Pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas dua (II) Sekolah Dasar.

(1)

PADA SUBTEMA HEWAN DI SEKITARKU UNTUK SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

Edeltrudis Mbasi Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Oleh karena itu, pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik masih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Hewan di Sekitarku untuk siswa kelas II sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model menurut Borg dan Gall serta Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa LKS menggunakan pendekatan saintifik untuk siswa kelas II sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS menggunakan pendekatan saintifik oleh dua orang ahli media LKS dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hasil validasi dua ahli media LKS menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,06 (baik). Validasi dari dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,12 (baik) dan 3,93 (baik). LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi sesuai saran.


(2)

APPROACH ON THE SUBTHEME “HEWAN DI SEKITARKU” FOR THE SECOND (2nd) GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Edeltrudis Mbasi Sanata Dharma University

2016

This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. Therefore, the development of worksheets using the scientific approach is still needed to meet the needs. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the subtheme of “Hewan di Sekitarku” at the second grade of elementary school students.

This is a kind of the development research. The worksheet development using the scientific approach is a model of research and the development of modification between models according to Borg, Gall and Sugiyono. The development procedures used in the study includes five steps: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, which can produce the design of the final product in the form of worksheets using scientific approach for the second grade of elementary school students. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan 1 Elementary School, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two experts of worksheet’s media and the two teachers of the second grade of elementary school.

The validation based on the 16 aspects: (1) the completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance/ worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities, (4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. The results of the validation by the two experts of worksheet’s media resulted in a score of 3.93 (good) and 4.06 (good). The validation of second grade teachers resulted in a score of 4.12 (good) and 3.93 (good). The worksheet used by the scientific approach resulted in a mean score of 4.01 out of range of scores 1-5 and are included in the category of "good". This shows the worksheet development using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school with revision of the idea.


(3)

i

UNTUK SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Edeltrudis Mbasi

NIM. 121134254

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Yang telah memberikan rahmat, karunia dan kecerdasan kepadaku sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar

Bunda Maria dan Bunda Pelindungku

Yang telah menuntun dan melindungiku dalam setiap perjalanan hidupku

Bapak Lambertus Ma’u dan Mama Rosadalima Mburhu

Yang sudah membesarkanku dan

memberikan motivasi, dukungan, serta doa untuk perjalanan hidupku

Bapak Fransiskus Rhiti, Bapak Antonius Petu, Bapak Yanuarius Gani, dan Bibi Bernadeta sekeluarga Yang mengajarkanku tentang perjuangan dan menjadi motivator bagiku

Adik-adikku:

Damianus Pani Ndu’a, Saulbernus Mudegagi, Gregorius Agung Jawa,

Valerianus Tegu Tibo, dan Regina Mite

Yang selalu menantikan keberhasilanku dan menjadi penyemangat dalam kehidupanku Tersayang Semuel Alvaro Fu’a


(7)

v

Sahabatku tercinta:

Ayu, K’Fanni, K’Fitri, K’Esta, Lisa, Nifa, dan Yasni Yang memberikan inspirasi dan

menjadi penyemangat bagiku dalam melakukan penelitian ini

Teman-teman PPGT angkatan 2012

Yang sudah berjuang bersama-sama untuk mencapai sebuah kesuksesan

Bapak/ Ibu Dosen PPGT-PGSD

Yang tidak pernah lelah membimbing, mengajar dan memberikan motivasi bagi kami mahasiswa PPGT

Almamaterku

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(8)

vi

tetapi belajarlah dari kegagalan itu karena melalui kegagalan kita akan menjadi lebih baik

Perjuangan dan kerja keras merupakan jalan menuju kesuksesan

Tuhan itu maha besar

Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya


(9)

(10)

(11)

ix

PADA SUBTEMA HEWAN DI SEKITARKU UNTUK SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

Edeltrudis Mbasi Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena guru masih membutuhkan contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik. Oleh karena itu, pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik masih sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Hewan di Sekitarku untuk siswa kelas II sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model menurut Borg dan Gall serta Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa LKS menggunakan pendekatan saintifik untuk siswa kelas II sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS menggunakan pendekatan saintifik oleh dua orang ahli media LKS dan dua orang guru kelas II sekolah dasar.

Validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) refleksi. Hasil validasi dua ahli media LKS menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,06 (baik). Validasi dari dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,12 (baik) dan 3,93 (baik). LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi sesuai saran.


(12)

x

APPROACH ON THE SUBTHEME “HEWAN DI SEKITARKU” FOR THE SECOND (2nd) GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Edeltrudis Mbasi Sanata Dharma University

2016

This research was done because the teacher still needs the worksheets model which use the scientific approach. Therefore, the development of worksheets using the scientific approach is still needed to meet the needs. The main objective of this research is to produce a product in the form of worksheets using a scientific approach to the subtheme of “Hewan di Sekitarku” at the second grade of elementary school students.

This is a kind of the development research. The worksheet development using the scientific approach is a model of research and the development of modification between models according to Borg, Gall and Sugiyono. The development procedures used in the study includes five steps: (1) analysis of the problem, (2) data collection, (3) product development, (4) validation of the product, and (5) the revision of the product, which can produce the design of the final product in the form of worksheets using scientific approach for the second grade of elementary school students. The Instruments used in this study is a list of interview questions and the needs analysis questionnaire. Interviews are used to analyze the teachers’ needs at the second grade of Kalasan 1 Elementary School, Sleman, while the questionnaire is used to validate the quality of worksheet which use the scientific approach by the two experts of worksheet’s media and the two teachers of the second grade of elementary school.

