kartu Kegiatan Setelah Aktivitas Fisik ... 112

Gambar 10. Kotak Penyimpanan Kartu Aktivitas Fisik “B” ... 113

Gambar 11. Puzzle Jam... 114

Gambar 12. Kotak Penyimpanan Puzzle Jam ... 114

Gambar 13. Ular Tangga Fatbat dan Perlengkapannya ... 115

Gambar 14. Domino Bergambar ... 116

Gambar 15. Kotak Penyimpanan Domino Bergambar ... 117

Gambar 16. Album Lagu ... 117

Gambar 17. Isi Album Lagu ... 118

Gambar 18. Papan Penjodohan dan Perlengkapannya ... 119

Gambar 19. Kartu Doa ... 120

Gambar 20. Papan Waktu ... 121


(22)

xix

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 130 Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 131 Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 132 Lampiran 4 Rangkuman Wawancara ... 133 Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional

Berbasis Kecerdasan Ganda ... 138 Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru SD Kelas II ... 148 Lampiran 7 Silabus ... 158 Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 184 Lampiran 9 Riwayat Hidup ... 356


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah jalur yang ditempuh manusia untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". Secara formal, pendidikan diperoleh dalam sebuah lembaga yang disebut sekolah. Pendidikan yang diberikan oleh sekolah didasarkan pada kurikulum tertentu yang telah dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah. Kurikulum dapat diartikan sebagai kumpulan dari berbagai pengalaman yang akan dipelajari oleh siswa dan dijadikan sebagai pusat dari semua sistem penggerak komponen pendidikan lainnya (Yani, 2014:2). Kurikulum bersifat dinamis karena perlu terus diperbarui agar sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan peserta didik. Pendidikan di Indonesia sendiri telah melakukan beberapa kali pergantian kurikulum. Pembaruan terakhir yang dilakukan adalah pergantian dari Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke Kurikulum 2013 (K-13).

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum baru yang isinya sarat dengan pendidikan karakter. Kurikulum ini dilaksanakan secara bertahap di


(24)

semua jenjang pendidikan mulai tahun ajaran 2013/2014. Keistimewaan kurikulum ini terletak pada pelaksanaannya yang menggunakan pembelajaran tematik dan dilengkapi dengan pendekatan saintifik (Yani, 2014:115). Di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik mulai diterapkan di semua tingkatan kelas, tidak seperti sebelumnya yang hanya diterapkan di kelas I hingga kelas III. Lebih dari itu, pelaksanaan kurikulum dapat bejalan dengan baik apabila diiringi dengan kesiapan sarana dan prasarana pembelajaran. Hal yang termasuk dalam sarana dan prasarana yang perlu disiapkan adalah media dan alat bantu pembelajaran.

Media pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai “sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan” (Anitah, 2010:4). Hal ini berarti media menjadi alat penyalur atau penghubung antara guru dengan siswa. Lebih rinci Kustandi & Sutjipto (2011:9) mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu proses belajar mengajar guna memperjelas makna pesan yang disampaikan agar mencapai tujuan pembelajaran yang sempurna. Hal ini sejalan dengan tujuan utama media, yakni sebagai alat untuk mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajarannya.

Media pembelajaran menjadi salah satu komponen penting yang mendukung pembelajaran. Hal tersebut karena media dapat menjadi fasilitas antara guru dengan siswa dalam penyampaian materi pembelajaran di dalam kelas. Media pembelajaran dapat berbentuk visual berupa gambar, bentuk, dan


(25)

sebagainya yang memanfaatkan penglihatan. Ada pula yang berbentuk audio berupa film suara, radio, dan sebagainya yang memanfaatkan pendengaran, ataupun yang memanfaatkan keduanya yakni berbentuk audiovisual (Anitah, 2010:7-48). Dengan demikinan, siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajarinya ketika belajar menggunakan media. Salah satu jenis media yang dapat digunakan adalah media sederhana atau yang sering dikenal dengan media konvensional. Dikatakan sederhana karena media ini mudah dibuat atau dirancang oleh guru dan penggunaanya pun mudah, baik oleh guru sendiri maupun bersama siswa.

Media memang menjadi jembatan yang efektif untuk menyalurkan materi yang disampaikan guru kepada murid. Akan tetapi, harus diakui bahwa tidak semua siswa memiliki tingkat inteligensi yang sama. Tidak hanya tingkatannya, menurut sebuah teori yang dikembangkan oleh Howard Gardner, manusia memiliki beberapa jenis inteligensi dalam diri masing-masing, begitu pula pada siswa Sekolah Dasar. Menurut teori yang dinamakan Multiple Intelligences ini, setiap manusia termasuk anak-anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda atau tidak selalu sama. Akan lebih efektif jika penggunaan media dalam proses pembelajaran memperhatikan konsep multipel inteligensi. Dengan demikian masing-masing inteligensi dalam dari siswa dapat terfasilitasi oleh media pembelajaran tersebut.

Kata inteligensi dapat diartikan sebagai kecerdasan. Teori multipel inteligensi atau yang dikenal dengan kecerdasan ganda dikemukakan oleh


(26)

Howard Gardner, seorang ahli psikologi dan profesor pendidikan asal Amerika Serikat. Menurut Gardner, inteligensi merupakan kemampuan memecahkan persoalan dalam bermacam-macam situasi di kehidupan nyata (Ula, 2013:82). Lebih lanjut Gardner mengungkapkan bahwa inteligensi seseorang akan lebih tepat diukur dengan melihat bagaimana cara ia memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata, bukan hanya dengan tes tertulis. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Gardner menemukan bahwa setiap manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang dapat ditumbuhkembangkan (Ula, 2013:87). Gardner mengidentifikasi, terdapat beberapa kecerdasan yang dimiliki manusia, yakni kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan badani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal.

Menurut Bainbridge dalam Yaumi & Ibrahim (2013:9) dalam pengembangan dan pemanfaatannya, media pembelajaran kovensional dapat didasarkan pada konsep kecerdasan ganda. Hal ini karena media dapat mengakomodir berbagai macam kecerdasan yang ada di dalamnya dan menghadirkannya secara lebih riil. Kecerdasan sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam manipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir abstrak. Selain dikenal dengan kecerdasan ganda, juga dikenal sebagai kecerdasan jamak


(27)

yang secara harafiah dapat dipahami berupa berbagai macam cara untuk belajar, berpikir dan menerapkan pengetahuan.