The validation based on the 16 aspects: (1) the completeness of the worksheets’ elements, (2) the formulation of guidance/ worksheets’ instruction, (3) the woksheets’ formulation of the learning activities, (4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, (5) language used in worksheet, (6) the worksheet display, (7) the use of the questions words why and how in the worksheet, (8) asking, (9) observing, (10) trying, (11) analysis, (12) reasoning, (13) communicating, (14) the integration between subjects, (15) the atmosphere of learning, and (16) reflections. The results of the validation by the two experts of worksheet’s media resulted in a score of 3.93 (good) and 4.06 (good). The validation of second grade teachers resulted in a score of 4.12 (good) and 3.93 (good). The worksheet used by the scientific approach resulted in a mean score of 4.01 out of range of scores 1-5 and are included in the category of "good". This shows the worksheet development using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities in the second grade of elementary school with revision of the idea.


(13)

xi

Puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Hewan di Sekitarku Untuk Siswa Kelas Dua (II) Sekolah Dasar dapat peneliti selesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

5. Para dosen validator ahli media LKS yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

7. Catur Eni Rahayu, S.Pd.,SD. selaku guru kelas II SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

8. Purwanti, S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

9. Bapak dan Mama tercinta yang sudah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga besarku yang selalu memberi motivasi dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan 35 mahasiswa PPGT Angkatan II yang berjuang bersama selama ini dan menjadi penyemangat dalam meyelesaikan skripsi ini.


(14)

(15)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 10

1. Lembar Kerja Siswa ... 10

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 10

b. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa ... 12

c. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa ... 14


(16)

xiv

b. Kerangka Dasar Kurikulum 2013 ... 24

c. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 28

d. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 34

3. Pendekatan Saintifik ... 35

a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 35

b. Karakteristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 37

c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 39

d. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ... 40

B. Penelitian yang Relevan ... 51

C. Kerangka Pikir ... 55

D. Pertanyaan Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 58

B. Prosedur Pengembangan ... 58

1. Analisis Masalah ... 65

2. Pengumpulan Data ... 65

3. Pengembangan Produk ... 65

4. Validasi Produk ... 67

5. Revisi Produk... 67

C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 67

D. Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 68

E. Validasi Guru Kelas II Sekolah Dasar... 69

F. Intrumen Penelitian ... 69

G. Teknik Pengumpulan Data ... 73

H. Teknik Analisis Data ... 73

1. Data Kualitatif ... 74

2. Data Kuantitatif ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 77

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 77


(17)

xv

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas II SD Pelaksana Kurikulum SD 2013

dan Revisi Produk ... 86

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 90

1. Kajian Produk Akhir ... 90

2. Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 94

B. Keterbatasan Penelitian ... 95

C. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 100 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...


(18)

xvi

Bagan 1. Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 54

Bagan 2. Bagan Kerangka Berpikir ... 55

Bagan 3. Model Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg dan Gall ... 59

Bagan 4. Model Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono ... 61


(19)

xvii

Tabel 1. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 34

Tabel 2. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya ... 40

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 68

Tabel 4. Panduan Wawancara Survei Kebutuhan ... 69

Tabel 5. Lembar Kuesioner Instrumen Validasi Lembar Kerja Siswa ... 70

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima ... 74

Tabel 7. Kriteria Skor Skala Lima ... 76

Tabel 8. Komentar Ahli Media LKS dan Revisi ... 86

Tabel 9. Komentar Guru Kelas II Sekolah Dasar Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi... 88


(20)

xviii

Lampiran 1 Surat Ijin Wawancara ... 101

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Wawancara ... 102

Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 103

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 104

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Ahli Media LKS ... 108

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas II SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 114

Lampiran 7 Silabus Pembelajaran Tematik SD ... 120

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 131

Lampiran 9 Biodata Penulis ... 290


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa keberadaan pendidikan dapat memberikan bekal kepada peserta didik baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Di Indonesia, pendidikan dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal, jalur pendidikan nonformal, dan jalur pendidikan informal. Semua jalur pendidikan tersebut memiliki berbagai karakteristiknya masing-masing.

Pendidikan formal menyelenggarakan kegiatan pendidikannya secara terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Karena itu, kegiatannya berpusat pada lembaga-lembaga sekolah, seperti TK, SD, SMP, dan SMA bahkan hingga ke perguruan tinggi. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang digunakan untuk mendidik, membina, mengevaluasi, mengajar, dan membimbing peserta didik. Oleh karena itu, keberadaan sekolah sebagai


(22)

penyelenggara pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka sekolah harus senantiasa mengikuti berbagai kebijakan atau peraturan yang berlaku, salah satunya adalah kurikulum. Sekarang ini, kurikulum yang berlaku pada setiap lembaga sekolah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013.

Sekolah Dasar Negeri Kalasan 1 merupakan salah satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Berdasarkan Kurikulum SD 2013, salah satu ciri pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar adalah dengan menerapkan pembelajaran tematik integratif yang proses pembelajarannya mengacu pada pendekatan saintifik 5 M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengomunikasikan). Berbagai macam perangkat pembelajaran yang dibuat harus menggunakan pendekatan saintifik. Salah satunya adalah lembar kerja siswa (LKS).

LKS merupakan sarana bagi peserta didik dalam memahami dan mempelajari suatu materi karena memuat berbagai tugas dan petunjuk kerja yang akan dilakukan oleh peserta didik. Oleh karena itu, keberadaan LKS


(23)

dalam suatu kegiatan pembelajaran menjadi sangat penting. Sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, maka LKS yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah harus menerapkan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guna memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi bahwa informasi bisa berasal dari mana saja tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Kemendikbud, 2013:205).

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait penggunaan lembar kerja siswa (LKS) dengan menggunakan pendekatan saintifik pada tanggal 29 Juni pukul 10.20 WIB di ruang kelas II SD Negeri Kalasan 1 dengan Ibu C, guru sudah mencoba membuat LKS sederhana yang mengacu pada pendekatan saintifik 5 M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengomunikasikan). LKS merupakan sebuah media dan bukti nyata dari pekerjaan peserta didik. LKS merupakan sarana peserta didik dalam memahami materi pelajaran dari hasil belajarnya karena dengan LKS peserta didik dapat belajar secara bervariasi. Namun, dalam kegiatan penyusunannya guru merasa kesulitan dalam beberapa hal, yaitu mengaplikasikan langkah-langkah pendekatan saintifik dalam LKS secara sistematis, waktu dalam membuatnya, serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam membuat LKS apabila menggunakan media ICT.


(24)

Penerapan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam LKS masih belum tersusun secara sistematis karena tidak semua mata pelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat menerapkan pendekatan saintifik. Oleh karena itu, guru merasa bingung apakah langkah-langkah pendekatan saintifik dapat diterapkan dalam LKS secara tidak urut atau harus urut sesuai dengan konsep pendekatan saintifik. Berdasarkan kesulitan guru dalam membuat LKS tersebut, maka salah satu hal yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan LKS yang diperjualbelikan karena lebih praktis.

Pada saat melakukan wawancara dengan Ibu C, beliau juga mengatakan bahwa ada beberapa permasalahan yang muncul akibat menggunakan LKS yang diperjualbelikan, yaitu dapat menyebabkan guru menjadi tidak kreatif, tidak inovatif karena isinya lebih banyak memuat aspek kognitif, mal praktik, keprofesionalan guru menurun, dan kompetensi yang akan diperoleh siswa dari mata pelajaran yang diajarkan akan kurang diperhatikan.

Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kesulitan yang dialami dalam menyusun dan mengembangkan LKS, beliau mengatakan bahwa sejauh ini sudah diusahakan berbagai cara untuk mengatasi kesulitan tersebut. Usaha yang dilakukan berupa melakukan kerjasama dengan teman guru kelas II di SD tersebut, penyusunan dan pengembangan LKS disesuaikan dengan tahapan berpikir siswa, dan memperhatikan hal-hal dalam penyusunan LKS. Selain itu, dalam praktiknya guru masih


(25)

membutuhkan adanya sosialisasi dari pemerintah dan adanya contoh LKS dengan mengacu pada pendekatan saintifik yang diberikan kepada berbagai sekolah.

Dengan melihat adanya masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan mengenai penyusunan dan pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik. Guru juga masih membutuhkan contoh LKS yang baik. Atas dasar hal tersebut, peneliti mencoba untuk mengembangkan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Hewan di Sekitarku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah terkait penelitian yang dilakukan sebagai berikut.

1. Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan pendekatan saintifik subtema Hewan di Sekitarku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan pendekatan saintifik subtema Hewan di Sekitarku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?


(26)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan pendekatan saintifik subtema Hewan di Sekitarku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan pendekatan saintifik subtema Hewan di Sekitarku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.

1. Bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian Research and Development (R&D) khususnya Pengembangan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Hewan di Sekitarku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Dapat memberikan inspirasi terkait dengan penelitian Research and Development (R&D), dan memperoleh contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) khususnya Pengembangan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Hewan di Sekitarku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.


(27)

3. Bagi siswa

Dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan menjadi lebih bermakna sehingga mendapatkan prestasi yang gemilang khususnya dengan penggunaan pendekatan saintifik dalam upaya untuk Mengembangkan LKS Pada Subtema Hewan di Sekitarku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

Dapat memperoleh contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya Pengembangan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Hewan di Sekitarku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

5. Bagi Prodi PGSD

Dapat menambah acuan untuk mengembangkan produk yang lain dan memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakaan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya Pengembangan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Hewan di Sekitarku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.


(28)

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran kertas yang berisikan materi, isi tugas, petunjuk untuk menyelesaikan tugas yang disusun secara terstruktur, dan disertai referensi yang mengarah pada kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan aturan-aturan mengenai kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang memiliki berbagai berkompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) serta menerapkan pembelajaran tematik integratif dan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. 3. Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk

memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk dapat mencari tahu dan menemukan sendiri informasi melalui tahapan-tahapan yang dimulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut.