Terlihat efektif dan bermanfaat dalam dunia pendidikan tidak menjamin konsep kecerdasan ganda sering digunakan dalam proses pembelajaran. Kenyataannya, dapat dikatakan guru-guru sekolah dasar di Indonesia masih jarang menggunakan konsep ini dalam kegiatan pembelajaran atau bahkan belum pernah sekalipun. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis konsep kecerdasan ganda juga sama jarangnya. Alasan utamanya adalah karena guru merasa kesulitan dalam menyusun rancangan pembelajaran maupun media pembelajaran yang mengakomodasi kesembilan kecerdasan tersebut. Selain itu guru juga merasa kerepotan saat pelaksaannya dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai konsep kecerdasan ganda serta penerapannya dalam proses pembelajaran.

Jika dipahami dengan baik, konsep kecerdasan ganda merupakan konsep yang sangat baik untuk diterapakan dalam proses pembelajaran. Melalui konsep ini siswa dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kemampuan atau inteligensi yang dimiliki. Konsep ini juga membantu mempersiapkan siswa dalam menghadapi persoalan dunia nyata yang lebih kompleks. Akan tetapi, penggunakan konsep ini dalam proses pembelajaran di sekolah dasar di Indonesia masih jauh dari kata sering. Selain minimnya peran guru dalam usaha menerapkan konsep kecerdasan ganda, kurangnya


(28)

kehadiran buku-buku pelajaran yang berorientasi pada kecerdasan ganda maupun media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda yang diterbitkan pemerintah juga turut menjadi penyebabnya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas II A SDN Kalasan 1, ibu Purwanti pada tanggal 28 Juli 2015, diperoleh informasi bahwa meskipun telah memahami fungsi dan tujuan media, tetapi frekuensi penggunaanya dalam proses pembelajaran masih terbilang kecil. Alasan utamanya karena terdapat materi-materi yang dianggap tidak memerlukan media dalam proses pembelajarannya. Selain itu, media yang digunakan diperoleh dari buku-buku penunjang dan media-media pembelajaran yang telah disediakan oleh sekolah. Media yang disediakan sekolah dan digunakan guru merupakan media konvensional. Hal ini dikarenakan media yang bersumber dari buku dianggap sulit dipahami oleh siswa karena menggunakan bahasa yang rumit dan membingungkan siswa.

Konsep kecerdasan ganda sendiri sudah dikenal, akan tetapi belum dipahami secara utuh dan mendalam. Meskipun demikian, konsep kecerdasan ganda dianggap baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran. Beberapa kecerdasan sudah disisipkan dalam proses pembelajaran, meskipun dengan porsi yang dapat dikatakan sangat minim. Kecerdasan-kecerdasan tersebut antara lain yang berkaitan dengan linguistik, logis-matematis dan sosial. Sulitnya mengembangan media dengan konsep kecerdasan ganda


(29)

dikarenakan terbatasnya waktu dalam pembelajaran serta sarana dan prasarana yang belum memadai.

Berdasarkan permasalahan tersebut, guru membutuhkan media konvensional yang dapat mengemas konsep kecerdasan ganda untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?


(30)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. 2. Untuk mendeskripsikan tingkat kualitas produk media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa

Penelitian dan pengembangan ini memberikan pengalaman serta pengetahuan baru dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar. 2. Bagi guru

Penelitian dan pengembangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.


(31)

3. Bagi sekolah

Penelitian dan pengembangan ini dapat menambah referensi pada sekolah dalam mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

4. Bagi prodi PGSD

Penelitian dan pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pedoman berisi bahan pembelajaran yang sarat dengan pendidikan karakter, diintegrasikan melalalui pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dan penilaian otentik.

2. Media Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dijadikan alat untuk membantu proses belajar mengajar dengan menyalurkan informasi berupa materi pembelajaran dari guru kepada siswa secara lebih jelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik. 3. Media Pembelajaran Konvensional adalah alat pembelajaran


(32)

digunakan untuk mempermudah serta memperjelas penyampaian materi pembelajaran dari guru kepada siswa.

4. Kecerdasan Ganda adalah konsep mengenai sembilan jenis kemampuan atau kecerdasan dalam diri manusia yang dapat dikembangkan dalam proses belajar, berpikir, menerapkan pengetahuan dan menyelesaikan suatu masalah.

F. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memuat materi subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah.

2. Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan terdiri atas :

1) Kartu Bergambar, terdiri atas;

a) Kartu Kegiatan Keluarga: yakni kartu berisi gambar-gambar kegiatan siswa dan keluarganya sehari-hari di rumah.

b) Kartu Dokumen: yakni kartu berisi gambar-gambar dokumen milik keluarga maupun dokumen pribadi siswa. c) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik A: yakni kartu berisi


(33)

siswa, serta kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik.

d) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik B: yakni kartu berisi gambar-gambar kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh dilakukan setelah melakukan aktivitas fisik.

2) Puzzle Jam, merupakan potongan-potongan dari gambar jam analog yang harus dirangkai oleh siswa agar menjadi sebuah gambar jam yang benar dan utuh.

3) Ular Tangga Fatbat (Manfaat-Akibat), merupakan sebuah permainan ular tangga yang dimodifikasi sehingga berisi manfaat melaksanakan tugas sehari-hari di rumah dan akibat bila tidak melaksanakannya. Peraturan serta permainannya pun sedikit dimodifikasi sesuai kebutuhan.

4) Domino Bergambar, merupakan adaptasi dari permainan domino sungguhan. Kartu domino ini sedikit dimodifikasi, yakni sisi bagian atas berisi gambar tugas masing-masing anggota keluarga, sedangkan sisi bagian bawah berisi tulisan tentang tugas masing-masing anggota keluarga. Cara permainanya adalah dengan memasangkan gambar dari satu kartu dengan tulisan dari kartu lain yang sesuai, begitu pula sebaliknya.


(34)

5) Album Lagu, merupakan sebuah buku yang dibuat layaknya album foto, tetapi berisi lirik serta not angka dari lagu

“Menanam Jagung” yang dilengkapi dengan gambar-gambar.

6) Papan Penjodohan, merupakan sebuah papan yang berisi gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan pada sisi kiri papan. Kemudian pada sisi kanan papan terdapat gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang seharusnya dilakukan. Gambar di kedua sisi dijodohkan menggunakan pita.

7) Kartu Doa, merupakan sebuah kartu berisi teks doa di kedua sisinya. Sisi depan berisi teks doa sebelum memulai pelajaran, sedangkan sisi bagian belakang berisi teks doa setelah pelajaran.

8) Papan Waktu, adalah sebuah papan berisi 3 buah jam yang digunakan untuk menunjukkan serta menentukan waktu dalam melaksanakan tugas sehari-hari di rumah oleh siswa.

9) Keping Refleksi, merupakan sebuah media yang digunakan siswa untuk merefleksikan pembelajaran 1 sampai 6. Media ini mengajak siswa untuk menggambarkan tugas mereka di rumah dalam bentuk gambar dan tulisan yang dituangkan dalam Keping Refleksi sesuai keinginan siswa.