1. Unsur-unsur LKS disusun lengkap, yang terdiri dari: a) Identitas LKS terdiri dari:

1) Satuan pendidikan 2) Kelas/ Semester 3) Tema/ Subtema


(29)

4) Mata pelajaran terkait 5) Pembelajaran keberapa b) Petunjuk umum

c) Tujuan pembelajaran dari setiap indikator mata pelajaran terkait d) Kegiatan belajar terdiri dari kegiatan mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan mengomunikasikan yang dilengkapi dengan tugas dan langkah-langkah kerja

e) Refleksi

2. LKS disusun dengan menggunakan bahasa yang singkat, sederhana, dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3. LKS disusun memungkinkan tercapainya indikator/ tujuan pembelajaran.

4. LKS disusun dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran.

5. LKS disusun dengan tampilan yang menarik dan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif.


(30)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa atau lembar kegiatan siswa biasa disingkat dengan LKS. Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisikan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik disertai dengan petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Diknas dalam Prastowo, 2015:203). Lembar kegiatan siswa merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2015:204). Dengan adanya LKS dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga meminimalkan peran guru dalam proses pembelajaran.

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisikan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang memuat petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, yang mengarah pada kompetensi dasar yang akan dicapai (Majid, 2009:176). Lembar kerja siswa yaitu materi ajar yang sudah


(31)

disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai yang dilengkapi dengan arahan dan pertanyaan yang terstruktur dengan tujuan agar peserta didik dapat mempelajarinya secara mandiri (Belawati dalam Prastowo, 2015:204). Oleh karena itu, di dalam lembar kerja siswa terdapat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Lembar kegiatan siswa merupakan panduan bagi peserta didik yang memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2010:223). Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran yang berisi pedoman bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan terprogram (pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan) sehingga peserta didik dapat melakukannya secara aktif (Depdikbud dalam Trianto, 2011:243).

Lembar kegiatan siswa dibagi dalam dua macam yaitu lembar kegiatan siswa berstruktur dan lembar kegiatan siswa tak berstruktur (Ibrahim dalam Trianto, 2011:244). Lembar kegiatan siswa berstruktur adalah lembar kegiatan yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru. Lembar kegiatan siswa tak berstruktur adalah lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan, dan menemukan konsep dalam suatu tema.


(32)

Dari berbagai penjelasan mengenai LKS di atas dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembar kerja siswa, yaitu lembaran-lembaran kertas yang berisikan materi, isi tugas, petunjuk untuk menyelesaikan tugas yang disusun secara terstruktur, dan disertai referensi yang mengarah pada kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Setiap LKS disusun dengan materi-materi dan tugas-tugas tertentu yang memiliki sebuah tujuan. Dengan adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS, mengakibatkan LKS memiliki berbagai macam bentuk (Prastowo, 2014:271). Berikut ini akan diuraikan lima macam jenis LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik adalah sebagai berikut (Prastowo, 2014:272).

1) LKS Penemuan (Membantu Peserta Didik Menemukan Suatu Konsep)

LKS jenis ini memuat apa yang (harus) dilakukan peserta didik, yang meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, guru harus merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik, meminta peserta didik untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan memberikan pertanyaan analisis yang membantu peserta didik untuk


(33)

mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun peserta didik.

2) LKS Aplikatif-Integratif (Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan)

Di dalam sebuah pembelajaran, setelah peserta didik berhasil menemukan konsep, selanjutnya peserta didik dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

3) LKS Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

LKS penuntun berisikan pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Peserta didik akan dapat mengerjakan LKS tersebut, jika menggunakan buku sebagai panduan dalam mengerjakan tugas. Jadi, fungsi utama LKS adalah membantu peserta didik mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang ada di dalam buku. Selain itu, LKS penutun dapat berguna untuk keperluan remedial.

4) LKS Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)

LKS penguatan diberikan kepada peserta didik setelah selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar. Selain itu, LKS penguatan dapat berguna untuk pengayaan.


(34)

5) LKS Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)

LKS yang dibuat diusahakan untuk menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis LKS tersebut, adapun jenis LKS yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKS penemuan dan LKS aplikatif-integratif.

c. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Keberadaan LKS dalam kegiatan pembelajaran menjadi salah satu hal yang sangat penting karena LKS lebih bersifat kontekstual dengan situasi dan kondisi peserta didik maupun sekolah sehingga menuntut guru untuk membuat LKS. LKS yang dibuat harus bersifat inovatif dan kreatif dengan tujuan agar dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan (Prastowo, 2014:274). Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah penyusunan LKS (Prastowo, 2014:275).

1) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman belajar yang memerlukan bahan ajar LKS. Adapun cara dalam menentukan materi adalah melihat


(35)

materi pokok, pengalaman belajar, serta mencermati kompetensi antarmata pelajaran yang harus dimiliki oleh peserta didik.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui materi yang harus ditulis dalam LKS serta melihat sekuensi atau urutan dari LKS. Sekuensi LKS berguna untuk menentukan prioritas penulisan materi.

3) Menentukan Judul-judul LKS

Penentuan judul LKS dilakukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar antarmata pelajaran. 4) Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Merumuskan indikator dan/ atau pengalaman belajar antar mata pelajaran dari tema sentral yang telah ditentukan.

b) Menentukan alat penilaian. Penilaian dapat dilakukan terhadap proses dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, di mana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesssment.