(35)

10)Buku Petunjuk Penggunaan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan ganda, yaitu sebuah buku berisi panduan atau petunjuk dalam menggunakan kedua belas macam media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda

3. Media pembelajaran kovensional berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan meliputi sembilan kecerdasan, yakni: Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Ruang-Visual, Kecerdasan Kinestetik-Badani, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalistik, Kecerdasan Eksistensial.


(36)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran a. Pengertian

Dalam pengertiannya secara harafiah, media dapat diartikan sebagai suatu pengantar atau perantara. Kata media yang merupakan bentuk jamak dari kata ‘medium’ berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ sehingga dapat dikatakan media yaitu wahana pengantar informasi belajar (Djamarah & Zain, 2006:120). Dalam kosakata bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2007:3). Selanjutnya, menurut Raharjo dalam Kustandi dan Sutjipto (2011:7), media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Pendapat dari beberapa ahli tersebut menegaskan bahwa media merupakan pengantar atau pengatara pesan/ informasi.

Apabila dipahami secara garis besar, media menurut Gerlach & Ely dalam Arsyad (2007:3) adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi sehingga membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan demikian, berdasarkan


(37)

beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai perantara dalam penyampaian materi/ informasi.

Dalam arti yang lebih khusus, media dalam proses belajar mengajar dipahami sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis guna menangkap, memproses dan menyusun informasi berupa gambar maupun suara/perkataan (Kustadi & Sutjipto, 2011:8). Secara lebih lanjut, Kustadi dan Sutjipto (2011:9) menyimpulkan, “media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna”. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:59) “media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme”. Media pembelajaran yang dimaksud dapat berupa media pendengaran (audio), penglihatan (visual), maupun keduanya atau yang sering disebut audiovisual.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dijadikan alat untuk membantu proses belajar mengajar dengan menyalurkan informasi berupa materi secara lebih jelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik. Dengan demikian, media menjadi


(38)

hal yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran, akan tetapi kehadiran media bukan berarti menghilangkan peran guru. Guru tetap menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada berbagai macam media yang digunakan dalam pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006:124-125) dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1) Media Auditif

Media auditif adalah media yang hanya menggunakan suara atau mengandalkan kemampuan suara saja. Contoh media auditif tersebut antara lain radio, kaset recorder, piringan hitam, rekaman suara. Kelemahan media ini yaitu tidak dapat dipergunakan pada siswa yang menderita kelainan pendengaran seperti tuli dan lainnya. 2) Media Visual

Media visual adalah media yang lebih mengandalkan kemampuan penglihatan atau hanya menggunakan indera penglihatan. Beberapa cara yang dilakukan dalam media visual ini, antara lain gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai foto, gamabar, lukisan dan cetakan. Selain itu, media visual juga dapat menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film kartun dan film bisu.


(39)

3) Media Audio-Visual

Media audiovisual merupakan gabungan antara media auditif dan media visual, sehingga media audiovisual menjadi media yang memiliki dua unsur yaitu suara dan juga gambar. Media audiovisual dibagi lagi ke dalam dua jenis, yakni adiovisual diam yang menampilkan suara dengan gambar tak bergerak seperti film rangkai suara dan cetak suara, serta audiovisual gerak yang menampilkan gambar bergerak disertai suara seperti film bersuara atau kaset video.

Harjanto (2006:237-238) mengungkapkan, terdapat beberapa jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pengajaran, antara lain sebagai berikut.

1) Media grafis atau lebih dikenal dengan media dua dimensi adalah media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Contoh media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain.

2) Media tiga dimensi merupakan media dalam bentuk model, seperti padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain.

3) Media proyeksi adalah media yang memanfaatkan alat proyeksi seperti slide, filmstrip, film, penggunaan OHP dan lain-lan.


(40)

4) Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan, yakni memanfaatkan segala aspek yang ada di lingkungan sebagai alat dalam belajar.

Media yang dikembangkan terdiri atas dua jenis media pembelajaran, yakni media grafis atau media dua dimensi dan media tiga dimensi. Kedua jenis media yang dikembangkan tersebut meliputi:

1) Kartu Bergambar, terdiri atas;

a) Kartu Kegiatan Keluarga: yakni kartu berisi gambar-gambar kegiatan siswa dan keluarganya sehari-hari di rumah.

b) Kartu Dokumen: yakni kartu berisi gambar-gambar dokumen milik keluarga maupun dokumen pribadi siswa. c) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik A: yakni kartu berisi

gambar-gambar berbagai aktivitas fisik yang dapat dilakukan siswa, serta kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik.

d) Kartu (Asik) Aktivitas Fisik B: yakni kartu berisi gambar-gambar kegiatan/ aktivitas yang boleh maupun tidak boleh dilakukan setelah melakukan aktivitas fisik.


(41)

2) Puzzle Jam, merupakan potongan-potongan dari gambar jam analog yang harus dirangkai oleh siswa agar menjadi sebuah gambar jam yang benar dan utuh.

3) Ular Tangga Fatbat (Manfaat-Akibat), merupakan sebuah permainan ular tangga yang dimodifikasi sehingga berisi manfaat melaksanakan tugas sehari-hari di rumah dan akibat bila tidak melaksanakannya. Peraturan serta permainannya pun sedikit dimodifikasi sesuai kebutuhan.

4) Domino Bergambar, merupakan adaptasi dari permainan domino sungguhan. Kartu domino ini sedikit dimodifikasi, yakni sisi bagian atas berisi gambar tugas masing-masing anggota keluarga, sedangkan sisi bagian bawah berisi tulisan tentang tugas masing-masing anggota keluarga. Cara permainanya adalah dengan memasangkan gambar dari satu kartu dengan tulisan dari kartu lain yang sesuai, begitu pula sebaliknya.

5) Album Lagu, merupakan sebuah buku yang dibuat layaknya album foto, tetapi berisi lirik serta not angka dari lagu “Menanam Jagung” yang dilengkapi dengan gambar-gambar.

6) Papan Penjodohan, merupakan sebuah papan yang berisi gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan pada sisi kiri papan. Kemudian pada sisi kanan papan terdapat


(42)

gambar-gambar keadaan atau kegiatan yang seharusnya dilakukan. Gambar di kedua sisi dijodohkan menggunakan pita.

7) Kartu Doa, merupakan sebuah kartu berisi teks doa di kedua sisinya. Sisi depan berisi teks doa sebelum memulai pelajaran, sedangkan sisi bagian belakang berisi teks doa setelah pelajaran. 8) Papan Waktu, adalah sebuah papan berisi 3 buah jam yang

digunakan untuk menunjukkan serta menentukan waktu dalam melaksanakan tugas sehari-hari di rumah oleh siswa.