(36)

c) Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti isi atau materi LKS dan tugas yang diberikan. Pembuatan materi LKS sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, dan sebagainya. Sumber-sumber tersebut dapat ditulis di dalam LKS sebagai referensi agar peserta didik dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Selain itu, tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan oleh peserta didik.

d) Memperhatikan struktur LKS. Langkah terakhir dalam penyusunan dan pengembangan LKS adalah memperhatikan struktur LKS. LKS tersusun atas enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Oleh karena itu, dalam penyusunan LKS harus memuat keenam komponen inti agar menjadi sebuah LKS yang baik.


(37)

d. Keunggulan dan Kelemahan Lembar Kerja Siswa

Suatu produk yang dibuat biasanya memiliki berbagai keunggulan dan kelemahannya. Lembar kerja siswa (LKS) memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan (Lismawati, 2010:40). Berikut ini akan diuraikan keunggulan dan kelemahan dari LKS.

1) Keunggulan Lembar Kerja Siswa (LKS)

a) Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.

b) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis. c) Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.

d) Secara ekonomis lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.

2) Kelemahan Lembar Kerja Siswa (LKS)

a) Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu. b) Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang

diajukan.

c) Memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.


(38)

d) Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.

2. Kurikulum SD 2013

Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini sebagai faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia (Kemendikbud, 2013:72). Untuk mewujudkan proses pendidikan yang dapat mengembangkan kualitas potensi peserta didik, dibutuhkan berbagai unsur-unsur penunjang pendidikan. Salah satunya adalah kurikulum. Kurikulum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kemendikbud, 2013:72).

Dalam sistem pendidikan, kurikulum memiliki sifat dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan secara sistematis dan terarah agar dapat mengikuti perkembangan zaman


(39)

(Mulyasa, 2014:59). Tujuan dari perubahan dan pengembangan kurikulum adalah untuk menentukan kualitas kependidikan sesuai dengan yang diharapkan (Hamalik, 2009:187). Oleh karena itu, pada tahun 2013 mulai diberlakukannya Kurikulum 2013 dalam sistem pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kunandar, 2014:16). Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Fadlillah, 2014:16).

a. Rasional Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum di Indonesia dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut (Kunandar, 2014:22).

1) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu


(40)

kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidik. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat Ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orangtua berusia 65 tahun ke atas).

Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

2) Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal anatara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan


(41)

menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan peniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

3) Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut.

a) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus


(42)

memiliki pilihan-pilihan terhadap maeri yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.

b) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya). c) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara

jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dimana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

d) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

e) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). f) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran

berbasis alat multimedia.

g) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

h) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline).


(43)

4) Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebgai berikut. a) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata

kerja yang bersifat kolaboratif.

b) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader)

c) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

5) Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Materi yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya diperoleh dari buku sumber, melainkan materi yang dikembangkan sendiri oleh guru dengan berdasarkan sumber-sumber dari media cetak maupun media elektronik.


(44)

b. Kerangka Dasar Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada tiga landasan yaitu landasan filosofis, landasan teoritis, dan landasan yuridis (Kemdikbud dalam Widyastono, 2014:131). Berikut ini akan diuraikan ketiga landasan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. 1) Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.

a) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan


(45)

berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan.

b) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan


(46)

cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

c) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik. d) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa

depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di


(47)

masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

2) Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 menganut pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,


(48)

sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

3) Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

b) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

c) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

c. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik-karakteristik tertentu. Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik Kurikulum 2013 (Kemdikbud dalam Widyastono, 2014:131).


(49)

1) Mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik secara seimbang.

2) Memberikan pengalaman belajar terencana ketika peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar secara seimbang.

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam situasi di sekolah dan masyarakat.

4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci ke dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Selain hal-hal tersebut, ada beberapa karakteristik pembelajaran Kurikulum 2013 yang dapat menjadi ciri khas pembeda dengan


(50)

kurikulum-kurikulum yang telah berlaku yakni pendekatan pembelajaran, kompetensi lulusan, dan penilaian (Fadlillah, 2014:175).

1) Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik dan tematik-integratif. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran melalui proses ilmiah. Berbagai hal yang dipelajari oleh peserta didik dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri sehingga peserta didik mengalami secara langsung proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Dengan menerapkan langkah-langlah kegiatan tersebut dapat membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik secara utuh.

Pendekatan tematik-integratif merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dibuat berdasarkan tema dengan mengacu pada karakteristik peserta didik serta dilaksanakan secara integrasi antara tema yang satu dengan yang lain maupun antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Melalui pembelajaran tematik-integratif ini, setiap guru dituntun


(51)

untuk lebih kreatif dalam mengintegrasikan berbagai mata pelajaran.

2) Kompetensi Lulusan

Kompetensi lulusan dalam Kurikulum 2013 meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi sikap meliputi sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual berfungsi untuk mencapai insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial berfungsi untuk mencapai insan yang berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi pengetahuan berfungsi untuk mencapai insan yang berilmu. Kompetensi keterampilan berfungsi untuk mencapai insan yang cakap dan kreatif.

Keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill) sangat ditekankan dalam Kurikulum 2013. Walaupun pada praktik di setiap jenjang pendidikan, terdapat penekanan yang berbeda antara kompetensi-kompetensi tersebut. Pada jenjang sekolah dasar, kompetensi sikap dijadikan sebagai suatu hal yang diutamakan dalam kegiatan pembelajaran. Pada jenjang sekolah menengah, ketiga kompetensi tersebut harus dilaksanakan secara seimbang. Pada jenjang perguruan tinggi, kompetensi


(52)

pengetahuan lebih dominan dikembangkan daripada kompetensi keterampilan dan sikap.

3) Penilaian

Dalam Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Oleh karena itu, penilaian dalam Kurikulum 2013 menggunakan proses penilaian pembelajaran yaitu penilaian autentik (authentic assessment).

Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (Kunandar, 2014:35). Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran (Sani, 2014:203).

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa penilaian yang


(53)

digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pertama, penilaian kompetensi sikap, meliputi observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Kedua, penilaian kompetensi pengetahuan, meliputi tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/ atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok yang disesuaikan dengan karakteristik tugas. Penilaian kompetensi keterampilan, meliputi penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.


(54)

d. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Pada Kurikulum 2013 terdapat elemen perubahan kurikulum yang dilakukan pada empat komponen standar pendidikan, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian (Majid, 2014:41). Berikut ini akan diuraikan keempat standar perubahan yang dirumuskan dalam tujuh elemen adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 Elemen Perubahan

1. Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

2. Kedudukan Mata Pelajaran (Isi)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

3. Pendekatan (Isi)

Kompetensi yang dikembangkan dalam jenjang Sekolah Dasar yaitu pendekatan tematik integratif dalam semua muatan pelajaran dan pendekatan saintifik.

4. Struktur Kurikulum: Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu (Isi) Pada jenjang Sekolah Dasar perubahan yang terjadi yaitu adanya pembelajaran yang bersifat holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial, dan budaya dan dilaksanakan dengan pendekatan sains. Jumlah muatan pelajaran yang semula 10 menjadi 6. Jumlah jam bertambah 4 JP/ minggu yang diakibatkan adanya perubahan pendekatan pembelajaran.

5. Proses Pembelajaran

a. Standar Proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. b. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di

lingkugan sekolah dan masyarakat. c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

d. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.


(55)

e. Pada jenjang Sekolah Dasar proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan tematik dan terpadu.

6. a) Penilaian

a. Penilaian berbasis kompetensi

b. Perpindahan dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

c. Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar berdasarkan jumlah skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).

d. Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.

e. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.

7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Pada jenjang Sekolah Dasar kegiatan ekstrakurikuler pramuka diwajibkan untuk diikuti semua peserta didik. Selain itu kegiatan ektrakurikuler lainnya yaitu UKS, PMR dan Bahasa Inggris.

3. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014:34). Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang lebih mengutamakan kreativitas dan penemuan peserta didik sehingga


(56)

memperoleh pengalaman belajar berdasarkan kesadaran dan kepentingan peserta didik sendiri (Kosasih, 2014:72).

Model pembelajaran proses saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang memandu peserta didik untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah kesimpulan (Abidin, 2014:125). Oleh karena itu, melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dapat melatih siswa untuk menyelesaikan persoalan-persoalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Hal tersebut memiliki kesamaan dengan pandangan Barringer pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat (Abidin, 2014:125).

Model saintifik proses adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik (Abidin, 2014:127). Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan


(57)

pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Kemendikbud, 2013:205).

Dari berbagai penjelasan mengenai pengertian pendekatan saintifik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk dapat mencari tahu dan menemukan sendiri informasi melalui tahapan-tahapan yang dimulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

b. Karakteristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Hosnan (2014:36) ada beberapa karakterisitik pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, yaitu kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa; melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip; melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan dapat mengembangkan karakter siswa. Kosasih (2014:72) karakteristik mengenai pembelajaran saintifik, yaitu materi pembelajaran yang didapat dipahami dengan standar logika yang


(58)

sesuai dengan taraf kedewasasaannya sehingga peserta didik dapat mengkritisi, mengetahui cara pemerolehannya, dan kelemahan-kelemahannya; interaksi pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objektif sehingga peserta didik dapat mengemukakan pemikiran, perasaan, sikap, dan pengalamannya; dan dapat mendorong peserta didik untuk selalu berpikir analistis dan kritis.

Abidin (2014:129) pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki beberapa karakteristik khusus dalam penerapannya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Objektif, artinya pembelajaran dilakukan dengan suatu objek dan peserta didik memberikan penilaian secara objektif terhadap objek tersebut.

2. Faktual, artinya pembelajaran dilakukan terhadap masalah-masalah faktual yang terjadi di sekitar sehingga peserta didik dibiasakan untuk menemukan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3. Sistematis, artinya pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar yang sistematis yang berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Bermetode, artinya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan metode pembelajaran ilmiah tertentu.


(59)

5. Cermat dan tepat, artinya pembelajaran dilakukan untuk membina kecermatan dan ketepatan peserta didik dalam mengkaji sebuah fenomena atau objek belajar tertentu.