9) Keping Refleksi, merupakan sebuah media yang digunakan siswa untuk merefleksikan pembelajaran 1 sampai 6. Media ini mengajak siswa untuk menggambarkan tugas mereka di rumah dalam bentuk gambar dan tulisan yang dituangkan dalam Keping Refleksi sesuai keinginan siswa.

10)Buku Petunjuk Penggunaan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan ganda, yaitu sebuah buku berisi panduan atau petunjuk dalam menggunakan kedua belas macam media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda.

c. Fungsi Media

Media sebagai penyalur informasi memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai alat bantu dan sumber belajar (Djamarah & Zain, 2006:121-123). Berikut uraian keduanya:


(43)

1) Media Sebagai Alat Bantu

Dalam proses belajar mengajar, seringkali siswa merasa bosan terutama pada materi-materi yang dianggapnya sukar. Oleh karena itu media dibutuhkan untuk membantu, tidak hanya menjadi penyalur materi tetapi juga memudahkan siswa untuk memahami materi sekaligus meningkatkan minat siswa dalam proses belajar mengajar. Media membantu guru dalam menyampaikan materi pada siswa secara lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2) Media Sebagai Sumber Belajar

Siswa belajar untuk memperoleh pengetahuan beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam belajar, siswa memerlukan sumber belajar yang menjadi referensinya dan yang dikenal selama ini sebagai sumber belajar siswa adalah guru. Namun, dengan hadirnya media maka bertambah sumber belajar siswa. Media dapat menjadi sumber belajar bagi siswa, karena media dapat memberikan pemahaman secara nyata/kontekstual. Siswa dapat belajar melalui media-media yang memang dibuat untuk mendukung proses pembelajaran.


(44)

Levie dan Lentz (1982) dalam Kustandi & Sutjipto (2011:21-22) memaparkan bahwa media, khususnya media visual, memiliki empat kegunaan sebagai berikut.

1) Fungsi Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi dalam proses pembelajaran melalui visual/gambar yang ditampilkan.

2) Fungsi Afektif, yaitu meningkatkan kenikmatan siswa ketika belajar melalui gambar-gambar yang menjadi variasi dalam teks yang dibaca.

3) Fungsi Kognitif, yaitu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar yang ditampilkan.

4) Fungsi Kompensatoris, yaitu dengan adanya gambar-gambar dapat membantu siswa mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

d. Ciri-Ciri Media

Gerlach dan Ely (1971) dalam Kustadi & Sutjipto (2011:13-15) mengungkapkan, media memiliki tiga ciri yang menjadi alasan mengapa media perlu digunakan. Ciri-ciri tersebut antara lain sebagai berikut.


(45)

1) Ciri Fiksatif (fixative property)

Merupakan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Media dapat merekam, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek maupun peristiwa kapan saja.

2) Ciri Manipulatif (manipulative property)

Kemampuan ini membuat media dapat melakukan transformasi suatu kejadian. Kejadian atau peristiwa yang memakan waktu lama, dapat disajikan/ditampilkan dalam waktu yang singkat. Contohnya adalah metamorfosis kupu-kupu, dapat disajikan dalam waktu yang lebih singkat menggunakan gambar atau rekaman video.

3) Ciri Distributif (distributive property)

Media memungkinkan sebuah kejadian atau objek dapat dipindah tanpa terbatas ruang dan waktu dengan adanya ciri distributif. Selain itu juga dapat digunakan secara berulang-ulang.

e. Kriteria Pemilihan Media

Harjanto (2006:238-239) mengungkapkan, dalam melakukan pemilihan dan pemanfaatan media dalam pengajaran, guru hendaknya memperhatikan beberapa kriteria berikut.

1) Tujuan

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Media dianggap layak untuk digunakan apabila


(46)

kehadiran media tersebut mampu mendukung ketercapaian tujuan pengajaran

2) Ketepatan (validitas)

Maksud dari validitas yakni media yang dipilih hendaknya tepat dan berguna bagi pemahaman siswa terhadap bahan/ materi yang dipelajari.

3) Keadaan Siswa

Pemilihan media yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan kemampuan daya pikir dan besar kecilnya kelemahan siswa. Media yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat daya tangkap siswa agar makna pembelajaran dapat tersalurkan dengan baik.

4) Ketersediaan

Dalam pemilihan media, guru perlu memperhatikan ada atau tidaknya media tersebut di perpustakaan/ di sekolah. Selain itu juga perlu dipertimbangkan mudah sulitnya media tersebut dibuat atupun diperoleh.

5) Mutu Teknis

Kriteria ini berkaitan dengan desain atau layout media yang akan digunakan. Media hendaknya memiliki kualitas yang baik dalam memvisualisasikan materi pembelajaran agar siswa memperoleh kejelasan makna.


(47)

6) Biaya

Perlu adanya pertimbangan terhadap keseimbangan antara bianya yang dikeluarkan untuk membuat ataupun memperoleh media dengan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran.

Menurut Arsyad (2014:74-75), kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Oleh karena itu, Arsyad mengemukakan beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media sebagai berikut.

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua hingga tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media hendaknya selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Hal ini diperlukan agar media dapat membantu proses pembelajaran secara efektif.

3) Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di


(48)

mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. 4) Guru terampil menggunakannya. Apapun media itu, guru harus

mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama dalam pemilihan media. 5) Pengelompokan sasaran. Ada media yang tepat untuk jenis

kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan. 6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual atau gambar harus jelas, dan lain-lain.

Kustandi & Sutjipto (2013:81-83) mengemukakan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media sebagai berikut.

1) Sesuaikan jenis media dengan materi kurikulum

Saat memilih jenis media yang akan dikembangkan atau diadakan, yang perlu diperhatikan adalah jenis materi pelajaran yang mana yang terdapat di dalam kurikulum yang dinilai perlu ditunjang oleh media pembeajaran. Selanjutnya dilakukan penelaahan terkait jenis media apa yang dinilai tepat untuk menyajikan materi pelajaran yang dikehendaki tersebut.


(49)

2) Keterjangkauan dalam pembiayaan

Dalam pengembangan atau pengadaan media pembelajaran hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan anggaran yang ada.

3) Ketersediaan perangkat keras untuk pemanfaatan media pembelajaran

Merancang dan mengembangakn media pembelajaran perlu memperhatikan dukungan ketersediaan peralatan pemanfaatannya di kelas.

4) Ketersediaan media pembelajaran di pasaran

Hal ini berkaitan dengan media yang dibeli dalam bentuk jadi atau yang telah diproduksi. Dalam mengadakan media pembelajaran, perlu diperhatikan ketersedian media tersebut di pasaran.