6. Logis, artinya pembelajaran dilakukan dengan mengangkat hal yang masuk akal.

7. Aktual, artinya pembelajaran dilakukan dengan melibatkan konteks kehidupan anak sebagai sumber belajar yang bermakna. 8. Disenterested, artinya pembelajaran yang dilakukan dengan

tidak memihak melainkan didasarkan atas capaian belajar siswa yang sebenarnya.

9. Unsupported opinion, artinya pembelajaran tidak dilakukan untuk menumbuhkan pendapat atau opini yang tidak disertai bukti-bukti nyata.

10. Verivikatif, artinya hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat diverifikasi kebenarannya dalam arti dikonfirmasikan, direvisi, dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.

c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan saintifik (Hosnan, 2014:36). Tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.


(60)

2) Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) Untuk menciptakan kondisi pembelajaran di mana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) Untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter peserta didik.

d. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik yang terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

Langkah Pembelajaran

Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin


(61)

tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang sesuatu yang diamati. tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis. Mengumpulkan informasi/ eksperimen/ mencoba

 Melakukan eksperimen

 Membaca sumber lain selain buku teks

 Mengamati objek/ kejadian

 Aktivitas

 Wawancara dengan narasumber.

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemmapuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/ mengolah

informasi/ menalar

 Mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi.

 Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat

menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, displin, taat aturan, kerja keras,

kemampuan

menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.


(62)

informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang

bertentangan. Mengomunikasikan Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Kelima tahapan itu merupakan proses yang berkesinambungan yang diharapkan selalu bersinggungan dengan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Para siswa tidak sekadar tahu (apa), tetapi juga bisa (bagaimana), dan memperoleh perubahan sikap (mengapa) atas proses pembelajaran yang dilakukan. Berikut ini adalah penjelasan kelima langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.

1) Melakukan Pengamatan atau Observasi

Langkah pertama dalam proses pembelajaran saintifik adalah mengamati/ observasi. Observasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi (Sani, 2014:54). Dengan


(63)

melakukan kegiatan observasi, peserta didik dapat mengetahui berbagai karakteristik dari objek yang diamati. Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang menguatamakan kebermaknaan proses belajar/ meaningfull learning (Hosnan, 2014:39). Oleh karena itu, metode observasi memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat menjadikan obyek secara nyata sehingga dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, menantang dan memberikan kesenangan kepada peserta didik, dan mudah dilaksanakan (Daryanto, 2014:60). Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini (Daryanto, 2014:61).

a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi.

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder.

d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi. e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan


(64)

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

2) Mengajukan Pertanyaan

Langkah kedua proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah menanya. Dalam kegiatan mengamati, peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak atupun dibaca. Melalui kegiatan bertanya dapat meningkatkan dan mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik karena dengan memberikan pertanyaan dapat menjadikan dasar untuk mencari informasi yang lebih beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik. Abidin (2014:137) dalam kegiatan bertanya, ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik agar dapat membina keterampilan bertanya pada diri peserta didik, yaitu:

a) Singkat dan jelas b) Menginspirasi jawaban c) Memiliki fokus

d) Bersifat probing atau divergen e) Bersifat validatif atau penguatan

f) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir ulang


(65)

g) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif h) Merangsang proses interaksi

Aktivitas bertanya memiliki beberapa fungsi (Daryanto, 2014:65) yaitu:

a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dirinya dan untuk dirinya sendiri.

c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik seklaigus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,

berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan.

g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata,


(66)

serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta siagap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan

kemampuan berempati satu sama lain.

3) Melakukan Eksperimen/ Percobaan atau Memperoleh Informasi Kegiatan eksperimen atau mencoba merupakan suatu kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan informasi guna menjawab suatu masalah (Hosnan, 2014:58). Dengan adanya kegiatan eksperimen dalam proses pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memahami kejelasan dan kebenaran suatu informasi. Metode eksperimen adalah cara pelajaran di mana peserta didik melakukan percobaan dengan memahami dan membuktikan sendiri sesuatu yang telah dipelajari (Djamarah dalam Hosnan, 2014:28).

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut (Daryanto, 2014:79). Ketiga tahapan eksperimen yang dimaksud adalah sebagai berikut. a) Persiapan, bentuk kegiatannya adalah:

(1) Menetapkan tujuan eksperimen. (2) Mempersiapkan alat dan bahan.


(67)

(3) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat bantu atau bahan yang tersedia.

(4) Mempertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul.

(5) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan peserta didik.

b) Pelaksanaan, bentuk kegiatannya adalah:

(1) Guru diusahakan untuk ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik.

(2) Guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

c) Tindak lanjut

(1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru.


(68)

(3) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.

(4) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen.

(5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan.