5) Kemudahan memanfaatkan media pembelajaran

Media pembelajaran yang diadakan atau dikembangkan hendaknya mudah digunakan oleh guru maupun murid.

2. Kecerdasan Ganda

a. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan merupakan kata lain dari inteligensi yang seringkali diartikan sebagai kemampuan atau bahkan keahlian. Ula (2013:82) memaparkan pengertian inteligensi dari tiga ahli berbeda. Kamus


(50)

Bahasa Indonesia yang disusun Idrus H. A. mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kepandaian atau kecerdasan. Selain itu, dalam Kamus Ilmiah Populer karya Pius A. Partanto, inteligensi merupakan kecerdasan, ketajaman pikiran. Howard Gardner, seorang pakar psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Hardvard University, Amerika Serikat memiliki pengertian tersendiri mengenai kecerdasan. Menurut Gardner, inteligensi merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam situasi nyata dengan suatu setting yang bermacam-macam.

Berdasarkan pengertian dari Gardner tersebut, dapat dikatakan bahwa inteligensi bukan hanya semata-mata kemampuan untuk menjawab soal-soal maupun tes tertulis. Gardner berpendapat, inteligensi tidak hanya diukur melalui teori, tetapi lebih dilihat bagaimana kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan nyata dalam bebagai situasi dan kondisi kehidupannya (Ula, 2013:82). Menurut Gardner, sebuah kemampuan dapat dikatakan sebagai inteligensi jika memiliki unsur pengetahuan, keahlian, kemahiran dan keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya, serta dapat menciptakan produk maupun persoalan baru untuk mengembangkan pengetahuan baru. Jika makna inteligensi lama yang diukur melalui tes IQ dianggap cenderung tetap sejak lahir, maka


(51)

inteligensi menurut Howard Gardner dapat dikembangkan melalui pendidikan dan inteligensi menurutnya ada banyak jumlahnya.

b.Faktor Pendukung Kecerdasan

Menurut Ula (2013:82-86) inteligensi atau kecerdasan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam menjalankan fungsinya. Kehadiran dan pengaruh dari faktor-faktor ini dapat membuat inteligensi semakin nampak dan meningkat. Berikut uraian faktor-faktor tersebut.

1) Gen atau Keturunan

Inteligensi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan atau gen dari kedua orangtuanya. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk berinteligensi tinggi layaknya salah satu ataupun kedua orangtuanya. Namun, sekalipun kedua orangtuanya tidak beriteligensi tinggi, bisa saja anak memiliki gen resesif (tersembunyi) yang muncul secara tiba-tiba dan menjadikannya memiliki inteligensi yang lebih tinggi dibandingkan orangtuanya. 2) Pengalaman

Dapat dikatakan tingkat inteligensi akan berbanding lurus dengan pengalaman yang dimiliki seseorang. Inteligensi akan cenderung statis dan kurang meningkat jika pengalaman yang dimiliki seseorang kurang, karena inteligensi hanya mengalami sedikit rangsangan untuk berkembang. Sebaliknya, dengan beragamnya


(52)

pengalaman yang dimiliki maka inteligensi akan banyak dirangsang dan meningkat.

3) Latihan

Sama halnya seperti pengalaman, semakin sering melatih diri dan kemampuan maka tingkat inteligensi pun semakin tinggi. Jika tidak membiasakan diri untuk berlatih, tidak menutup kemungkinan kemampuan dan inteligensi yang dimiliki akan tetap, berkurang atau bahkan perlahan memudar.

4) Lingkungan

Sebagai salah satu faktor intern, lingkungan cukup bepengaruh dalam pengembangan inteligensi. Jika lingkungan yang ditinggali mendukung dan menyediakan rangsangan untuk mengembangkan inteligensi maka inteligensi pun akan semakin meningkat. Tetapi bila lingkungan tidak dapat memberikan dukungan dalam mengembangkan inteligensi, tentu inteligensi tidak dapat berkembang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan serta melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menggugah inteligensi pada diri kita, anak-anak, dan peserta didik.

5) Reward and Punishment

Kehadiran reward and punishment dapat menggugah seseorang untuk mengembangkan inteligensi yang dimiliki sebelumnya. Seseorang yang memperoleh reward atas inteligensi yang


(53)

dimilikinya cenderung muncul keinginan untuk meningkatkan inteligensinya. Penyebabnya karena keinginan untuk menunjukkan prestasi yang lebih baik dan memperoleh reward lagi. Demikian pula dengan adanya punishment sebagai konsekuensi atas inteligensi yang ada, kecenderungan untuk memperbaiki dan meningkatkan inteligensi akan tumbuh. Hal tersebut dikarenakan tidak ingin memperoleh punishment yang kedua kalinya.

6) Pola Makan dan Asupan Gizi

Makanan dan asupan gizi ikut memengaruhi inteligensi, dikarenakan makanan yang masuk ke dalam tubuh berpengaruh terhadap kondisi organ tubuh, tidak terkecuali organ yang berkaitan erat dengan pembentukan serta pengembangan inteligensi. Apabila makanan yang dikonsumsi memiliki nilai gizi yang cukup dan seimbang, maka akan mendukung perkembangan intekigensi. Sebaliknya, jika asupan makanan tidak mendukung maka inteligensi pun sulit berkembang.

c. Pengertian Kecerdasan Ganda

Ada berbagai macam sebutan untuk istilah Kecerdasan Ganda di Indonesia, yakni Inteligensi Ganda atau Kecerdasan Majemuk. Berdasarkan kedua kata tersebut, dapat dipahami bahwa Kecerdasan Ganda berarti bermacam-macam kecerdasan yang dimiliki manusia. Teori Kecerdasan Ganda digagas oleh seorang ahli psikologi


(54)

perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard Universty, Amerika Serikat, Howard Gardner. Menurutnya, setiap manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yang dapat ditumbuhkembangkan (Ula, 2013:87). Berdasarkan penelitiannya, Gardner menemukan bahwa kecerdasan tidak hanya cukup diukur dengan tes tertulis layaknya pengukuran melalui tes IQ.

Menurut Jasmine (2007:11-12), teori Kecerdasan Ganda adalah “validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting”. Penerapan teori ini dalam pendidikan sangat tegantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar. Ditambah dengan pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing siswa serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan berharga. Gardner dalam Jasmine (2007:12) menyatakan bahwa kecerdasan dapat diukur dengan melihat bagaimana cara seseorang memecahkan suatu persoalan nyata dalam berbagai situasi.

Pada awalnya, Gardner mengumpulkan banyak kemampuan manusia yang dapat dikategorikan dalam jenis inteligensi. Setelah semua kemampuan tersebut dianalisis, akhirnya Gardner hanya menerima sembilan jenis inteligensi (Ula, 2013:87). Sebenarnya, Kecerdasan Ganda bukanlah hal baru. Di Amerika Serikat, teori ini sudah cukup lama dikembangkan. Kecerdasan Ganda atau Multiple


(55)

Intelligences merupakan sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan. Namun, setelah melakukan beberapa penelitian lagi, akhirnya Howard Gardner menambahkan dua jenis inteligensi lagi. Dengan demikian hingga saat ini, sudat terdapat sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia.

d. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda

Berikut kesembilan jenis inteligensi atau kecerdasan menurut Howard Gardner dalam Ula (2013:88-100).

1) Inteligensi Linguistik

Inteligensi linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata dengan efektif, baik secara oral maupun tertulis. Inteligensi jenis ini banyak menonjol pada seorang sastrawan, pencipta puisi, penulis, jurnalis, editor, orator, dramawan, maupun pemain sandiwara, guru, pengacara, dan pelatih/ mentor. Orang-orang dengan inteligensi linguistik juga mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, bahkan menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Pada umumnya, jenis kemampuan yang banyak dimiliki oleh orang yang menonjol dalam inteligensi linguistik, antara lain:

a) Mengerti urutan dan arti kata-kata (sensitivitas pada suatu bahasa);


(56)

c) Menjelaskan, bercerita, mengajar, berdebat; d) Humor;

e) Mengingat dan menghafal; f) Analisis linguistik;

g) Menulis dan bebicara;

h) Main drama, berpuisi, berpidato; i) Mahir dalam perbendaharaan kata. 2) Inteligensi Matematis-Logis

Inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Inteligensi jenis ini banyak menonjol pada seorang matematikawan, logikus, saintis, akuntan, progamer, teknisi/ engineer, analis budget, ahli sipil, dan ilmuwan. Ciri-ciri orang yang berinteligensi matematis-logis antara lain memiliki kemampuan mumpuni dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan bahkan pandangan hidupnya bersifat rasional. Dalam berpikir dan cara bekerja, orang dalam kelompok inteligensi ini akan sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi. Orang yang menonjol inteligensi matematis-logisnya, pada umumnya berkemampuan dalam:


(57)

b) Reasoning, pola sebab akibat; c) Klasifikasi dan kategorisasi; d) Abstrasksi dan simbolisasi; e) Pemikiran induktif dan deduktif;

f) Menghitung dan bermain angka, estimasi, dan analisis jumlah; g) Pemikiran ilmiah;

h) Problem solving; i) Silogisme.

3) Inteligensi Ruang-Visual

Inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat mencakup berpikir dalam gambar, kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Inteligensi jenis ini banyak dimiliki oleh arsitek, fotografer, mekanik, navigator, dekorator, pilot, atau pemburu. Secara umum, orang yang memiliki inteligensi ruang-visual juga memiliki kemampuan:

a) Mengenal relasi benda-benda dalam ruang dengan tepat; b) Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut; c) Representasi grafik;

d) Manipulasi gambar atau menggambar; e) Mudah menemukan jalan dalam ruang; f) Imajinasi tinggi;


(58)

g) Peka terhadap garis, warna, dan bentuk. 4) Inteligensi Kinestetik-Badani

Inteligensi kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Inteligensi ini merupakan inteligensi fisik yang menyoroti kemampuan untk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara, baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik). Inteligensi kinestetik-badani banyak dimiliki oleh atlet, penari, pemahat, aktor, ahli bedah, dan penerjemah bahasa gerak tubuh. Orang yang menonjol pada inteligensi kinestetik-badani biasanya berkemampuan untuk:

a) Berekspresi dengan tubuh;

b) Mengaitkan pikiran dengan tubuh; c) Bermain mimik;

d) Main drama atau main peran;

e) Olahraga, menari, dan aktif bergerak;

f) Koordinasi dan fleksibilitas tubuh yang tinggi;

g) Mengontrol sebagian atau keseluruhan anggota tubuh. 5) Inteligensi Musikal

Inteligensi musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik serta suara,


(59)

seperti kepekaan terhadap ritme, melodi dan intonasi, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi dan mencipta lagu, bahkan kemampuan untuk menikmati lagu, musik serta nyanyian. Inteligensi ini banyak dimiliki oleh pencipta lagu, pesinetron, orang-orang yang peka dengan nada, yang dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan orang yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu. Agar dapat dikatakan menonjol dalam inteligensi musikal, seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial untuk mampu mendengar dan merangkai musik, hingga mengingat pengalaman bermusik. Pada umumnya, orang dengan inteligensi jenis ini akan berkemampuan dalam:

a) Menangkap musik; b) Mencipta melodi;

c) Menyanyi dan pentas musik; d) Mencipta musik;

e) Memainkan alat musik;

f) Mengetahui struktur musik dengan baik; g) Peka terhadap suara dan musik;


(60)

6) Inteligensi Interpersonal

Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, watak, perangai, intensi, motivasi, dan tempramen orang lain. Termasuk juga kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan isyarat dari orang lain. Inteligensi ini banyak dimiliki oleh para komunikator, fasilitator, penggerak massa, politikus, terapis, pendidik/ trainer, konselor, diplomat, konsultan manajemen, dan negosiator. Orang yang memiliki intelgensi ini bisa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar, serta mampu memahami dan melihat dunia dari sudut pandang orang lain (empati). Orang yang menonjol pada inteligensi interpersonal umumnya memiliki kemampuan dalam:

a) Bekerjasama dengan teman;

b) Mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi teman; c) Berkomunikasi verbal dan nonverbal;

d) Berempati dan peka terhadap teman; e) Memberikan feedback;

f) Menganalisis kondisi sosial atau orang lain. 7) Inteligensi Intrapersonal

Inteligensi intrapersonal adalah kecerdasan dalam diri sendiri berupa kemampuan untuk mengerti diri sendiri, apa yang terbaik yang harus dilakukan, apa yang harus dihindari serta apa saja yang


(61)

dapat meningkatkan kemampuan diri. Jenis kecerdasan ini terdiri dari kemampuan untuk mengenali emosi diri (mengenali perasaan sendirisewaktu perasaan atau emosi sedang naik), kemampuan mengelola emosi (kemampuan untuk mengendalikan perasaan sehingga tidak meledak-ledak dan akhirnya dapat memengaruhi perilaku yang salah), kemampuan memotivasi diri (kemampuan untuk memberi semangat pada diri sendiri agar dapat melakukan sesuatu yang baik dan bermanfat). Inteligensi ini lebih dominan dimiliki oleh filsuf, sastrawan, motivator, psikolog, dan musisi. Biasanya, orang dengan inteligensi intrapersonal yang menonjol juga akan berkemampuan dalam:

a) Berkonsentrasi;

b) Reflektif dan bekerja mandiri; c) Keseimbangan diri;

d) Kesadaran dan realitas spiritual; e) Pengenalan diri yang dalam;

f) Mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda; g) Membentuk model mentalnya sendiri;

h) Melibatkan gambaran model diri untuk mengambil keputusan terhadap tindakan;

i) Mengartikan pemahaman melalui beragam ekspresi (menulis puisi, mengambar).