4) Mengasosiasikan/ Menalar

Menalar adalah suatu proses kegiatan untuk mengolah suatu informasi baik yang diperoleh dari pengamatan maupun percobaan untuk menemukan katerkaitan antara informasi yang satu dengan informasi yang lain, pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan (Sani, 2014:66). Dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013, aktivitas menalar dengan pendekatan ilmiah adalah merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif yaitu pembelajaran yang berpedoman pada kemauan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan berbagai peristiwa untuk menjadikannya sebagai pengetahuan (Daryanto, 2014:70). Adanya kegiatan menalar dapat memberikan gambaran bahwa guru dan peserta diidk merupakan pelaku aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran agar dapat


(1)

Nama Siswa:

Minggu ke ... Bulan ... 2015 Subtema: Hewan di Sekitarku

No. Nama Peserta Didik Perilaku syukur Sangat Baik

(4)

Baik (3)

Cukup (2)

Kurang (1)

Catatan: SB: Sangat Baik, B: Baik, C: Cukup, K: Kurang

Kriteria Sangat Baik (4)

Baik (3)

Cukup (2)

Kurang (1) Perilaku

syukur

Selalu

menunjukkan rasa syukur

Sering

menunjukkan rasa syukur

Kadang-kadang menunjukkan rasa syukur

Tidak bersyukur

Skor maksimal = 4 Nilai Akhir = �� � �

� � � x 100

B. Muatan Pelajaran : SBdP 1. Pengetahuan

Indikator 3.3.1 Mengidentifikasi berbagai gerak dalam lagu Kupu-kupu. Teknik Penilaian Tes lisan

Instrumen Soal:

Sebutkan berbagai gerakan dari lagu Kupu-kupu !

Kunci Jawaban:

 Membentangkan kedua tangan

 Melambaikan kedua tangan yang dibentangkan  Gerakan badan seirama dengan gerakan tangan


(2)

 Menyilangkan tangan pada mulut sambil memberikan senyuman  Satu tangan mengangkat ke dahi dengan ekspresi kebingungan

Penilaian dan Pedoman Penskoran

No. Kriteria Skor

1 Siswa mampu mengidentifikasi 3 gerakan Kupu-kupu 3 2 Siswa mampu mengidentifikasi 2 gerakan Kupu-kupu 2 3 Siswa mampu mengidentifikasi 1 gerakan Kupu-kupu 1

Skor maksimal = 5 Nilai Akhir = �� � �

� � � x 100

2. Keterampilan

Indikator 4.10.1 Memperagakan bentuk gerakan kupu-kupu menggunakan tempo sedang

Teknik Penilaian Unjuk kerja Instrumen Tugas

Peragakanlah gerakan kupu-kupu sambil menyanyikan lagu

Kupu-kupu dengan perlahan secara berkelompok !

Rubrik Penilaian dan Pedoman Penskoran Kriteria Sangat Baik

(4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Bimbingan (1) Kemampuan siswa melakukan gerakan kupu-kupu sambil bernyanyi

Irama dan tempo lagu sesuai dengan apa yang dinyanyikan dan seirama dengan gerakan serta gerakannya sesuai

Irama dan tempo lagu sesuai dengan apa yang dinyanyikan namun kurang seirama dengan gerakan serta gerakannnya sesuai

Irama dan tempo lagu kurang sesuai dengan apa yang dinyanyikan namun seirama dengan gerakan serta gerakannya kurang sesuai

Irama dan tempo lagu kurang sesuai dengan apa yang dinyanyikan dan kurang seirama dengan gerakan serta gerakannya kurang sesuai


(3)

Kekompakan Seluruh gerakan terlihat sama

Sebagian gerakan terlihat sama

Kurang dari sebagian gerakan terlihat sama

Semua gerakan tidak terlihat sama

Skor maksimal = 8 Nilai Akhir = �� � �

� � � x 100

3. Sikap Sosial/ Individu

Indikator 2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dalam mengidentifikasi gerakan kupu-kupu.

Teknik Penilaian Observasi

Instrumen Lembar observasi sikap ingin tahu

Berilah tanda centang (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa !

Nama Siswa:

Minggu ke ... Bulan ... 2015 Subtema: Hewan di Sekitarku

No. Nama Peserta Didik Perkembangan Sikap

Keterangan Ingin Tahu

SB B C K


(4)

4. Sikap Spiritual

Indikator 1.1.1 Menunjukkan perilaku syukur kepada Tuhan sesuai agama yang dianut.

Teknik Penilaian Observasi

Instrumen Lembar observasi sikap spiritual

Berilah tanda centang (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa !

Nama Siswa:

Minggu ke ... Bulan ... 2015 Subtema: Hewan di Sekitarku

No. Nama Peserta Didik Perilaku syukur Sangat Baik

(4)

Baik (3)

Cukup (2)

Kurang (1)

Catatan: SB: Sangat Baik, B: Baik, C: Cukup, K: Kurang

Kriteria Sangat Baik (4)

Baik (3)

Cukup (2)

Kurang (1) Perilaku

syukur

Selalu

menunjukkan rasa syukur

Sering

menunjukkan rasa syukur

Kadang-kadang menunjukkan rasa syukur

Tidak bersyukur

Skor maksimal = 4 Nilai Akhir = �� � �


(5)

BIODATA PENULIS

Edeltrudis Mbasi lahir di Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 23 Juni 1994. Pendidikan Dasar diperoleh di SDN Mokeasa, tamat pada tahun 2006. Pendidikan Menengah Pertama diperoleh di SMP Swasta Katolik Maria Goretti Ende, tamat pada tahun 2009. Pendidikan Menengah Atas diperoleh di SMA Negeri 1 Ende, tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Hewan di Sekitarku Untuk Siswa


(6)

LAMPIRAN 10

LEMBAR KERJA SISWA

(DICETAK TERPISAH)