(62)

8) Inteligensi Naturalistik

Inteligensi naturalistik didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, keampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani serta mengembangkan pengetahuan akan alam. Para pecinta alam adalah contoh orang yang masuk dalam kategori kecerdasan naturalistik. Bidang pekerjaan seperti petani, ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam sangat menghendaki bakat naturalis. Akan tetapi, inteligensi ini masih dalam taraf penelitian lebih lanjut karena dianggap memiliki kesamaan dengan inteligensi matematis-logis. Secara umum, orang dengan inteligensi naturalistik memiliki kemampuan untuk:

a) Mengenal flora dan fauna;

b) Mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan binatang;

c) Menyukai alam dan hidup di luar rumah. 9) Inteligensi Eksistensial

Inteligensi eksistensial berhubungan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam terkait eksistensi manusia. Inteligensi jenis ini tampak


(63)

pada para filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Orang yang inteligensi eksistensialnya menonjol umumnya berkemampuan untuk:

a) Peka dalam menjawab persoalan eksistensi diri/ manusia; b) Melakukan refleksi diri;

c) Kontemplasi diri.

3. Media Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ganda

Salah satu dari tiga metode belajar dalam rangka pembentukan karakter adalah mengamati dan meniru (Klausmeier dalam Sani, 2014:30). Dalam proses mengamati, siswa membutuhkan suatu model yang dapat secara nyata diamati. Hal ini berkaitan dengan pendapat Sani (2014:46-47) yang mengatakan bahwa pengetahuan yang harus dimiliki oleh siswa SD hanya merupakan pengetahuan faktual yang mencakup lingkungan rumah, sekolah dan tempat bermain. Berdasarkan penjabaran tersebut, sudah dipastikan media menjadi aspek penting yang dapat membantu menfasilitasi siswa dalam memperoleh pengetahuan faktual seputar lingkungan belajarnya.

Gardner dalam Ula (2013:82) mengungkapkan bahwa setiap manusia memiliki kecerdasan yang tidak selalu sama satu dengan yang lain atau yang lebih dikenal dengan konsep kecerdasan ganda. Hal ini menuntut


(64)

semua lapisan pemerintahan dalam bidang pendidikan untuk memaksimalkan kemampuan setiap peserta didik berdasarkan kecerdasannya masing-masing. Menurut Daryanto (2014:1), secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Berkaca pada pendapat Daryanto tersebut, sudah selayaknya implementasi kurikulum merujuk pada pengembangan kemampuan dan kecerdasan generasi muda untuk mengahadapi tuntutan zaman.

Kurikulum 2013 sebagai kurikulum terbaru yang diterapkan pemerintah menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kurniasih & Sani, 2014:22). Meskipun kurikulum 2013 menjadikan media sebagai komponen penting dalam pembelajaran, namun pengintegrasian konsep kecerdasan ganda dalam pengembangan media pembelajaran masih sangat minim. Selain itu, belum banyak buku yang membahas mengenai pengadaan media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda.

Meskipun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir konsep kecerdasan ganda mulai lebih dikenal di Indonesia, tetapi baik pemerintah maupun masyarakat umum belum begitu serius mendalami konsep tersebut. Penerapannya dalam proses pembelajaran di sekolah pun masih minim, bahkan banyak kalangan guru yang sama sekali belum memahami konsep kecerdasan ganda. Hal inilah yang menyebabkan perangkat


(65)

pembelajaran, termasuk media pembelajaran belum begitu terlihat kehadiran media yang menggunakan konsep atau berbasis kecerdasan ganda.

Menurut Djamarah dan Zain (2006:124-125) media terdiri atas audio, visual, maupun audio-visual. Akan sangat baik apabila pembuatannya didasarkan pada beberapa kecerdasan yang berhubungan dengan audio dan visual seperti kecerdasan musikal, kecerdasan linguistik, hingga kecerdasan ruang-visual. Selain itu, media berfungsi sebagai sumber belajar dan alat bantu dalam pebelajaran (Djamarah & Zain, 2006:121-123). Sebagai alat bantu, media akan lebih efektif jika dipadukan dengan kecerdasan ganda, sehingga anak akan merasa kemampuan dan kecerdasannya terfasilitasi.

B. Penelitian yang Relevan

Mencari dan menemukan penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan salah satu persyaratan dalam mengembangkan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan adalah Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Sub Tema Tugasku Sehari-hari di Rumah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Oleh karena itu peneliti mencoba menemukan penelitian yang releven dengan penelitian yang dilakukan penulis.


(66)

Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Risa Veti Perdani (2014) dengan judul Pengembangan Media Konvensional Tematik Kelas IV Berbasis Multiple Intelligence. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) dari Borg and Gall. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan media konvensional tematik, (2) menilai kualitas prototipe media kovensional tematik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa skor rentang skala 1 sampai 4 dan data kualitatif berupa komentar. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif kemudian dikonversikan ke data kualitatif dengan menggunakan skala Likert. Prosedur pengembangan media konvensional tematik dilakukan dengan langkah-langkah: (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media konvensional tematik memiliki kualitas yang baik.

Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Faridah (2012) dengan judul Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Bagi Siswa Usia Pendidikan Dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) untuk mendeskripsikan dan menganalisis konsep multiple intelligences menurut Howard Gardner (2) untuk pengembangan multiple intelligences tersebut pada pembelajaran berbasis multiple intelligences bagi siswa usia pendidikan dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) setiap individu pada dasarnya


(67)

memiliki banyak kecerdasan yang harus dikembangkan sejak usia pendidikan dasar (minimal sejak usia pendidikan dasar). Minimal ada sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang spasial, kinestetik badani, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensial. (2) Pengembangan multiple intelligences pada metode pembelajaran pendidikan untuk siswa usia pendidikan dasar membutuhkan kreativitas seorang guru (pendidik), baik dalam mengatur, merencanakan, maupun menerapkan metode-metode tersebut.

Penelitian ketiga merupakan penelitian yang dilakukan oleh Gian Nitih Tania (2013) dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Kecerdasan Majemuk Kelas IV B Sekolah Dasar Negeri 4 Wates, Kulon Progo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis kecerdasan majemuk di kelas IV B SD Negeri 4 Wates, Kulon Progo. Penelitian yang berlangsung selama 2 bulan ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dan triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di kelas IV B belum mengacu pada langkah-langkah pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk.

Mengacu pada ketiga penelitian di atas, peneliti belum menemukan adanya penelitian yang memfokuskan pada Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Sub Tema Tugasku Sehari-hari di Rumah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Oleh


(68)

karena itu, dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan sumbangan yang baru bagi dunia pendidikan. Berikut akan dipaparkan bagan literature map dalam penelitian ini.

Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan Pengembangan Media

Konvensional Tematik Kelas IV Berbasis Multiple Intelligence

Risa Veti Perdani

Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Kecerdasan Majemuk Kelas IV B

Sekolah Dasar Negeri 4 Wates, Kulon Progo

Gian Nitih Tania

Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda

Pada Subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar

Renaldo Desantos Watu

Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Bagi Siswa Usia

Pendidikan Dasar


(1)

TUGASKU SEHARI-HARI / TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH 351 Kriteria Sangat Baik

(SB) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Tanggung jawab terhadap dokumen keluarga. Menjaga, merapikan dan mengumpukan kembali Domino Bergambar selama digunakan dan setelah digunakan dalam permainan. Menjaga dan merapikan Domino Bergambar selama digunakan dan setelah digunakan dalam permainan. Menjaga Domino Bergambar selama digunakan dalam permainan. Merusak Domino Bergambar dalam permainan.

4. Sikap Spritual

Indikator 1.2.2 Menunjukkan sikap mensyukuri keberadaan dokumen keluarga sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Teknik Penilaian Observasi

Instrumen Lembar observasi sikap mensyukuri keberadaan keluarga sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!

Kriteria Baik sekali 4 Baik 3 Cukup 2 Kurang 1 Berdoa mensyukuri adanya dokumen keluarga.

Berdoa secara khusuk dan sopan untuk mensyukuri keberadaan dokumen keluarga. Berdoa secara sopan untuk mensyukuri keberadaan dokumen keluarga. Menjaga ketenangan saat berdoa untuk mensyukuri keberadaan dokumen keluarga. Tidak ikut saat berdoa untuk mensyukuri keberadaan dokumen keluarga.


(2)

TUGASKU SEHARI-HARI / TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH 352

MATERI PEMBELAJARAN

PPKn: Perilaku yang Tidak Sesuai Aturan Sehari-hari

di Rumah

Perilaku yang tidak sesuai dengan aturan atau tata tertib yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah, antara lain:

 Membuang sampah di selokan  Menggangu adik bermain  Tidak merapikan tempat tidur

 Bangun kesiangan/ bangun terlambat  Merusak dokumen milik keluarga

 Tidak memberi salam saat masuk atau keluar rumah

SBdP: Gerak Simbolik

Gerakan yang dilakukan manusia pada umumnya memiliki maksud atau tujuan tertentu. Dalam kehidupan, ada salah satu jenis gerakan yang disebut gerak simbolik. Dilihat dari namanya, gerak simbolik dapat diartikan sebagai gerakan yang dilakukan sebagai simbol atau sebuah peragaan. Gerak simbolik merupakan gerakan yang dilakukan menyerupai gerakan lain, hanya saja dilakukan di tempat yang berbeda dan tidak harus menggunakan alat sebenarnya. Jadi gerak simbolik hanya memeragakan kembali gerakan aslinya. Gerak simbolik yang dapat dilakukan siswa di dalam kelas, antara lain:

 Menyapu

 Mencangkul


(3)

TUGASKU SEHARI-HARI / TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH 353

Bahasa Indonesia: Dokumen Milik Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki Tugas masing-masing dalam kehidupan sehari-hari dirumah.

Tugas Ayah : Sebagai kepala rumah tangga, kegiatannya: menyiapkan kendaraan, mengantar anak ke sekolah, bekerja, membimbing anak berdoa. Tugas Ibu : Sebagai ibu rumah tangga, kegiatannya: menyiapkan sarapan,

membersihkan rumah, mencuci pakaian, membimbing anak belajar. Tugas Anak : belajar, pergi ke sekolah, merapikan tempat tidur, menyapu

halaman. Lagu:

Ayam-Bebek

Ayam, ayam, ayam.. Bebek Bebek, bebek, bebek.. Ayam

Ayam mematok Bebek Bebek mematok Ayam Ayam Bebek patok-patokkan

Teks:

Tugas Ibu dan Yanti

Ibu Yanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Ibu setiap hari menyiapkan kebutuhan Yanti dan keluarga.

Ibu memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Yanti membantu menyapu halaman.


(4)

TUGASKU SEHARI-HARI / TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH 354

LEMBAR KERJA SISWA

Nama : ……… Kelas : ………

Pasangkanlah gambar-gambar berikut sesuai dengan kata di yang ada di sebelahnya!

1.

2.

3.

4.

5.

Kegiatan yang

sesuai aturan

Kegiatan yang

tidak sesuai


(5)

TUGASKU SEHARI-HARI / TUGASKU SEHARI-HARI DI RUMAH 355

Soal Post Test

Nama

:

Kelas

:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!

1. Sebutkan 3 contoh perilaku yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

sehari-hari di rumah!

2. Apakah kamu pernah melanggar aturan di rumah? Ceritakanlah!

3. Apa yang dimaksud dengan gerak simbolik?

4. Sebutkan 2 kegiatan yang dapat dipraktekkan melalui gerak simbolik!

5. Apa tugas utama Ayah sebagai kepala keluarga?

6. Sebutkan 3 tugas anak di rumah!

Kunci Jawaban:

1. Membuang sampah sembarangan, mengeluarkan kata-kata kotor, bangun kesiangan, tidak merapikan tempat tidur, mengganggu adik bermain, tidak belajar/ mengerjakan PR. (sesuai plihan siswa)

2. (sesuai pengalaman siswa).

3. Gerak simbolik adalah gerakan yang dilakukan untuk menirukan suatu gerakan lain tanpa harus menggunakan alat yang sama atau di tempat yang sama.

4. Menyapu dan mengepel.

5. Bekerja mencari nafkah.

6. Belajar, merapikan tempat tidur, menyapu, menyiram tanaman, belajar berdoa, mencuci piring. (sesuai pilihan siswa)


(6)

356

BIODATA PENULIS

Renaldo Desantos Watu lahir di Ende, Flores, Nusa Tenggara

Timur (NTT), 30 Maret 1994. Sekolah Dasar diperoleh di SDK Santa Theresia Ende 3, Sekolah Menengah Pertama diperoleh di SMP Negeri 1 Ende, Sekolah Menengah Atas diperoleh di SMA Negeri 1 Ende.

Pada tahun 2012, memperoleh beasiswa dari Rintisan Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) untuk melanjutkan studi di perguruang tinggi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendididikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri

dengan menulis skripsi berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional

Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Tugasku Sehari-hari di Rumah untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”.